JAKARTA - Transformasi layanan logistik di Indonesia kini memasuki babak baru. Bukan hanya kota besar, daerah perbatasan pun mulai merasakan sentuhan sistem digital terpadu. Kota Tarakan, Kalimantan Utara, menjadi salah satu lokasi awal penerapan National Logistic Ecosystem (NLE) yang diharapkan mampu mengurai kerumitan birokrasi logistik dan mempercepat arus barang lintas instansi.
Penerapan NLE di Tarakan menjadi momentum penting. Pasalnya, wilayah ini merupakan salah satu pintu gerbang aktivitas perdagangan lintas negara. Kehadiran sistem digital yang menyatukan alur perizinan diharapkan mampu memangkas hambatan dan mendorong efisiensi.
Kolaborasi Instansi untuk Efisiensi
- Baca Juga Harga BBM Terbaru Berlaku Seluruh SPBU
Kepala Seksi Penyuluhan dan Pelayanan Bea Cukai Tarakan, Andy Herwanto, menjelaskan bahwa NLE dirancang untuk menyelaraskan lalu lintas barang dan dokumen sejak kedatangan hingga masuk gudang. Proses ini mengedepankan kolaborasi serta pertukaran data lintas lembaga.
“Melalui NLE, proses logistik bisa jadi lebih singkat dan efisien. Tidak ada lagi pengulangan data atau duplikasi dokumen. Semua dilakukan dalam satu platform,” ujarnya.
Sebagai langkah awal, lima instansi dilibatkan sebagai pemangku kepentingan. Instansi tersebut adalah Bea Cukai, KSOP Tarakan, Balai Karantina Kesehatan, Imigrasi, dan Pelindo.
Kelima instansi ini bahkan telah menandatangani komitmen bersama untuk menjalankan NLE di Tarakan. Hal ini menjadi landasan kuat agar proses implementasi dapat berjalan konsisten dan terukur.
Dari Sosialisasi hingga Asistensi
Tahapan penerapan NLE di Tarakan dimulai dengan sosialisasi kepada pemangku kepentingan. Setelah itu, dilakukan pembimbingan teknis oleh tim transisi dan pihak INSW, lalu dilanjutkan dengan asistensi kepada pengguna jasa.
“Kami sudah mulai dengan sosialisasi, lalu dilanjutkan pembimbingan teknis oleh tim transisi dan pihak INSW. Sekarang masuk tahap asistensi kepada pengguna jasa,” jelas Andy.
Dengan pendampingan ini, para pelaku usaha maupun pengguna jasa dapat lebih mudah memahami cara kerja sistem NLE. Tujuannya agar saat uji coba dan implementasi penuh, tidak ada kendala berarti di lapangan.
Fokus pada Layanan Barang Impor
Untuk tahap awal, NLE di Tarakan difokuskan pada pelayanan barang impor. Pertimbangannya, barang dari luar negeri biasanya membutuhkan banyak dokumen perizinan lintas instansi sehingga menjadi titik rawan keterlambatan.
“Untuk tahap awal, kami fokuskan pada layanan barang dari luar negeri. Ini untuk melihat sejauh mana sistem bisa mempercepat proses perizinan yang biasanya memakan waktu,” tambah Andy.
Dengan menggunakan sistem ini, pengguna jasa tidak perlu lagi mengajukan dokumen berulang kali di berbagai tempat. Semua dapat dilakukan dalam satu kali pengajuan melalui sistem single submission.
Single Submission, Proses Lebih Cepat
Sistem single submission memungkinkan setiap data yang diinput dapat langsung diproses oleh seluruh instansi terkait. Artinya, sekali mengisi formulir, pengguna jasa akan mendapatkan persetujuan dari semua pihak yang berkepentingan.
Hal ini tentu memangkas prosedur birokrasi yang sebelumnya panjang dan berulang. “Nantinya pelaku usaha tidak perlu bolak-balik atau mengurus dokumen yang sama di tempat berbeda. Semua bisa dilakukan lewat satu platform. Ini tentunya akan mendorong iklim usaha menjadi lebih kondusif dan kompetitif,” terang Andy.
Selain mempercepat layanan, NLE juga memberi kepastian hukum dan transparansi. Setiap proses dapat dipantau secara digital sehingga lebih akuntabel.
Dampak bagi Dunia Usaha
Kehadiran NLE di Tarakan diharapkan membawa angin segar bagi pelaku usaha, khususnya yang bergerak di bidang logistik dan perdagangan lintas negara. Dengan sistem terintegrasi, biaya operasional dapat ditekan, waktu distribusi lebih cepat, serta daya saing usaha semakin meningkat.
Bagi kota perbatasan seperti Tarakan, efisiensi logistik bukan hanya soal kelancaran arus barang, melainkan juga strategi meningkatkan iklim investasi. Kemudahan layanan perizinan menjadi daya tarik tersendiri bagi investor untuk menanamkan modal.
Evaluasi dan Pengembangan Lanjutan
Meski baru tahap awal, Bea Cukai Tarakan bersama instansi terkait berkomitmen untuk terus mempercepat implementasi NLE secara menyeluruh. Evaluasi terhadap tahap piloting akan menjadi dasar perbaikan ke depan.
“Kita mulai dulu dari asistensi, lalu kita lihat capaian piloting-nya. Kalau berhasil, tentu kita akan tingkatkan pelaksanaannya,” tutup Andy.
Dari uji coba pada barang impor, sistem ini akan dikembangkan untuk layanan lain secara bertahap. Dengan begitu, ke depan NLE tidak hanya memudahkan proses perizinan impor, tetapi juga memperlancar ekspor dan layanan logistik domestik.
Penerapan NLE di Tarakan menunjukkan langkah nyata pemerintah dalam menghadirkan layanan logistik yang lebih modern, efisien, dan transparan hingga ke daerah perbatasan.
Integrasi lintas instansi, penyederhanaan proses dokumen, serta penerapan single submission menjadi bukti nyata transformasi digital di sektor logistik.
Bagi pelaku usaha, inisiatif ini menghadirkan harapan baru. Waktu pengurusan lebih singkat, biaya dapat ditekan, dan daya saing meningkat.
Apabila implementasi di Tarakan sukses, bukan tidak mungkin model serupa akan diperluas ke daerah lain di Indonesia. Dengan demikian, ekosistem logistik nasional yang terintegrasi dapat terwujud, memperkuat daya saing ekonomi Indonesia di kancah global.