JAKARTA - Transformasi digital mendorong berbagai sektor usaha untuk berkembang, termasuk dalam dunia perdagangan. Salah satu bidang yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah bisnis fashion berbasis online. Di tengah kemajuan teknologi, cara masyarakat berbelanja pun turut berubah, dari konvensional menuju transaksi digital. Pola ini dimanfaatkan oleh para pelaku usaha kecil, baik individu maupun pemilik toko, untuk memperluas jangkauan pasarnya.
Model penjualan digital seperti ini tak hanya praktis, tetapi juga memberikan peluang pendapatan yang cukup menjanjikan. Inilah yang dirasakan oleh para pelaku usaha fashion di daerah, termasuk di Tenggarong, Kutai Kartanegara.
Bisnis Tanpa Modal, Hasil Tetap Mengalir
Salah satu pelaku bisnis yang merasakan langsung manfaat dari perkembangan digital ini adalah Muhammad Anordy, pemilik akun Subcbro Tenggarong. Ia telah menjajaki penjualan produk fashion secara online melalui sistem afiliasi. Menurutnya, penjualan secara daring punya potensi yang sangat besar karena menyesuaikan dengan kebutuhan dan gaya hidup masyarakat masa kini.
“Masyarakat atau konsumen saat ini tak mau repot. Cukup pesan lewat HP, lihat deskripsi dan rating produk, jika konsumen itu tertarik pasti dibeli,” kata Muhammad Anordy.
Yang menarik, Anordy mengaku tidak perlu mengeluarkan modal besar untuk memulai usahanya. Ia cukup memasarkan produk milik orang lain dan memperoleh fee dari setiap produk yang berhasil terjual. Produk yang ia tawarkan meliputi berbagai item fashion, mulai dari baju, celana, kemeja, hingga sepatu dan kaos kaki.
“Saya ini hanya menjualkan produk orang lain secara online, jadi saya berbisnis tanpa modal. Setiap produk yang keluar mendapatkan fee dari tokonya,” ujarnya.
Potensi Pasar yang Lebih Luas dan Bebas Waktu
Menurut Anordy, salah satu keuntungan utama dari berjualan secara online adalah luasnya jangkauan pasar. Tidak terbatas oleh tempat dan waktu, semua kalangan bisa melihat produk yang ia tawarkan kapan saja.
“Saya bermain Afliatte sejak 2022 lalu hingga saat ini,” tambahnya.
Meski menjalani profesi utama di sebuah perusahaan, ia menyebut aktivitas afiliasi ini cukup membantu menambah penghasilan bulanan. Dari aktivitas ini, dalam satu bulan ia bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp3 juta. Jumlah tersebut cukup berarti, apalagi untuk sebuah usaha yang dijalankan tanpa meninggalkan rumah dan tanpa stok barang.
Berjualan Online Jadi Solusi di Tengah Persaingan
Pandangan senada datang dari Yuliana Rosita, seorang pedagang pakaian yang berjualan di kawasan Lapangan Pemuda. Ia menjelaskan bahwa saat ini, penjualan secara online bukan lagi pilihan tambahan, melainkan keharusan. Pasalnya, penjualan offline saja tidak cukup untuk menghidupi usaha.
"Penjualan secara online ini penjualan yang tak terlihat pembelinya, tapi kita masih mendapatkan uang," jelas Yuliana.
Ia mulai menjalankan aktivitas jualan online sejak 2024, usai proses relokasi pedagang dari pasar Tangga Arung ke Lapangan Pemuda. Dampaknya sangat terasa bagi pendapatannya. Jika sebelumnya hanya mengandalkan penjualan langsung yang rata-rata menghasilkan Rp200 ribu per hari, kini dengan tambahan kanal online bisa mencapai Rp500 ribu.
“Penjualan secara offline ini rata-rata hanya Rp200 ribu, sedangkan ditambah dengan online bisa mencapai Rp500 ribu,” terangnya.
Dukungan Pemerintah untuk Transformasi Digital
Pemerintah daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) juga memberikan dukungan penuh terhadap transformasi ini. Plt Kepala Disperindag Kukar, Sayid Fhatullah, menyebut bahwa era digital memang menuntut pedagang untuk beradaptasi. Penjualan online dinilai lebih sederhana dan efisien karena tidak membutuhkan ruang usaha yang besar.
“Di rumah saja bisa kita berjualan, terpenting cara pemasaran kita terhadap suatu produk,” kata Sayid Fhatullah.
Ia menambahkan, meskipun masih banyak pedagang yang memilih berjualan secara tradisional, namun pola ini perlu diubah dengan menambahkan sistem penjualan digital. Hal ini akan menjadi solusi jangka panjang untuk menjaga kestabilan usaha, terutama di tengah kompetisi yang semakin ketat.
Pemerintah pun mengapresiasi pelaku usaha yang sudah lebih dahulu beradaptasi dengan sistem digital ini. Menurutnya, itu adalah bentuk kreativitas yang patut dicontoh.
Menjawab Perubahan Perilaku Konsumen
Perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin bergantung pada layanan digital menjadi pendorong utama berkembangnya bisnis fashion online. Konsumen kini lebih mengutamakan kenyamanan, efisiensi, serta kecepatan. Dalam dunia fashion, pilihan model, ukuran, hingga review produk kini bisa diakses hanya dalam hitungan detik melalui gawai.
Hal ini memberikan keuntungan bagi para penjual online. Mereka bisa menawarkan produk secara luas, tanpa harus membuka toko fisik. Biaya operasional menjadi lebih ringan, dan peluang untuk meraih pembeli dari berbagai daerah pun terbuka lebar.
Model bisnis seperti yang dijalani oleh Muhammad Anordy dan Yuliana Rosita menjadi bukti bahwa berjualan secara online bukan hanya tren sesaat, melainkan strategi usaha yang adaptif dan relevan. Selama pelaku usaha mampu mengikuti arus dan terus meningkatkan kemampuan promosi digital, maka peluang untuk sukses pun terbuka luas.
Bisnis Online Fashion Masih Sangat Menjanjikan
Dengan makin terbukanya peluang digital, pelaku usaha lokal kini bisa bersaing di pasar yang lebih luas. Bisnis fashion online memberikan solusi praktis, efisien, dan minim risiko. Bahkan tanpa stok barang sekalipun, selama ada strategi pemasaran yang tepat, pendapatan tetap bisa mengalir.
Berbekal kreativitas, konsistensi, dan kemampuan memanfaatkan teknologi, bisnis fashion online bisa menjadi ladang rezeki yang menjanjikan, baik sebagai pekerjaan utama maupun sumber pendapatan tambahan.