Produksi Minyak Meningkat, Harga Pasar Turun

Senin, 04 Agustus 2025 | 11:35:36 WIB
Produksi Minyak Meningkat, Harga Pasar Turun

JAKARTA -  Awal pekan ini, pasar minyak dunia kembali mengalami tekanan setelah adanya keputusan dari aliansi produsen minyak OPEC+ yang menaikkan jumlah produksinya secara signifikan. Keputusan tersebut diumumkan pada hari Minggu dan mulai berdampak langsung terhadap pergerakan harga minyak pada Senin pagi, 4 Agustus 2025.

Harga minyak Brent turun sebesar 40 sen atau sekitar 0,57 persen menjadi US$ 69,27 per barel pada pukul 08.15 WIB. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) dari Amerika Serikat mengalami penurunan sebesar 37 sen atau 0,55 persen, sehingga berada di posisi US$ 66,96 per barel.

Penurunan harga ini menjadi lanjutan dari pelemahan yang terjadi pada Jumat sebelumnya, di mana kedua kontrak minyak tersebut mengalami koreksi sekitar US$ 2 per barel saat penutupan perdagangan.

OPEC+ Umumkan Penambahan Produksi

Dalam pertemuan yang dilangsungkan pada hari Minggu, OPEC+ menyepakati adanya peningkatan produksi minyak sebanyak 547.000 barel per hari (bph) untuk bulan September 2025. Langkah ini menjadi bagian dari strategi organisasi untuk mempercepat pasokan ke pasar dan merebut kembali pangsa pasar yang sempat tergeser oleh produsen non-OPEC.

Menurut OPEC+, keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi global yang dinilai masih cukup sehat serta level stok minyak dunia yang relatif rendah. Penambahan produksi ini juga mencakup pembalikan penuh dari pemangkasan produksi terbesar yang pernah dilakukan oleh aliansi tersebut sebelumnya, ditambah peningkatan tambahan dari Uni Emirat Arab.

Secara keseluruhan, total tambahan produksi ini mencapai sekitar 2,5 juta barel per hari atau setara dengan sekitar 2,4 persen dari total permintaan minyak dunia.

Realisasi Produksi Masih Di Bawah Target

Namun, meskipun angka produksi yang diumumkan cukup besar, para analis memperkirakan bahwa realisasi di lapangan belum tentu sesuai target. Analis dari Goldman Sachs memperkirakan bahwa peningkatan pasokan riil dari delapan negara anggota OPEC+ sejak Maret hanya mencapai sekitar 1,7 juta bph. Angka ini baru mencakup dua pertiga dari total volume yang telah diumumkan.

Hal ini terjadi karena beberapa negara anggota justru mengurangi output mereka setelah sebelumnya memproduksi melebihi kuota yang disepakati. Oleh karena itu, Goldman Sachs menyatakan bahwa meski OPEC+ tampak fleksibel dalam kebijakan produksinya, mereka tidak memperkirakan adanya perubahan kuota lagi setelah bulan September.

Selain itu, Goldman Sachs juga menambahkan bahwa pertumbuhan pasokan dari luar OPEC diperkirakan cukup kuat sehingga akan menyisakan ruang yang sempit bagi tambahan produksi dari OPEC+.

Pasar Menyerap Tambahan Pasokan dengan Baik

Sementara itu, analis dari RBC Capital Markets, Helima Croft, memberikan pandangan yang lebih optimistis terhadap langkah OPEC+. Ia menilai bahwa pasar minyak global saat ini cukup mampu menyerap tambahan pasokan yang diberikan oleh OPEC+.

"Pasar ternyata mampu menyerap tambahan pasokan musim panas ini, terbukti harga minyak belum terlalu jauh dari level sebelum gelombang tarif," ujarnya.

Pernyataan ini mencerminkan pandangan bahwa permintaan minyak global masih cukup kuat untuk mengimbangi peningkatan pasokan, setidaknya dalam jangka pendek.

Di sisi lain, pasar minyak juga diwarnai ketidakpastian dari sisi geopolitik, terutama menyangkut potensi sanksi tambahan dari Amerika Serikat terhadap negara-negara seperti Iran dan Rusia. Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif sekunder sebesar 100 persen bagi negara-negara yang masih membeli minyak dari Rusia.

Ancaman tersebut menjadi bagian dari strategi tekanan AS terhadap Moskow agar menghentikan aksi militernya di Ukraina. Sebagai dampaknya, setidaknya dua kapal tanker pengangkut minyak Rusia yang sebelumnya mengarah ke kilang di India dilaporkan telah mengubah rutenya akibat sanksi baru tersebut.

Meskipun demikian, dua pejabat dari pemerintah India menyampaikan bahwa negara mereka akan tetap membeli minyak dari Rusia, meski ada ancaman dari Presiden Trump. Sikap ini menunjukkan bahwa ketergantungan pada energi Rusia masih tinggi bagi sejumlah negara berkembang.

Dampak Tarif AS Terhadap Permintaan Global

Kekhawatiran lain yang membayangi pasar minyak adalah potensi dampak negatif dari tarif AS terhadap pertumbuhan ekonomi global. Jika pertumbuhan melambat, maka permintaan terhadap bahan bakar juga bisa ikut menurun.

Hal ini diperparah oleh laporan bahwa data pertumbuhan lapangan kerja di AS pada Jumat lalu meleset dari ekspektasi. Ketidakpastian ekonomi ini semakin memperkuat kekhawatiran bahwa permintaan minyak bisa mengalami tekanan tambahan di bulan-bulan mendatang.

Pada hari Minggu, Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, menyatakan bahwa tarif yang telah diberlakukan terhadap puluhan negara kemungkinan besar akan tetap dipertahankan. Ia juga menambahkan bahwa kemungkinan besar tidak akan ada pelonggaran dalam waktu dekat, meskipun negosiasi masih berlangsung.

Stabilitas Pasar Minyak Diuji

Dengan latar belakang peningkatan produksi OPEC+, fluktuasi harga, dan ketegangan geopolitik, pasar minyak dunia kembali berada dalam fase ketidakpastian. Para pelaku pasar dan negara konsumen minyak utama harus tetap waspada terhadap dinamika ini, baik dari sisi pasokan maupun permintaan.

Keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi memang memberikan angin segar bagi konsumen dalam jangka pendek. Namun, stabilitas pasar minyak dalam jangka panjang masih sangat bergantung pada faktor-faktor eksternal seperti kebijakan ekonomi global, perkembangan geopolitik, dan kecepatan pemulihan ekonomi pasca pandemi.

Keseimbangan antara pasokan yang cukup dan permintaan yang stabil akan menjadi kunci untuk menjaga harga minyak tetap kompetitif dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, transparansi informasi dan koordinasi antar negara produsen akan sangat menentukan arah pergerakan harga energi dunia ke depan.

Terkini

KPR Aman Dengan Cicilan Maksimal 35 Persen Gaji

Senin, 08 September 2025 | 17:27:30 WIB

Gen Z Indonesia Didorong Cerdas Atur Finansial

Senin, 08 September 2025 | 17:27:27 WIB

Mudah Menukarkan Uang Rusak di Bank Indonesia

Senin, 08 September 2025 | 17:27:24 WIB

Investasi Mudah dan Aman Bagi Perintis Pemula

Senin, 08 September 2025 | 17:27:21 WIB

Pertumbuhan Investor Pasar Modal RI Meningkat Pesat

Senin, 08 September 2025 | 17:27:17 WIB