Petani Bali Manfaatkan Drone Tingkatkan Hasil Sawah

Selasa, 26 Agustus 2025 | 10:29:53 WIB
Petani Bali Manfaatkan Drone Tingkatkan Hasil Sawah

JAKARTA - Bertani di sawah selama ini identik dengan cangkul, bajak, dan sabit. Namun di Desa Jatiluwih, Bali, tiga petani muda memperkenalkan cara berbeda. Mereka membawa drone berbobot 50 kilogram untuk membantu pemupukan sawah, menandai perpaduan tradisi dan teknologi modern dalam pertanian.

Ketiga petani muda itu bertugas sebagai pilot drone yang dikelola Manajemen Operasional Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih. Drone digunakan untuk menyebarkan pupuk pada sawah milik 547 petani padi, yang tergabung dalam tujuh kelompok Subak Telabah Gede, Besikalung, Kedamian, Gunungsari, Umakayu, Kesambi, dan Umadatu.

Drone Untuk Pemupukan Lebih Cepat

Pagi itu, drone DJI Agras T40 dengan tangki berkapasitas 40 liter dibawa ke sawah menggunakan mobil pikap. I Gede Rizky Saputra, salah satu pilot drone, menjelaskan timnya bertugas memupuki sawah di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.

“Pemupukan manual untuk satu hektare bisa memakan waktu 4-5 jam. Dengan drone, hanya 15-20 menit,” kata I Made Prasetiya Candra Andika, pilot drone lain.

Drone ini mampu menghasilkan semprotan cairan pupuk lebih merata dan efisien dibanding metode konvensional. Butiran pupuk yang dihasilkan lebih halus, tersebar luas, dan hemat. Takaran pupuk per hektare cukup 40-50 liter, sementara pemupukan manual membutuhkan sekitar 210 liter.

Pemetaan dan Perencanaan Terperinci

Sebelum terbang, petani memastikan cuaca, jalur, dan kondisi sawah agar pupuk tepat sasaran. Pemetaan dilakukan sehari sebelumnya. Sawah di Jatiluwih berbentuk terasering, sehingga perencanaan matang sangat penting agar pupuk tidak terbuang percuma.

Petani lain menyiapkan pupuk organik cair dan membersihkan jalur dari bambu atau kayu pengusir burung agar tidak mengganggu proses penyemprotan. Hal ini memastikan penggunaan drone maksimal dan pupuk tersebar secara merata di seluruh sawah.

Hasil Panen Lebih Merata

Menurut I Ketut Purna, Manajer Daya Tarik Wisata Jatiluwih, pemupukan dengan drone memberikan hasil yang sangat baik. Pertumbuhan padi menjadi lebih merata, sehingga panen padi beras merah tahun ini diprediksi lebih baik dibandingkan tahun lalu.

Petani di desa ini biasanya melakukan dua kali panen setiap tahun padi beras merah pada Juli dan padi beras putih pada November. Hasil produksi berkisar 6-7 ton per hektare, dengan harga jual Rp30.000 hingga Rp50.000 per kilogram, tergantung cara pengolahan.

Efek Positif Terhadap Pariwisata

Keunikan drone yang berukuran besar ternyata menarik wisatawan. Banyak pengunjung terpikat melihat drone terbang di atas sawah terasering. Hal ini mendukung pariwisata lokal, apalagi Desa Jatiluwih terkenal dengan Subak, sistem irigasi tradisional yang dikelola petani secara kolektif.

Pedagang lokal melayani wisatawan mancanegara yang membeli produk pertanian desa tersebut. Dari Januari hingga Juli 2025, jumlah kunjungan wisatawan tercatat 207.646 orang, dengan 66.151 wisatawan domestik dan 141.495 mancanegara.

Subak: Warisan Budaya Dunia

Keindahan sawah terasering di Desa Jatiluwih dan pengelolaan Subak telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia sejak 2012. Inovasi pemupukan menggunakan drone tidak hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga memperkuat daya tarik wisata dan budaya desa.

Petani berdoa sebelum menerbangkan drone, sebagai simbol pengharapan agar hasil panen melimpah. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi modern bisa berpadu dengan tradisi lokal, memberikan manfaat ekonomi sekaligus menjaga budaya.

Keunggulan Drone Dibanding Metode Konvensional

Dengan drone, pemupukan menjadi lebih cepat, hemat, dan presisi. Semprotan cairan pupuk lebih merata, mengurangi pemborosan, dan meningkatkan efisiensi kerja. Pilot drone mengontrol jalannya penyemprotan agar pupuk mencapai seluruh tanaman padi secara optimal.

Selain itu, penggunaan drone juga mengurangi risiko tenaga kerja yang harus berkutat di bawah terik matahari atau medan terasering yang sulit. Efisiensi waktu dan tenaga membuka peluang bagi petani untuk mengembangkan metode pertanian lainnya.

Dampak Nyata pada Hasil Panen

Pemanfaatan drone di Jatiluwih menunjukkan hasil nyata: pertumbuhan padi lebih seragam, panen meningkat, dan kualitas padi lebih baik. Pendapatan petani menjadi lebih stabil karena produksi bisa diatur lebih rapi, dan biaya pupuk bisa ditekan.

Selain itu, kombinasi teknologi dan tradisi Subak menjadikan Desa Jatiluwih sebagai contoh bagaimana inovasi modern dapat mendukung pertanian berkelanjutan dan pelestarian budaya.

Inovasi drone pertanian di Desa Jatiluwih, Bali, membuktikan bahwa teknologi modern dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas hasil panen. Pemupukan yang lebih cepat, hemat, dan presisi juga mendukung pariwisata lokal dan melestarikan Subak sebagai warisan budaya dunia.

Dengan cara ini, petani muda Bali tidak hanya mengembangkan pertanian, tetapi juga memperkuat ekonomi desa, menarik wisatawan, dan menjaga tradisi. Desa Jatiluwih menjadi contoh nyata bahwa teknologi dan budaya bisa berjalan seiring untuk kesejahteraan masyarakat.

Terkini