Kemenkes Prioritaskan AI untuk Pemerataan Digitalisasi Layanan Kesehatan

Kamis, 24 Juli 2025 | 08:00:02 WIB
Kemenkes Prioritaskan AI untuk Pemerataan Digitalisasi Layanan Kesehatan

JAKARTA - Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam sistem kesehatan Indonesia kini bukan sekadar tren teknologi, melainkan bagian penting dari strategi nasional untuk menjawab tantangan layanan kesehatan yang belum merata. Dalam forum diskusi publik yang berlangsung di Jakarta, Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan sekaligus Ketua Tim Transformasi Digital Kementerian Kesehatan RI, Setiaji, menyampaikan urgensi pemanfaatan AI secara sistematis, terstruktur, dan terintegrasi.

Menurutnya, Indonesia tidak bisa hanya meniru perkembangan global tanpa memahami konteks dalam negeri. “Ada yang sudah memahami manfaat AI, ada pula yang sekadar ikut-ikutan. Yang terpenting adalah bagaimana kita benar-benar mengoptimalkan teknologi ini secara luas dan terintegrasi,” ujarnya.

Tantangan Sistem Kesehatan dan Peran AI

Dalam paparannya, Setiaji menekankan bahwa sistem kesehatan nasional masih menghadapi sejumlah tantangan besar. Mulai dari keterbatasan jumlah dokter spesialis, hingga akses layanan yang belum merata akibat kesenjangan geografis dan minimnya infrastruktur kesehatan di wilayah terpencil. Di sisi lain, waktu tunggu yang panjang untuk mendapatkan layanan medis juga menjadi masalah utama.

Pandemi COVID-19, menurutnya, menjadi momentum penting dalam menunjukkan potensi layanan kesehatan digital. Teknologi seperti telemedisin terbukti mampu menjangkau masyarakat di daerah yang sebelumnya sulit dijangkau oleh layanan medis konvensional.

"Jika kita hanya mengandalkan penambahan jumlah dokter spesialis, itu bisa memakan waktu hingga satu dekade. Maka, teknologi harus menjadi jembatan untuk mempercepat layanan," jelas Setiaji.

Langkah Strategis: Integrasi Data melalui Program Satu Sehat

Sebagai bagian dari strategi besar transformasi digital, Kementerian Kesehatan telah meluncurkan platform Satu Sehat sejak tahun 2022. Program ini bertujuan mengintegrasikan data rekam medis secara nasional, sehingga riwayat kesehatan pasien dapat diakses oleh tenaga medis lintas fasilitas untuk mendukung proses diagnosis dan pengobatan yang lebih akurat dan personal.

Tidak hanya itu, upaya standarisasi data kesehatan seperti kode obat dan rekam medis juga terus didorong agar sistem informasi antara fasilitas kesehatan dapat saling terhubung. Kini, masyarakat pun sudah dapat mengakses data kesehatannya melalui aplikasi mobile yang terhubung langsung ke sistem nasional tersebut.

AI dalam Diagnosis dan Pengambilan Keputusan Medis

Dengan adanya data yang lengkap dan terstruktur, AI mulai diterapkan untuk berbagai kebutuhan medis, antara lain:

Memprediksi risiko penyakit seperti diabetes,

Menyusun pengobatan berbasis profil genomik (precision medicine),

Memberikan konsultasi awal melalui asisten virtual,

Membantu analisis citra medis seperti X-ray, MRI, dan CT Scan,

Mendukung layanan pemantauan jarak jauh, termasuk telemonitoring dan telesurgery.

Untuk memastikan teknologi yang dikembangkan benar-benar sesuai standar medis dan etika, Kementerian Kesehatan juga membangun regulatory sandbox. Fasilitas ini digunakan untuk menguji berbagai inovasi digital sebelum diadopsi lebih luas dalam sistem pelayanan kesehatan nasional.

Prinsip Etis dan Regulasi AI

Dalam penerapannya, teknologi AI di sektor kesehatan tetap harus tunduk pada prinsip-prinsip etika yang telah ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Setiaji menyebutkan prinsip seperti otonomi pasien, transparansi, akuntabilitas, keberlanjutan, dan inklusivitas sebagai landasan utama.

"Pasien tetap harus dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan melalui informed consent. AI harus transparan dan bertanggung jawab, termasuk dalam penggunaan data dan metode analisis,” tegasnya.

Kolaborasi sebagai Kunci Keberhasilan

Menurut Setiaji, keberhasilan transformasi digital di sektor kesehatan tidak mungkin dicapai hanya oleh satu pihak. Kolaborasi antara pemerintah, rumah sakit, tenaga medis, industri teknologi, dan masyarakat luas adalah syarat mutlak untuk menciptakan sistem layanan kesehatan yang kuat.

"AI bukan untuk menggantikan peran manusia, tetapi memperkuat sistem layanan yang ada,” katanya, menegaskan bahwa teknologi adalah alat bantu, bukan pengganti dalam dunia medis.

Melalui pendekatan kolaboratif dan bertanggung jawab, pemanfaatan AI diharapkan mampu menjawab ketimpangan layanan kesehatan yang masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Transformasi digital ini diarahkan untuk menciptakan layanan kesehatan yang lebih efisien, adil, dan mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali.

Terkini

Kabar Baik Harga BBM Pertamina September 2025 Stabil

Jumat, 12 September 2025 | 17:40:18 WIB

Promo Diskon Tambah Daya Listrik PLN Bikin Pelanggan Senang

Jumat, 12 September 2025 | 17:40:15 WIB

5 Pilihan Rumah Murah Nyaman di Tasikmalaya 2025

Jumat, 12 September 2025 | 17:39:11 WIB

Jadwal Lengkap KM Sirimau Pelni September Oktober 2025

Jumat, 12 September 2025 | 17:39:07 WIB