JAKARTA – Harga batu bara mengalami penurunan signifikan, mengikuti langkah kebijakan China yang berpotensi mengubah dinamika pasar global. Penurunan ini membuat pergerakan harga batu bara mengalami tren bearish yang terus berlanjut sepanjang tahun ini.
Menurut data terbaru, harga batu bara Newcastle untuk pengiriman Februari 2025 mengalami penurunan sebesar US$ 1,7 menjadi US$ 107,25 per ton. Sementara, kontrak untuk Maret 2025 juga turun tajam sebesar US$ 2,75 menjadi US$ 110,75 per ton. Tidak ketinggalan, harga untuk April 2025 jatuh sebesar US$ 2,6 menjadi US$ 114,2 per ton.
Secara paralel, harga batu bara di pasar Rotterdam juga mengalami tekanan. Untuk Februari 2025, harga menurun sebesar US$ 1,15 menjadi US$ 105, sedangkan kontrak Maret 2025 menyusut US$ 1,5 menjadi US$ 104,2. Demikian pula, harga untuk April 2025 merosot US$ 1,6 menjadi US$ 104.
Kebijakan China Menjadi Faktor Utama
Penurunan harga ini tidak terlepas dari pengaruh kebijakan China. Research and Development ICDX, Girta Yoga, menerangkan bahwa kebijakan China untuk meningkatkan produksi batu bara sebesar 1,5% menjadi 4,82 miliar ton tahun ini menjadi sentimen utama di balik melemahnya harga di pasar global.
"Hal itu berpotensi menurunkan permintaan China seiring dengan rencana peningkatan produksi batu bara domestik," ungkap Yoga. Dengan meningkatnya produksi dalam negeri, kebutuhan impor dari pasar luar dapat berkurang signifikan, menggebrak pasar dengan sentimen negatif.
Perang Tarif AS-China Memperburuk Situasi
Di samping itu, faktor eksternal seperti ketegangan perang tarif antara Amerika Serikat dan China juga semakin menekan harga batu bara. Ketidakpastian yang dihasilkan dari ketegangan bilateral ini memberikan tekanan tambahan pada pasar batu bara internasional.
Harga batu bara kini bergerak di antara resistance terdekat di harga US$ 109,50 per ton dan support di US$ 108,5 per ton, mencerminkan volatilitas yang meningkat akibat situasi global saat ini.
Tren Bearish yang Berkepanjangan
Sementara itu, Yoga juga menyoroti bahwa harga batu bara selama sepekan terakhir menunjukkan tren bearish atau melemah sebesar 5,79%. Jika dilihat secara year to date (ytd), harga batu bara telah mencatatkan penurunan sebesar 12,56%, mencerminkan ketidakpastian pasar dalam menghadapi faktor-faktor eksternal dan internal.
"Dengan tren penurunan ini, pelaku pasar perlu mempersiapkan strategi mitigasi risiko yang lebih solid," tutup Yoga, mengingatkan bahwa pasar belum menunjukkan tanda-tanda penguatan dalam waktu dekat.
Menantikan Kebijakan Ekspor Batu Bara
Selain mengantisipasi kebijakan China, pelaku industri batu bara kini juga berada dalam posisi menunggu aturan ekspor teranyar yang diharapkan dapat membantu menstabilkan pasar. Kebijakan ekspor yang memadai dapat menjadi salah satu solusi dalam mengelola tekanan pasokan dan permintaan yang tidak seimbang.
Pasar batu bara global saat ini menghadapi tantangan besar yang berasal dari kebijakan nasional China serta tensi perdagangan internasional. Pelaku industri diharapkan terus memonitor perkembangan serta menyesuaikan dengan dinamika yang terjadi untuk mengurangi dampak negatif dari penurunan harga yang berkepanjangan ini. tetaplah mengikuti perkembangan berita terbaru untuk mendapatkan wawasan menyeluruh mengenai kondisi pasar dan kemungkinan langkah strategis di masa depan.