Kompor Kostum: Solusi Hemat dan Ramah Lingkungan Pengganti Gas Elpiji dengan Bahan Bakar Limbah

Senin, 10 Februari 2025 | 12:23:56 WIB
Kompor Kostum: Solusi Hemat dan Ramah Lingkungan Pengganti Gas Elpiji dengan Bahan Bakar Limbah

JAKARTA – Di tengah kesulitan masyarakat mendapatkan gas elpiji 3 kilogram, seorang pengusaha kuliner dari Desa Bandorasawetan, Kecamatan Cilimus, menemukan solusi inovatif. Ine Rahayu Kusumawati (42) telah berhasil mengembangkan kompor alternatif yang memanfaatkan limbah minyak jelantah dan oli bekas sebagai bahan bakar.

Ine, yang menjalankan bisnis kuliner burung puyuh, mengungkapkan bahwa ia tidak sepenuhnya tergantung pada gas elpiji. Sebaliknya, dia menggunakan "Kompor Kostum", yang uniknya dapat berfungsi dengan minyak jelantah dan oli bekas sebagai bahan utama.

"Saya menggunakan juga gas elpiji, tapi tidak terlalu menggantungkan kebutuhan bahan bakar untuk usaha saya dari gas ini. Karena saya menggunakan juga Kompor Kostum," ujar Ine.

Inspirasi pengembangan kompor ini berasal dari tayangan YouTube, bukan karena kesulitan mendapatkan gas elpiji tetapi lebih kepada pemanfaatan limbah minyak jelantah yang terus menumpuk dari bisnis kulinernya. "Sisa-sisa jelantah cukup banyak, dibuang sayang dan saya pikir kenapa tidak dimanfaatkan saja untuk hal yang lebih bermanfaat," tambahnya.

Bersama suaminya, Ine menelusuri cara mengolah limbah ini hingga akhirnya menemukan video tutorial yang menunjukkan penggunaan Kompor Kostum berbahan bakar minyak jelantah. "Kompor alternatif ini bermula dari keresahan saya terhadap limbah minyak jelantah dari warung yang kerap terbuang begitu saja, sehingga berpotensi mencemari lingkungan," jelas Ine.

Dalam pembuatan kompor tersebut, semen digunakan sebagai bahan utama yang dibentuk dengan cetakan dari ember bekas, kemudian dipasangi pipa besi dan pipa kecil yang terhubung ke blower dan bahan bakar minyak. Hasilnya, kompor ini tidak hanya efektif namun juga efisien dari segi biaya operasional.

Ine menuturkan penggunaan kompor ini sangat membantu menekan biaya bahan bakar. Sebagai gambaran, untuk mendapatkan 5 liter oli bekas hanya membutuhkan Rp 10 ribu, sementara itu satu liter oli cukup untuk memasak selama tiga jam. "Ketika dihitung, biaya untuk memasak selama 3 jam hanya menghabiskan 1 liter oli bekas atau Saya hanya mengeluarkan biaya Rp 2000 saja. Beda kalau pakai gas melon, Saya beli Rp 19 ribu hanya bisa untuk ngungkep saja," jelasnya.

Kompor Kostum ini juga berfungsi dengan baik saat digunakan dengan minyak jelantah. Menurutnya, satu liter minyak jelantah cukup untuk mengungkep daging burung puyuh selama tiga jam, memberikan solusi ekonomis sekaligus mengurangi limbah rumah tangga.

Langkah inovatif ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi usaha kuliner Ine, tetapi juga menjadi solusi ramah lingkungan dalam menangani limbah minyak jelantah dan oli bekas yang kerap mencemari lingkungan. Kompor Kostum ini berfungsi sebagai bukti bahwa inovasi dan kreatifitas dapat menjadi jalan keluar di tengah situasi yang menantang seperti kelangkaan elpiji.

Dengan semakin banyaknya masyarakat yang kesulitan mendapatkan gas elpiji, solusi inovatif ini bisa menjadi inspirasi bagi pelaku bisnis kuliner lainnya untuk memanfaatkan limbah sebagai sumber energi alternatif. Ine berharap temuannya ini bisa diterapkan lebih luas dan menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap pengelolaan limbah sekaligus berhemat dalam penggunaan sumber daya alam.

Langkah Ine Rahayu Kusumawati patut diapresiasi, tidak hanya untuk kebermanfaatan dalam bisnis dan lingkungan, namun juga sebagai bagian dari upaya kontribusi dalam mengurangi ketergantungan masyarakat pada gas elpiji yang makin sulit didapat. Semoga inovasi seperti ini dapat mendorong lebih banyak lagi solusi alternatif yang hemat dan berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan energi masyarakat.

Terkini