JAKARTA - Uang Rupiah bukan hanya sekadar alat pembayaran. Di balik lembaran dan kepingnya, terkandung makna besar tentang kedaulatan, identitas nasional, dan kesatuan bangsa Indonesia. Inilah pesan kuat yang terus digaungkan oleh Bank Indonesia (BI) kepada masyarakat.
Melalui kampanye Cinta, Bangga, Paham Rupiah, Bank Indonesia ingin menanamkan kesadaran bahwa memperlakukan Rupiah dengan baik adalah bentuk nyata menjaga kehormatan negara. Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Berry Arifsyah Harahap, kembali menekankan pentingnya merawat Rupiah dalam keseharian.
“Masyarakat perlu meninggalkan kebiasaan kurang baik, misalnya membasahi, melipat, meremas, mencoret-coret, serta staples uang Rupiah,” ujar Berry, Rabu, 30 Juli 2025.
Menurutnya, perlakuan yang sembrono terhadap uang Rupiah mencerminkan sikap tidak menghargai simbol negara. Karena itu, budaya merawat Rupiah seharusnya ditanamkan sejak dini, bahkan mulai dari lingkungan rumah dan sekolah.
Rupiah: Simbol Kuat yang Menyatukan Bangsa
Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki tugas menjaga stabilitas nilai Rupiah. Namun lebih dari sekadar nilai tukar, BI ingin masyarakat memahami makna mendalam di balik keberadaan mata uang ini.
“Merawat Rupiah sama dengan menjaga kehormatan bangsa,” tegas Berry.
Melalui program Cinta, Bangga, Paham Rupiah, BI mengedukasi masyarakat tentang tiga aspek penting:
Cinta Rupiah: Mengenali ciri dan desain uang asli, serta memperlakukannya dengan benar agar tidak rusak. Ini juga melindungi masyarakat dari kejahatan uang palsu.
Bangga Rupiah: Menunjukkan bahwa Rupiah adalah satu-satunya alat pembayaran yang sah di Indonesia, dan menjadi pemersatu rakyat dari Sabang sampai Merauke. Dalam setiap transaksi, penggunaan Rupiah menegaskan identitas serta kedaulatan ekonomi nasional.
Paham Rupiah: Mengerti peran penting Rupiah dalam stabilitas ekonomi dan fungsinya sebagai alat tukar serta penyimpan nilai. Ini mencakup cara bertransaksi, berhemat, dan menghargai nilai mata uang kita dalam aktivitas ekonomi sehari-hari.
Perjalanan Rupiah ke Ujung Negeri
Keseriusan menjaga martabat Rupiah tidak hanya terlihat dalam kampanye di kota-kota besar, tetapi juga dalam aksi nyata menjangkau wilayah terluar. Salah satu langkah konkret dilakukan melalui Ekspedisi Rupiah Berdaulat (ERB), yang kini kembali menyapa masyarakat di wilayah 3T (terdepan, terluar, terpencil) Provinsi NTB.
Kegiatan ini secara resmi dilepas oleh BI Provinsi NTB bersama TNI AL di Pelabuhan Gili Mas Lembar, Selasa, 29 Juli 2025. Menggunakan Kapal Perang KRI Tongkol-813, tim akan mengunjungi lima pulau penting: Pulau Moyo, Pulau Medang, Pulau Maringkik, Bajo Pulo, dan Desa Pusu Langgudu.
"Ekspedisi Rupiah Berdaulat ini sudah berlangsung sejak 2012 lalu," terang Berry.
Tujuan dari ekspedisi ini adalah memastikan bahwa masyarakat di daerah 3T dapat memperoleh uang Rupiah dalam kondisi layak edar. Tak tanggung-tanggung, sebanyak Rp 8,085 miliar uang Rupiah dibawa untuk kebutuhan selama ekspedisi yang berlangsung hingga 6 Agustus 2025.
Menyentuh Masyarakat Paling Terpencil
Rangkaian kegiatan ERB di NTB tahun ini sudah terlaksana sebanyak 12 kali hingga akhir Juli. Kegiatan ini mencerminkan komitmen BI dalam memberikan layanan inklusif, terutama di wilayah yang belum terjangkau sistem keuangan formal secara optimal.
Asisten III Sekretariat Daerah (Setda) NTB, Eva Dewiyani, mengapresiasi langkah BI dan TNI AL yang telah menyelenggarakan kegiatan ini.
“Kegiatan ini bagus karena masyarakat 3T jadi bisa memperoleh uang yang layak edar,” ujarnya.
Lebih dari sekadar distribusi uang, kegiatan ini juga diiringi dengan edukasi keuangan kepada warga, agar semakin paham akan pentingnya penggunaan dan perawatan uang Rupiah.
“Semoga ini bisa semakin mendekatkan langsung layanan keuangan dan edukasi ke masyarakat 3T di NTB,” tambah Eva.
Ajak Masyarakat Tak Sakiti Rupiah
Masih banyak ditemukan kebiasaan buruk di masyarakat dalam memperlakukan uang. Uang kertas sering ditemukan dalam kondisi kusut, robek, basah, atau bahkan dicoret-coret. Padahal, perawatan uang bukan hanya menjadi tanggung jawab BI, tetapi juga seluruh masyarakat.
Berry mengajak semua pihak untuk menghentikan kebiasaan meremehkan fisik Rupiah.
“Kualitas uang Rupiah perlu dijaga dan dirawat dengan baik,” tegasnya.
Setiap lembar dan keping uang yang rusak bukan hanya merugikan negara secara ekonomis, tetapi juga mencoreng simbol negara yang seharusnya dijaga dengan hormat.
Cerminan Kesadaran Kolektif Bangsa
Melalui ekspedisi, kampanye edukatif, dan kolaborasi lintas institusi, BI terus mendorong terciptanya budaya sadar Rupiah di seluruh lapisan masyarakat. Tujuan akhirnya adalah terbangunnya kesadaran kolektif bahwa Rupiah bukan sekadar alat transaksi, tetapi bagian dari jati diri dan kebanggaan nasional.
Bank Indonesia berharap, gerakan Cinta, Bangga, Paham Rupiah bukan hanya menjadi kampanye sesaat, tetapi tertanam kuat dalam perilaku dan kesadaran sehari-hari.
Rupiah adalah cerminan kekuatan ekonomi kita, wajah bangsa kita, dan tali pengikat kesatuan Indonesia. Maka, mari rawat Rupiah dari dompet kita dimulai dari tidak lagi melipat, menyobek, mencorat-coret, atau memperlakukannya sembarangan.
Rupiah kita, martabat kita.