JAKARTA - Kehadiran pesawat berbadan besar di langit Papua Tengah kini bukan lagi angan-angan. Bandara Douw Atarure di Nabire mencatat momen bersejarah saat pesawat komersial Airbus A320 seri 200 milik Batik Air mendarat untuk pertama kalinya, menandai dimulainya layanan penerbangan reguler yang menghubungkan Nabire dengan sejumlah kota besar, termasuk Jakarta.
Bagi masyarakat Papua Tengah, hal ini bukan sekadar pendaratan pesawat, melainkan simbol terbukanya konektivitas dan akses transportasi udara yang lebih modern. Gubernur Papua Tengah, Meki F. Nawipa, dalam sambutan penyambutan pesawat, menyampaikan bahwa momen tersebut mencerminkan kemajuan signifikan wilayahnya dalam pemenuhan kebutuhan transportasi.
“Penerbangan ini bersejarah karena baru pertama kali dan menandakan bahwa Nabire khususnya dan Papua Tengah umumnya menjadi tujuan utama masyarakat dalam pemenuhan transportasi udara dari dan ke Nabire. Disamping menambah konektivitas tol udara,” ucap Gubernur Nawipa di Bandara Douw Atarure.
Ia menambahkan bahwa kehadiran Batik Air akan mempercepat pembangunan di ibu kota Papua Tengah dan wilayah sekitarnya. Dengan bertambahnya kapasitas bandara yang kini dapat didarati pesawat berbadan lebar, dirinya berharap ada penambahan rute baru, salah satunya penerbangan langsung dari Makassar ke Nabire. Gubernur Nawipa pun mendorong Kementerian Perhubungan untuk mewujudkan rute tersebut, mengingat tingginya kebutuhan akan akses transportasi udara yang cepat dan efisien.
Pesawat Airbus A320 sendiri merupakan pesawat tipe narrow-body yang mampu menampung hingga 156 penumpang. Dalam konfigurasi Batik Air, pesawat ini dilengkapi 12 kursi kelas bisnis dan 140 kursi kelas ekonomi. Pada rute ke Papua Tengah, A320 ini akan melayani penerbangan reguler dengan jalur dari Timika ke Nabire, dan sebaliknya.
Untuk saat ini, Batik Air akan melayani dua rute pulang-pergi secara reguler: Jakarta – Makassar – Nabire dan Jakarta – Makassar – Timika – Nabire. Kehadiran jalur ini diharapkan membuka peluang ekonomi baru dan mengurangi isolasi wilayah yang selama ini menjadi kendala utama dalam pemerataan pembangunan di kawasan timur Indonesia.
Capt. Daniel Putut Kuncoro Adi, Chief Executive Officer Batik Air, yang turut hadir dalam penerbangan perdana, menyampaikan apresiasinya kepada pemerintah daerah, khususnya kepada Gubernur Meki Nawipa. Ia menegaskan bahwa hadirnya Batik Air di Nabire adalah bagian dari komitmen maskapai untuk memperkuat konektivitas udara dari Sabang hingga Merauke.
“Kehadiran Batik Air di Nabire memberikan lebih banyak pilihan bagi masyarakat Papua Tengah dan mendukung pembangunan serta peningkatan ekonomi, sosial serta politik di bawah kepemimpinan gubernur Meki Nawipa,” ujarnya.
Daniel juga menjelaskan tiga pilar utama yang dipegang teguh oleh Batik Air dalam mengembangkan jaringan penerbangan di seluruh Indonesia. Pertama, pertumbuhan berkelanjutan dan efisiensi operasional yang melibatkan ekspansi jaringan serta pengoptimalan armada dan infrastruktur. Kedua, peningkatan pengalaman pelanggan, yang diwujudkan melalui pelayanan terbaik dan pengembangan inovasi teknologi. Ketiga, menjaga standar keamanan dan operasional melalui pelatihan intensif dan pemeliharaan armada yang mengacu pada standar internasional.
Momen kedatangan pesawat Airbus A320 di Nabire bukan sekadar seremoni penerbangan perdana. Masyarakat lokal menyambut antusias, menyadari bahwa kehadiran maskapai besar seperti Batik Air membuka berbagai peluang, mulai dari peningkatan mobilitas penduduk hingga pertumbuhan ekonomi berbasis konektivitas.
Penerbangan perdana dari Bandara Moses Kilangin di Timika dimulai pada pukul 10.00 WIT dan mendarat di Bandara Douw Atarure, Nabire pukul 10.45 WIT. Perjalanan ini memakan waktu hanya 45 menit dan diawaki oleh Capt. Rustam Yunus serta Copilot Capt. Ari Aditya dengan nomor penerbangan ID-8264.
Dalam konteks lebih luas, pembukaan rute ini diperkirakan akan mendukung sektor pariwisata lokal, mempercepat distribusi barang dan jasa, serta menjadi solusi bagi masyarakat Papua Tengah yang selama ini mengandalkan jalur transportasi yang terbatas. Adanya alternatif pilihan penerbangan juga berarti harga tiket yang lebih kompetitif dan layanan yang semakin variatif.
Tidak hanya bagi penumpang, infrastruktur bandara pun dituntut untuk terus berbenah. Dengan mendaratnya pesawat berbadan besar, Bandara Douw Atarure dinilai sudah layak dan siap menjadi hub udara di wilayah tengah Papua. Pemerintah daerah juga akan terus berkoordinasi dengan instansi terkait agar peningkatan fasilitas dan layanan berjalan seiring dengan bertambahnya frekuensi penerbangan.
Kesuksesan penerbangan perdana Airbus A320 milik Batik Air ini menjadi sinyal kuat bahwa Papua Tengah tidak lagi terisolasi dalam dunia transportasi udara nasional. Ke depan, diharapkan lebih banyak maskapai turut serta membuka rute-rute baru, memperluas pilihan perjalanan bagi masyarakat, dan memperkuat posisi Nabire sebagai gerbang utama Papua bagian tengah.