JAKARTA - Di era media sosial, berbagai tren kesehatan sering kali muncul dan dengan cepat menjadi viral. Salah satunya adalah minyak jarak atau castor oil, yang banyak disebut-sebut memiliki segudang manfaat mulai dari melangsingkan tubuh, mengatasi masalah kulit, hingga memperbaiki penglihatan. Klaim ini begitu menarik perhatian karena menawarkan solusi instan. Namun, pertanyaan penting muncul: sejauh mana manfaat minyak jarak tersebut benar-benar terbukti secara ilmiah?
Menurut Stefan Offermanns, profesor farmakologi di Goethe University Frankfurt sekaligus direktur di Max Planck Institute for Heart and Lung Research, minyak jarak sebenarnya bukan hal baru. “Castor oil adalah salah satu obat tertua,” jelasnya. Minyak ini sudah digunakan sejak ribuan tahun lalu, bahkan ditemukan di makam Mesir kuno dari tahun 4000 SM. Dalam naskah medis Ebers Papyrus sekitar 1550 SM, minyak jarak dipakai sebagai obat kulit, pencahar, hingga perangsang persalinan. Fakta ini menunjukkan bahwa pemanfaatannya sudah berlangsung sangat lama.
Cara Kerja Minyak Jarak
Minyak jarak dihasilkan dari biji tanaman jarak (Ricinus communis). Perlu diingat, biji mentah tanaman jarak beracun, tetapi hasil ekstraksinya menghasilkan minyak dengan efek pencahar kuat. Offermanns menjelaskan bahwa kandungan utama minyak jarak adalah asam risinoleat, yang bekerja pada reseptor prostaglandin EP3 di usus serta serviks. Efeknya berupa kontraksi otot, yang kemudian memicu buang air besar atau kontraksi rahim.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengakui minyak jarak sebagai pencahar. Meski demikian, penggunaan untuk induksi persalinan belum mendapat persetujuan resmi, sebab bukti ilmiahnya masih terbatas. Offermanns juga mengingatkan, penggunaan rutin tidak disarankan. “Ada obat pencahar lain yang lebih aman dengan efek samping lebih sedikit,” ujarnya. Jika dipakai berlebihan, minyak jarak justru bisa merusak lapisan usus dan organ lain.
Klaim untuk Lemak Perut
Salah satu klaim viral yang sering terlihat di media sosial adalah penggunaan minyak jarak pada area perut atau pusar untuk meluruhkan lemak. Banyak orang percaya langkah sederhana ini bisa membuat tubuh lebih ramping. Namun, menurut Lindsey Wohlford, ahli gizi di University of Texas MD Anderson Cancer Center, klaim tersebut tidak benar. “Minyak jarak tidak bisa diserap kulit hingga memengaruhi organ dalam,” jelasnya.
Klaim serupa juga berlaku untuk anggapan bahwa minyak jarak bisa mengecilkan tumor di bawah kulit. Jun Mao, kepala Integrative Medicine Service di Memorial Sloan Kettering Cancer Center, menegaskan, “Tidak ada bukti sama sekali.” Ia menambahkan bahwa risiko utama dari mengoleskan minyak jarak hanyalah iritasi kulit ringan. Sementara itu, jika diminum sembarangan untuk tujuan menurunkan berat badan, hasilnya bisa berbahaya dan tidak efektif.
Minyak Jarak untuk Kecantikan Kulit
Meski tidak dapat mengecilkan perut, minyak jarak tetap memiliki manfaat nyata untuk kulit. Nina Botto, profesor dermatologi di University of California San Francisco, mengatakan bahwa minyak jarak memang memberikan kelembapan dan sifat antimikroba. “Kelebihannya adalah memberi hidrasi, dan memiliki sifat antimikroba,” jelasnya.
Namun, ia juga mengingatkan agar pengguna berhati-hati. Pada kulit berjerawat, minyak jarak bisa menyumbat pori-pori dan memperparah kondisi. Begitu pula klaim bahwa minyak jarak mampu menghilangkan keriput, hingga kini belum ada bukti ilmiah yang mendukung. Jadi, manfaatnya lebih realistis sebagai pelembap, bukan sebagai anti-aging ajaib.
Minyak Jarak untuk Kesehatan Mata
Salah satu klaim paling berisiko adalah penggunaan minyak jarak pada mata untuk memperbaiki penglihatan atau menumbuhkan bulu mata. Menurut Saba Al-Hashimi, profesor oftalmologi di UCLA Stein Eye Institute, hal itu tidak memiliki dasar. “Tidak ada bukti yang mendukung hal itu,” tegasnya.
Minyak jarak hanya akan berada di permukaan mata, tidak bisa menembus ke dalam bola mata. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa penggunaan minyak jarak non-steril dapat memicu iritasi dan penglihatan kabur. Risiko yang lebih serius adalah infeksi mata hingga kehilangan penglihatan. Karena itu, penggunaan minyak jarak biasa untuk mata sangat tidak dianjurkan.
Memang ada beberapa studi kecil yang meneliti potensi minyak jarak dalam formula khusus untuk sindrom mata kering, tetapi produk yang digunakan berbeda dengan minyak jarak biasa. Produk tersebut dibuat steril dan diperuntukkan secara medis, bukan diambil langsung dari botol minyak jarak di pasaran.
Fakta dan Batasan
Melihat berbagai penjelasan para ahli, jelas bahwa minyak jarak memiliki manfaat nyata, terutama sebagai pencahar dan pelembap kulit. Akan tetapi, banyak klaim viral yang beredar di media sosial tidak terbukti secara ilmiah. Klaim mengenai pembakaran lemak perut, pengobatan tumor, atau peningkatan penglihatan tidak memiliki dasar yang kuat.
Stefan Offermanns menekankan bahwa meskipun minyak jarak dikenal sejak ribuan tahun lalu, penggunaannya tetap harus bijak. “Bahkan sebagai pencahar, ada pilihan lain yang lebih baik,” ujarnya.
Para pakar sepakat, sebelum mencoba pengobatan alternatif, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan tenaga medis. Minyak jarak bukanlah solusi ajaib untuk semua masalah kesehatan. Jika digunakan sembarangan, risikonya justru bisa membahayakan tubuh.