Danantara Fokus Kembangkan SDM Sebagai Aset Utama

Jumat, 25 Juli 2025 | 14:58:48 WIB
Danantara Fokus Kembangkan SDM Sebagai Aset Utama

JAKARTA - Transformasi strategi ekonomi nasional kini mulai digerakkan oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia. Fokus utamanya bukan lagi pada eksplorasi dan pemanfaatan kekayaan sumber daya alam (SDA), melainkan pada investasi besar-besaran terhadap kekuatan sumber daya manusia (SDM) sebagai kunci masa depan bangsa. Pendekatan ini mencerminkan upaya serius untuk menggeser narasi lama menuju model pembangunan yang berkelanjutan dan kompetitif secara global.

Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia, Pandu Sjahrir, menjadi sosok yang mendorong kuat perubahan arah ini. Dalam Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jaya 2025 yang digelar di Hotel Fairmont, Jakarta, Jumat, 25 Juli 2025, Pandu menyampaikan bahwa selama puluhan tahun Indonesia telah terlalu lama berkutat dalam cerita yang sama: tentang kekayaan alam. Narasi itu, menurutnya, sudah saatnya digantikan oleh cerita baru yang lebih progresif yakni tentang manusia Indonesia itu sendiri.

"Danantara itu adalah human capital bank, bank dari sisi sumber daya manusia. Jadi kalau dongeng kita sejak tahun 1945 adalah selalu dongeng soal sumber daya alam. Tapi kita tidak pernah banyak cerita soal sumber daya manusia," ungkap Pandu.

Menurutnya, jika Indonesia benar-benar ingin masuk ke dalam barisan negara dengan kekuatan ekonomi global, maka batu bara, nikel, maupun emas bukanlah lagi jawabannya. Yang dibutuhkan adalah SDM yang unggul dan mampu membawa bangsa ini bersaing dalam peta ekonomi dunia yang terus berubah.

"Itu semua soal sumber daya manusia. Udah bukan lagi soal batu bara, nikel segala," lanjutnya.

Pandu menilai bahwa pendekatan berbasis SDA bersifat jangka pendek dan tidak berkelanjutan. Meski Indonesia kaya dengan potensi sumber daya alam, namun nilai ekonomi yang dihasilkan cenderung rendah dan cepat habis. Ia menyindir bahwa masih banyak pengusaha yang terpaku pada model bisnis berbasis sumber daya terbatas, padahal arah masa depan seharusnya sudah bergeser ke bisnis berbasis SDM.

"Jadi kalau bisnis batu bara, bisnis nikel, bisnis litium, emas, Indonesia kaya banget. Tapi secara valuasi, to be honest rendah banget," katanya.

Lebih jauh, Pandu mencontohkan bahwa 20 perusahaan terbesar dunia saat ini justru tidak memiliki komoditas fisik sebagai aset utama. Yang mereka miliki adalah manusia, talenta, dan pengetahuan. Hal tersebut menjadi indikator nyata bahwa nilai sesungguhnya dari sebuah perusahaan atau bahkan bangsa kini bergantung pada kualitas manusia yang dimilikinya.

“Saya lihat 20 perusahaan terbesar di dunia, mereka nggak punya barang, tapi mereka punya manusia. Yang mereka punya cuma SDM,” tegasnya.

Sebagai wujud nyata dari komitmen tersebut, Danantara Indonesia telah meluncurkan Century Danantara University, sebuah inisiatif pendidikan berskala internasional. Universitas ini dirancang melalui kerja sama dengan sembilan perguruan tinggi top dunia dari berbagai kawasan, mulai dari Amerika, Eropa, hingga Tiongkok.

"Bukan saja dari Amerika, ada dari Eropa, ada juga dari China, Xinguang, di mana itu meliput semua dasar-dasar bisnis," terang Pandu.

Century Danantara University tidak hanya hadir sebagai institusi pendidikan tinggi, melainkan juga menjadi pusat pembentukan karakter dan kompetensi masa depan. Fokusnya adalah pada kurikulum yang relevan dengan perkembangan ekonomi global, pemanfaatan teknologi, serta kepemimpinan bisnis yang etis dan berwawasan luas.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya Danantara untuk membangun ekosistem pendidikan yang terintegrasi dengan dunia investasi dan industri. Dengan menanamkan investasi pada sektor pendidikan, Danantara berharap dapat mencetak SDM yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga adaptif, kreatif, dan mampu menjawab tantangan zaman.

Pendekatan ini tidak hanya bersifat simbolik, tetapi merupakan strategi yang dirancang untuk memberikan dampak jangka panjang terhadap daya saing Indonesia. Di tengah kompetisi global yang semakin kompleks, negara-negara maju telah membuktikan bahwa pengembangan manusia adalah jalan terbaik menuju kesejahteraan berkelanjutan.

Transformasi dari ketergantungan SDA menuju penguatan SDM juga dipandang sebagai upaya untuk memutus siklus eksploitasi sumber daya yang tidak ramah lingkungan dan cenderung eksklusif. Sebaliknya, SDM memberikan ruang bagi partisipasi luas seluruh lapisan masyarakat, membuka peluang kerja, serta menumbuhkan ekonomi berbasis pengetahuan dan inovasi.

Pandu juga menekankan bahwa Danantara tidak akan berhenti pada pembentukan universitas saja. Ke depan, Danantara juga berencana mendorong kolaborasi lintas sektor dengan pelaku industri, lembaga pendidikan, dan pemerintah daerah untuk memperkuat akses pendidikan dan pelatihan kerja bagi generasi muda di seluruh Indonesia.

Dengan misi ini, Danantara mengukuhkan dirinya bukan hanya sebagai pengelola investasi, tetapi juga sebagai katalis perubahan sosial dan ekonomi nasional. Pandangan yang dibawa Pandu mencerminkan perubahan cara pandang yang diperlukan untuk menjawab tantangan masa depan: bahwa manusia adalah aset utama pembangunan.

Transformasi ini menjadi panggilan bagi para pemimpin bisnis, pembuat kebijakan, dan pelaku pendidikan di seluruh Indonesia untuk bergandengan tangan mempercepat transisi ke ekonomi berbasis SDM. Dengan kekuatan manusia yang unggul, Indonesia tidak hanya mampu berdikari di tengah kompetisi global, tetapi juga menjadi contoh bagi dunia tentang bagaimana potensi bangsa dapat digali melalui investasi pada manusia.

Terkini

Fitur Baru Instagram Bantu Akses Riwayat Tontonan Video

Rabu, 10 September 2025 | 11:51:27 WIB

Matcha Hadirkan 4 Manfaat Kecantikan Alami Bagi Kulit

Rabu, 10 September 2025 | 11:51:24 WIB

Dokter Peringatkan Bahaya Vape Bagi Kesehatan Paru

Rabu, 10 September 2025 | 11:51:21 WIB

Lima Shio Paling Beruntung Rabu 10 September 2025

Rabu, 10 September 2025 | 11:51:16 WIB

Tiga Aset Crypto Jadi Incaran Whale Menjelang CPI

Rabu, 10 September 2025 | 11:51:11 WIB