Kebangkitan Petani Lada Entikong: Harga yang Lebih Baik, Semangat yang Menguat

Minggu, 09 Februari 2025 | 12:04:37 WIB
Kebangkitan Petani Lada Entikong: Harga yang Lebih Baik, Semangat yang Menguat

JAKARTA - Setelah bergulat dengan harga komoditas yang terus merosot dalam beberapa tahun terakhir, petani lada di Entikong, Kabupaten Sanggau, kini menemui alasan baru untuk bersemangat dalam budidaya mereka. Kenaikan harga lada yang signifikan memberikan angin segar bagi petani di daerah perbatasan ini, mendorong mereka untuk kembali menyemai harapan dan tanaman lada di kebun-kebun mereka.

Hardius, seorang petani lada dari Entikong, mengungkapkan kegembiraannya setelah melihat perubahan positif dalam harga lada di pasar. "Untuk usaha pokok selain berladang, kami petani di daerah perbatasan menanam lada, dan sekarang kembali ramai karena harganya cukup tinggi," ungkap Hardius saat diwawancarai pada Minggu,9 Februari 2025. 

Harga lada yang sempat mencapai titik nadir kini mulai memanjat ke angka yang lebih bersahabat bagi petani. Harga lada putih saat ini mencapai Rp130.000 per kilogram, sementara lada hitam dihargai Rp85.000 per kilogram. Sebagai perbandingan, sebelumnya harga lada putih bertahan di kisaran Rp40.000 dan lada hitam tidak lebih dari Rp20.000 per kilogram.

Siklus kenaikan harga ini sudah berlangsung hampir setahun, dan memberikan secercah harapan bagi para petani yang sebelumnya pesimis. "Hampir setahun ini harga lada kembali naik, maka kami semangat lagi menanam lada, mudah-mudahan harga tetap bertahan seperti sekarang," tambah Hardius dengan optimisme.

Di Kecamatan Entikong sendiri, sekitar 80 persen petani memiliki kebun lada yang luasannya bervariasi antara setengah hingga satu hektare. Meski begitu, Hardius mencatat bahwa belum semua petani sepenuhnya yakin untuk kembali menanam lada secara masif. "Hanya sebagian kawan-kawan petani menanam lada, karena masih ragu dengan kestabilan harga, dan yang sekarang panen, dari hasil tanam tahun lalu, ya belum banyak," jelasnya.

Para petani di sini masih selektif dalam mengambil keputusan untuk kembali menanam lada. Banyak yang mengamati dinamika pasar dengan cermat, khawatir akan fluktuasi harga yang bisa kembali merugikan. Namun, bagi mereka yang sudah memutuskan untuk kembali menaruh kepercayaan pada lada, panen perdana dari hasil tanam tahun lalu telah mulai dipetik.

Fenomena kebangkitan ini tidak hanya berdampak positif bagi kehidupan ekonomi para petani lada di Entikong, tetapi juga menebarkan harapan baru bagi sektor pertanian setempat. Kebangkitan harga lada adalah katalis bagi petani yang sebelumnya sempat menyerah dan mencari sumber pendapatan alternatif. Kini, dengan harga yang memperlihatkan tren positif, sektor pertanian, khususnya lada, kembali menjadi pilihan utama bagi mereka.

Proyeksi harga lada yang lebih stabil di pasar lokal dan internasional diharapkan dapat terus menopang semangat petani untuk meningkatkan produksi. Dengan demikian, lada dari Entikong dapat terus berkontribusi signifikan dalam pemenuhan kebutuhan rempah di tingkat lokal maupun nasional.

Antusiasme ini juga diharapkan dapat menarik perhatian berbagai pihak, termasuk pemerintah dan investor, untuk memberikan dukungan tambahan bagi petani lada melalui program-program pelatihan, penyuluhan, serta bantuan infrastruktur dan teknologi pertanian modern. Langkah-langkah ini diyakini dapat memperkuat ketahanan petani lada di Entikong dalam menanggapi perubahan pasar di masa depan.

Dalam skema yang lebih besar, kebangkitan budidaya lada di Entikong bisa menjadi contoh nyata bagaimana perubahan harga yang meningkat dapat menghidupkan kembali semangat pertanian di daerah-daerah perbatasan. Langkah selanjutnya adalah memastikan kestabilan harga yang berkelanjutan agar momentum ini tidak hanya menjadi fase sementara tetapi bisa diteguhkan untuk waktu yang lebih lama.

Dengan potensi tersebut, masyarakat dan pemerintah daerah harus bersinergi dalam menciptakan ekosistem pertanian yang lebih produktif dan tahan banting. Semua ini tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan para petani lada, tetapi juga untuk mempertahankan posisi penting lada sebagai salah satu komoditas unggulan yang memiliki daya saing dan potensi ekspor yang besar.

Terkini