JAKARTA - PT Merdeka Battery Materials Tbk (IDX: MBMA) dengan bangga mengumumkan pencapaian signifikan dalam operasional penambangan nikel dan debut produksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) selama kuartal terakhir 2024. MBMA berhasil meningkatkan produksi dan melakukan pencapaian penting yang memperkokoh posisinya dalam sektor material baterai global.
Dalam perkembangan baru ini, Tambang Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), yang menjadi andalan MBMA, mencatat rekor produksi bijih nikel tertinggi per kuartal. Pada akhir Desember 2024, tambang ini menghasilkan 3,0 juta wet metric ton (wmt) saprolit dan 3,4 juta wmt limonit, menunjukkan peningkatan tahun-ke-tahun masing-masing sebesar 108% dan 110%.
Penambangan ini diiringi dengan pengiriman 2,01 juta wmt saprolit ke fasilitas peleburan Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) milik MBMA serta penjualan 4,1 juta wmt limonit ke PT Huayue Nickel Cobalt (HNC). Penjualan ini menyumbangkan pendapatan sementara senilai US$ 73,2 juta dengan harga rata-rata US$ 17,9 per wmt, menegaskan kekuatan finansial dari operasi ini.
“Pada 2024, utama kami Tambang SCM sukses memperbesar kapasitas dan meningkatkan operasi penambangan, berujung pada output produksi yang substansial dengan penurunan biaya produksi,” ujar Presiden Direktur MBMA, Teddy Oetomo. Menurut Teddy, produksi saprolit pada tahun fiskal 2024 mencapai 4,9 juta wmt, naik dari 2,3 juta wmt pada 2023, sementara produksi limonit melonjak menjadi 10,1 juta wmt.
Para ahli industri menilai peningkatan produksi ini berbanding lurus dengan efisiensi biaya. Biaya tunai saprolit turun dari US$ 28,4 per wmt pada awal tahun ke US$ 21,6 per wmt pada kuartal keempat. Serupa, biaya tunai limonit berkurang dari US$ 11,5 per wmt menjadi US$ 9,0 per wmt.
Dalam hal produksi nikel, MBMA melaporkan total output 30.716 ton nikel sepanjang kuartal ini, dengan rincian 18.823 ton dalam bentuk nickel pig iron (NPI) dan 11.893 ton sebagai high-grade nickel matte (HGNM). Satu hal yang mencolok dari operasi ini adalah pendapatan yang dihasilkan mencapai US$ 223,8 juta dari NPI dan US$ 158,8 juta dari HGNM, dengan harga jual masing-masing US$ 11.887 per ton dan US$ 13.229 per ton.
Mengutip pernyataan dari Teddy Oetomo, “Kinerja kuat ini mencerminkan komitmen MBMA terhadap efisiensi, keberlanjutan, dan inovasi memasuki tahun 2025, kita berada dalam posisi yang sangat kuat untuk tumbuh.”
Kegiatan commissioning di Pabrik AIM menunjukkan perkembangan positif dengan Pabrik Pirit (Pyrite Plant) beroperasi penuh dan Pabrik Asam (Acid Plant) beroperasi sejak April 2024. Pabrik Asam mencapai produksi tertinggi dengan 164.985 ton asam dan 225.036 ton uap.
Signifikansi lain di akhir 2024 adalah produksi perdana MHP oleh PT ESG New Energy Material (PT ESG). Pencapaian ini memiliki arti strategis dalam visi MBMA memajukan produksi bahan baterai hilir. Dalam keterangan lebih lanjut, MBMA menargetkan pengiriman lebih dari 6,0 hingga 7,0 juta wmt bijih saprolit dan penjualan 12,5 hingga 15,0 juta wmt bijih limonit pada 2025.
Estimasi biaya hingga 2025 juga memperlihatkan tren menurun, di mana biaya tunai saprolit dan limonit masing-masing akan tetap di bawah US$ 23/wmt dan US$ 11/wmt. Produksi NPI diproyeksikan berada pada kisaran 80.000 hingga 87.000 ton, dengan biaya tunai diprediksi di bawah US$ 11.000 per ton. Sementara produksi HGNM diprediksi mencapai antara 50.000 hingga 55.000 ton dengan biaya tunai di bawah US$ 13.500 per ton.
Khusus untuk MHP, MBMA optimis bisa memproduksi antara 25.000 dan 30.000 ton dengan biaya tunai rata-rata di bawah US$ 9.000 per ton. “Kami berharap pada tahun 2025 dapat memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan RKEF sendiri,” kata Teddy. Dia juga menyebutkan bahwa semua ini berkorelasi dengan kemampuan MBMA mempertahankan profitabilitas fasilitas pemurniannya, khususnya pabrik HGNM.
Berkomitmen untuk optimisasi dan keberlanjutan, MBMA mengikuti praktik bisnis yang bertanggung jawab dan berfokus pada investasi yang strategis seperti pada HPAL dan Pabrik AIM Untuk menghadapi permintaan pasar yang dinamis. Akhirnya, MBMA tetap bertahan kuat sebagai pelaku utama dalam industri global, mempersiapkan diri dengan kapasitas produksi yang optimal, dan strategi peningkatan profitabilitas.
“Saat kami bertumbuh, kami tetap pada komitmen untuk memberikan nilai kepada pemangku kepentingan kami dan berkontribusi terhadap transisi energi global," tutup Teddy.