JAKARTA - Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit orang tua yang merasa frustrasi ketika anak-anak mereka sulit makan. Salah satu solusi yang paling sering digunakan adalah memberikan gadget agar anak lebih tenang atau terdistraksi selama makan. Sayangnya, cara ini justru menimbulkan masalah baru ketergantungan anak terhadap layar setiap kali waktu makan tiba.
Anak yang terbiasa makan sambil menatap gadget cenderung tidak menyadari rasa lapar dan kenyang yang sebenarnya. Akibatnya, pola makan menjadi kacau dan kesulitan makan justru semakin parah. Untuk mengatasi persoalan ini, penting bagi orang tua memahami bahwa solusi sesungguhnya bukanlah pada pemberian gadget, tetapi pada pembentukan ulang kebiasaan makan yang sehat.
Seorang dokter spesialis anak, dr Shofa Nisrina Luthfiyani, Sp.A, dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI), memberikan dua pendekatan kunci yang bisa diterapkan untuk mengubah kebiasaan ini. Dalam sebuah diskusi daring, ia menekankan pentingnya mengenalkan kembali sinyal lapar dan kenyang pada anak, serta menciptakan suasana makan yang bebas dari gangguan.
Pentingnya Mengenalkan Pola Lapar dan Kenyang pada Anak
Langkah pertama yang disarankan oleh dr Shofa adalah memperkenalkan kembali pola alami rasa lapar dan kenyang pada anak. Ketika anak terbiasa makan sambil menonton atau bermain gadget, mereka cenderung tidak peka terhadap sinyal tubuhnya. Akibatnya, mereka bisa makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, karena tidak lagi mengandalkan sinyal tubuh, melainkan hanya mengikuti aktivitas layar.
"Yang kita harus lakukan adalah kita memperkenalkan kembali pola lapar dan kenyang pada anak," ujar dr Shofa. Anak-anak harus dikenalkan kembali pada mekanisme tubuh yang sebenarnya bahwa rasa lapar adalah sinyal tubuh untuk makan, dan rasa kenyang adalah sinyal untuk berhenti.
Ketika anak sudah terbiasa mengandalkan layar, mereka bisa kehilangan koneksi dengan sinyal tubuhnya sendiri. Misalnya, anak bisa terus makan tanpa merasa kenyang karena fokus mereka ada pada tontonan, bukan makanan. Bahkan, beberapa anak bisa mengalami tantrum jika gadgetnya diambil saat makan, menunjukkan bahwa perhatian mereka sudah sepenuhnya teralihkan.
Jadwal Makan Teratur dan Bebas Camilan, Kunci Efektif
Langkah kedua yang tidak kalah penting adalah penetapan jadwal makan yang konsisten dan disiplin. Ini termasuk menghindari pemberian camilan di luar jam makan utama. Dengan cara ini, anak diajarkan untuk merasakan rasa lapar sebelum makan dan mengenal kenyang setelah makan.
Dr Shofa menjelaskan bahwa sebaiknya ada periode bebas camilan dua jam sebelum dan dua jam sesudah waktu makan utama. “Misalnya sarapan anak itu jam delapan pagi gitu ya. Nah paling bagus, dua jam sebelum makan dan dua jam setelahnya anak itu tidak diperbolehkan mengonsumsi makanan lain selain air putih,” ungkapnya.
Penerapan aturan ini memungkinkan anak untuk merasa benar-benar lapar saat waktu makan tiba. Rasa lapar tersebut akan membuat anak lebih bersedia untuk makan tanpa perlu distraksi, seperti gadget. Selain itu, menghindari camilan juga membantu anak membentuk rutinitas makan yang sehat dan teratur.
Ciptakan Lingkungan Makan yang Bebas Gangguan
Selain jadwal yang teratur, suasana makan juga menjadi faktor penting dalam mengubah kebiasaan buruk. Anak membutuhkan lingkungan makan yang tenang, fokus, dan bebas gangguan. Gadget, mainan berbunyi, atau benda bercahaya sebaiknya dihindari saat waktu makan.
Menurut dr Shofa, waktu makan anak idealnya tidak lebih dari 30 menit. Dalam waktu tersebut, orang tua harus menciptakan suasana makan yang nyaman tanpa adanya gangguan eksternal.
“Idealnya pemberian makan itu kondisinya harus kondusif, enggak boleh ada distraksi. Walaupun memang mau dikasih mainan saat makan itu mainannya enggak boleh yang mendistraksi seperti yang mengeluarkan bunyi, mengeluarkan cahaya lampu begitu ya supaya anaknya tetap fokus makan,” jelasnya.
Jika ingin memberikan mainan, pastikan mainan tersebut tidak menimbulkan suara atau cahaya yang dapat mengalihkan perhatian anak. Tujuan utamanya adalah agar anak bisa fokus menikmati makanan yang ada di hadapannya, bukan pada rangsangan dari luar.
Konsistensi Kunci untuk Mengubah Kebiasaan
Mengubah kebiasaan memang bukan hal mudah, terutama jika anak sudah lama terbiasa makan dengan gadget. Namun, perubahan bukanlah sesuatu yang mustahil. Kuncinya adalah konsistensi. Orang tua perlu menjalankan dua langkah ini mengenalkan pola lapar dan kenyang serta menciptakan suasana makan yang tenang secara konsisten setiap hari.
Jika dilakukan secara bertahap dan penuh kesabaran, anak akan mulai menyesuaikan diri. Ketika mereka kembali memahami rasa lapar dan kenyang, kebutuhan untuk menggunakan gadget saat makan pun akan berkurang dengan sendirinya.
“Jadi memang yang harus dikembalikan adalah rasa lapar dan kenyang pada anak. Karena kalau anaknya kenal rasa lapar, pasti dia mau makan (tanpa harus mengakses gadget). Jadi solusi sebenarnya adalah memperbaiki waktu makannya,” kata dr Shofa menegaskan kembali pentingnya ritme makan yang alami.
Langkah Nyata yang Bisa Dilakukan Orang Tua
Orang tua yang ingin mulai mengurangi penggunaan gadget saat makan bisa memulai dengan beberapa langkah sederhana:
Buat jadwal makan yang jelas dan konsisten. Misalnya sarapan pukul 08.00, makan siang pukul 12.00, dan makan malam pukul 18.00.
Pastikan tidak ada makanan tambahan dua jam sebelum dan sesudah jam makan.
Singkirkan gadget dan benda distraktif saat makan.
Ciptakan suasana makan yang menyenangkan, tanpa tekanan atau paksaan.
Batasi waktu makan maksimal 30 menit.
Berikan contoh yang baik dengan ikut makan tanpa gadget.
Dengan langkah-langkah ini, anak akan lebih mudah fokus pada makanannya, memahami sinyal tubuhnya, dan secara perlahan melepas ketergantungan terhadap layar saat makan.