JAKARTA - Provinsi Bali makin menegaskan langkah strategis menuju kemandirian energi dan transisi bersih dengan peresmian empat pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di tiga desa. Inisiatif ini dilakukan oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Bali, sebagai bagian dari strategi memperluas pemanfaatan energi terbarukan di tingkat desa. Peresmian ini menandai tonggak penting dalam menghadirkan listrik bersih sekaligus efisiensi energi yang berdampak langsung pada pelayanan publik dan kegiatan produktif masyarakat.
Lokasi dan Kapasitas PLTS
Keempat instalasi PLTS memiliki total kapasitas sebesar 15,37 kilowatt peak (kWp). Tiga sistem telah mulai beroperasi sejak Juli, sedangkan satu sistem di Kantor Camat Nusa Penida ditargetkan berfungsi penuh pada September. Lokasi pemasangan mencakup Desa Banjarasem, Kabupaten Buleleng; Desa Baturinggit, Kabupaten Karangasem; dan Desa Batununggul, Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.
- Baca Juga Harga BBM Terbaru Berlaku Seluruh SPBU
Di Desa Banjarasem, sistem PLTS dipasang di Kantor Perbekel dengan kapasitas 3,48 kWp dan baterai 4,8 kWh. Di Baturinggit, kapasitas serupa diterapkan untuk pompa air PAMSIMAS yang melayani 150 kepala keluarga, menjamin pasokan air bersih tetap terjaga. Desa Batununggul menerima dua instalasi, yakni satu di Kantor Camat Nusa Penida berkapasitas 5,95 kWp dengan baterai 4,8 kWh, dan satu di SD Negeri 1 Batununggul berkapasitas 2,46 kWp dengan baterai 5,12 kWh.
Dampak Ekonomi dan Pemberdayaan Desa
Proyek ini tidak hanya menyediakan listrik, tetapi juga memberdayakan ekonomi lokal. Di Banjarasem, PLTS diperkirakan dapat mengurangi beban tagihan listrik kantor desa hingga 50–60 persen. Penghematan tersebut memungkinkan alokasi anggaran untuk kegiatan produktif warga, mendukung perekonomian desa secara langsung.
Seluruh pengelolaan sistem diserahkan kepada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dengan staf yang telah mengikuti pelatihan teknis operasi dan perawatan PLTS. Pendekatan ini memastikan bahwa warga desa memiliki keterampilan dan kapasitas untuk mengelola sistem energi bersih secara mandiri.
Manfaat Sosial dan Lingkungan
CEO IESR Fabby Tumiwa menegaskan pentingnya manfaat sosial dan lingkungan dari proyek ini. “Energi terbarukan harus hadir dan dirasakan langsung oleh masyarakat desa, bukan hanya untuk listrik, tapi juga mendukung ekonomi rakyat dan pelayanan publik yang hijau dan berkualitas. Inilah wajah nyata transisi energi yang inklusif,” ujar Fabby.
Proyek ini juga menjadi bagian dari target Bali Net Zero Emission (NZE) 2045. Analisis IESR menunjukkan potensi energi surya di Bali mencapai 22 Gigawatt (GW), namun pemanfaatannya hingga kini masih kurang dari satu persen. Implementasi PLTS di desa-desa menjadi langkah awal menampilkan manfaat energi bersih yang dapat diakses masyarakat langsung, sekaligus mendemonstrasikan efektivitas teknologi terbarukan bagi pelayanan publik.
Dukungan Pemerintah dan Pelatihan Masyarakat
Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra, menyambut baik inisiatif ini. Ia menekankan pentingnya pemahaman masyarakat mengenai manfaat dan efisiensi PLTS. Kesadaran warga akan energi bersih menjadi kunci untuk mendorong desa-desa lain di Bali berperan aktif dalam mencapai kemandirian energi.
Pendanaan proyek percontohan ini bersumber dari lembaga filantropi ViriyaENB, yang mendukung inisiatif Bali Emisi Nol Bersih 2045 sejak 2023. IESR berharap proyek ini dapat diperluas ke seluruh desa di Bali. Dukungan dari pemerintah kabupaten/kota, pemerintah pusat, serta pihak swasta maupun lembaga publik diharapkan memperkuat keberlanjutan inisiatif ini.
Edukasi dan Teknologi PLTS
Selain penyediaan listrik, PLTS di desa-desa ini menjadi sarana edukasi mengenai energi bersih. Masyarakat dapat menyaksikan langsung bagaimana energi surya bekerja, mulai dari penyimpanan di baterai hingga distribusi ke perangkat listrik. Pendekatan ini meningkatkan kesadaran warga tentang pentingnya transisi energi, sekaligus menumbuhkan budaya hemat energi dan ramah lingkungan.
Implementasi PLTS juga mendukung efisiensi operasional. Dengan kapasitas baterai yang memadai, sistem mampu memastikan pasokan listrik tetap stabil, meski intensitas sinar matahari rendah. Hal ini membuktikan bahwa transisi energi bersih dapat diterapkan secara praktis, aman, dan bermanfaat bagi masyarakat desa.
Langkah Strategis Menuju Kemandirian Energi
Peresmian empat PLTS di Bali menandai awal kemandirian energi di tingkat lokal, memperkuat ekonomi desa, dan mengedukasi masyarakat mengenai energi terbarukan. Proyek ini menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur energi bersih tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan listrik, tetapi juga menjadi motor penggerak kesejahteraan masyarakat serta pencapaian target net zero emisi 2045.
Dengan keberhasilan proyek percontohan ini, Bali menjadi contoh bagi provinsi lain di Indonesia dalam memanfaatkan energi terbarukan secara inklusif. Integrasi PLTS dengan pelayanan publik dan kegiatan ekonomi desa menunjukkan energi bersih memberikan manfaat nyata, langsung dirasakan masyarakat, dan mendorong pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan.