JAKARTA - Romano Floriani Mussolini akan segera merasakan pengalaman liburan kariernya: debut di Serie A Italia bersama Cremonese musim ini. Bek kanan berusia 22 tahun ini memang bukan pemain asing di kancah sepak bola Italia selama dua musim terakhir ia dipinjamkan Lazio ke Juve Stabia di Serie B. Namun kini, langkahnya melejit setelah performa apik memikat klub promosi, menjadikannya bahan pembicaraan bukan karena nama besar keluarganya, melainkan karena bakat dan kerja kerasnya di lapangan.
Kiprah Floriani di Juve Stabia musim lalu sudah begitu mencolok, walau gagal membawa timnya promosi karena kalah di posisi playoff promosi melawan Cremonese. Situasi itu justru membuka peluang terbaik untuk sang pemain: Cremonese langsung mengajukannya dari Lazio. Setelah menerima pinangan tersebut, Floriani mengaku selalu siap menghadapi tantangan dan kritik terkait marga Mussolini. Ia menegaskan tujuan utamanya sederhana: bermain sepak bola pada level tertinggi, bukan menjadi pusat kontroversi.
Cicit Mussolini Akhirnya Melangkah Serie A
Romano Floriani Mussolini, cicit dari diktator Italia Benito Mussolini dan anak politikus Alessandra Mussolini, telah resmi meneken kontrak pinjaman untuk memperkuat Cremonese di Serie A 2025/2026. Lahir pada 27 Januari 2003, sosok ini dikenal sebagai pemain berbakat yang konsisten di level Serie B. Musim lalu di Juve Stabia ia hampir membawa tim memasuki Serie A sebelum kalah dari Cremonese di babak playoff.
Kini, kesempatan tersebut datang melalui tim yang justru mengalahkannya dalam perebutan promosi. Cremonese, yang mengejar bakat muda berbakat, memilih meminjam Floriani dari Lazio untuk menghadapi kompetisi sulit di kasta tertinggi. Floriani mengungkapkan rasa bangganya bergabung dengan klub tersebut dan kesiapan mentalnya untuk bermain di Serie A.
“Saya di sini untuk bermain sepak bola,” ujarnya. “Nama keluarga saya lebih mengganggu orang lain daripada saya sendiri. Saya senang berada di Cremonese, saya langsung menerima tawaran ketika mereka memberi tawaran.”
Ia menambahkan bahwa nama besar keluarganya, meskipun selalu mengundang perhatian publik, bukan menjadi beban utama. Asalkan fokus tetap pada sepak bola, ia yakin mampu mengendalikan tekanan yang datang.
Fokus Total pada Lapangan Hijau
Tidak pernah terdengar Floriani terfokus pada kontroversi atau pembicaraan seputar nama Mussolini. Ia sengaja menjauh dari narasi-politis yang bisa melemahkan mental. Baginya, nilai utama adalah kualitas dan dedikasi di lapangan.
“Saya di sini untuk mengekspresikan diri di lapangan, tidak ada yang lain,” tegasnya dengan mantap.
Ketegasan itu semakin terlihat ketika ia diminta berkomentar tentang insiden kontroversial di Juve Stabia musim lalu, saat beberapa suporter melakukan gestur fasis setelah ia mencetak gol. Alih-alih menjelaskan atau membela diri, ia memilih menutup cerita tersebut:
“Membahas [insiden] itu tidak ada gunanya,” katanya singkat.
Bahkan di lingkungan keluarga, ia hanya berbicara soal sepak bola. Dialog dengan ayahnya, serta kini dukungan dari sang ibu, Alessandra Mussolini, lebih banyak fokus membahas strategi, latihan, dan perkembangan permainan. Romantisme sepak bola lebih ia utamakan ketimbang konflik keluarga.
Debut yang Dinantikan Bertahun-tahun
Sepak bola telah menjadi jalur hidup Floriani sejak muda. Ia sempat masuk skuad utama Lazio di musim 2021/2022 dan 2022/2023, meski belum pernah mendapat kesempatan debut. Terakhir kali ia masuk daftar tersedia adalah saat Lazio melawan AS Roma pada 19 Maret 2023 namun ia hanya memulai pertandingan dari bangku cadangan.
Kini, kesempatan debut itu semakin dekat dalam seragam Cremonese. Dengan bergabung di klub promosi Serie A, peluang untuk bermain lebih tinggi. Ia berharap mendapat menit penuh, membuktikan diri, dan mengubah statusnya dari ‘penghuni bangku cadangan’ menjadi pemain reguler di kompetisi papan atas Italia.
Bukannya sekadar debut, Floriani yakin musim ini bisa menjadi batu loncatan penting dalam kariernya. Ide tentang sepak bola tingkat elit bukan sekadar mimpi sekarang ia siap memastikannya.
Siap Hadapi Tekanan, Berharap Bicara di Lapangan
Floriani sadar Sepak bola Italia dikenal keras dalam standar kompetisi dan atmosfer stadion. Atmosfer antara rivalitas ketat dan tuntutan tinggi dari fans bisa menjadi tekanan nyata. Karena itu, ia menganggap penting untuk tetap memilih fokus ideal: membiarkan permainan bicara atas kemampuannya.
“Saya ingin orang-orang membicarakan saya hanya karena cara saya bermain sepak bola. Saya ingin menunjukkan apa yang bisa saya lakukan dan membuktikan kemampuan saya,” ujar Floriani.
Kenyataannya, ambisi ini datang dari dalam. Ia tahu nama besar keluarganya bisa memudahkan sorotan, tetapi yang ia inginkan adalah kekaguman atas gaya dan kontribusi sepak bolanya. Itu juga membuktikan bahwa setiap langkahnya bukan sekadar mengandalkan nasib atau warisan, melainkan hasil kerja keras dan mental siap bertanding.
Sutradara Masa Depan di Serie A
Jika musim ini berhasil membuktikan dirinya, Floriani bisa membuka jalan lebih besar. Kekuatan teknis, visi permainan, dan kualitas bertahan sebagai bek kanan bisa membuatnya jadi aset penting bagi Cremonese dan bahkan Lazio kelak. Ia bisa menjadi contoh pemain muda yang merdeka dari bayang politik, maju melalui ketenangan berpikir, kerja keras, dan kebanggaan atas identitas sepak bolanya.
Walau debut akan segera tiba, kisah Floriani Mussolini belum mencapai klimaksnya. Namun satu hal jelas: ia siap membalikkan narasi tentang dirinya bukan sebagai cicit diktator, tapi sebagai pemain profesional yang pantas mendapat penghargaan dan tempat di lapangan Serie A.