Efisiensi Anggaran Pemerintah: Dampak Positif dan Negatif bagi Pasar Modal Indonesia

Rabu, 12 Februari 2025 | 08:59:56 WIB
Efisiensi Anggaran Pemerintah: Dampak Positif dan Negatif bagi Pasar Modal Indonesia

JAKARTA – Pemerintah Indonesia tengah melaksanakan upaya efisiensi anggaran, yang diprediksi akan membawa dampak signifikan terhadap pasar modal dalam negeri. Presiden Prabowo Subianto telah menginstruksikan penghematan anggaran senilai Rp306,69 triliun untuk tahun anggaran 2025 melalui Instruksi Presiden (Inpres) 1/2025. Langkah ini diikuti dengan penerbitan surat oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, nomor S-37/MK.02/2025, yang menekankan agar kementerian/lembaga (K/L) melakukan revisi anggaran mereka berdasarkan pemangkasan yang ditetapkan.

Sebagai bagian dari prosedur, revisi anggaran yang diusulkan harus diserahkan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk disetujui dan kemudian dikembalikan ke Kementerian Keuangan sebelum batas waktu 14 Februari 2025. Dalam konteks ini, kebijakan efisiensi anggaran tidak hanya berpotensi menyeimbangkan fiskal tetapi juga membawa beberapa dampak terhadap sektor-sektor di pasar modal.

Tanggapan dari Pasar Modal

Felix Darmawan, Analis Riset Ekuitas di Panin Sekuritas, menjelaskan bahwa adanya efisiensi anggaran ini bisa menjadi sinyal positif bagi pasar modal. Felix mengungkapkan, "Di satu sisi, ini bisa jadi sinyal positif karena menunjukkan pemerintah lebih disiplin dalam mengelola keuangan, yang bisa menjaga stabilitas ekonomi dan bikin investor lebih percaya diri."

Namun demikian, Felix mengingatkan ada sisi lain yang perlu diperhatikan, terutama jika pemangkasan anggaran mempengaruhi belanja infrastruktur, subsidi, atau stimulus ekonomi. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang melambat dan memberikan dampak negatif khususnya terhadap sektor yang bergantung pada belanja pemerintah.

"Sektor-sektor seperti konstruksi dan infrastruktur dapat merasakan dampak langsung," kata Felix. Emiten-emiten seperti PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT PP (Persero) Tbk. (PTPP), dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) yang sangat bergantung pada anggaran pemerintah mungkin mengalami penundaan atau pengurangan proyek yang berdampak pada pendapatan mereka. "Kalau anggaran dikurangi, bisa jadi ada penundaan atau pengurangan proyek yang berdampak ke pendapatan mereka [emiten konstruksi dan infrastruktur]," tambah Felix.

Di sisi lain, sektor keuangan tampaknya lebih diuntungkan, terutama dengan bank-bank besar seperti PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang bisa menikmati stabilitas dari defisit fiskal yang terkendali. "Efisiensi anggaran yang mengarah pada pengendalian defisit fiskal akan mendukung stabilitas sektor keuangan," jelasnya.

Pandangan Ahli Lain

Sukarno Alatas, Kepala Riset di Kiwoom Sekuritas Indonesia, juga memberikan pandangannya terkait dampak efisiensi anggaran terhadap emiten-emiten sektor tertentu. "Efisiensi anggaran bisa memberikan dampak negatif terhadap penurunan kinerja sejumlah sektor emiten," ujar Sukarno pada kesempatan yang sama. Menurutnya, sektor yang terpengaruh negatif termasuk infrastruktur, konstruksi, industri dasar seperti semen, perhotelan, serta transportasi.

Dampak pada IHSG

Seiring dengan rencana efisiensi anggaran, kondisi pasar saham Indonesia sedang menghadapi tantangan. Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,75% pada perdagangan Selasa, 11 Februari 2025, menetap di level 6.531,99. Sepanjang awal tahun ini, IHSG tercatat mengalami penurunan sebesar 7,74%.

Selain itu, pasar saham Indonesia masih mencatatkan net sell asing sebesar Rp469 miliar pada perdagangan hari ini, sementara sepanjang tahun 2025 nilai jual bersih asing mencapai Rp8,9 triliun. Kondisi ini mengindikasikan bahwa investor asing masih berhati-hati terhadap perubahan kebijakan dalam negeri.

Efisiensi anggaran pemerintah Indonesia untuk tahun 2025 merupakan langkah signifikan yang dapat membawa dampak beragam bagi pasar modal dalam negeri. Investor diharapkan lebih selektif dalam menentukan portofolio mereka, menghadapi tantangan serta peluang yang muncul dari kebijakan penghematan ini. Dalam kondisi tidak pasti ini, kehati-hatian dan strategi investasi yang matang menjadi kunci untuk memanfaatkan dinamika pasar yang ada.

Terkini

Danantara Jadi Pilar Strategis Kemandirian Fiskal Indonesia

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:22 WIB

Hutama Karya Rayakan Harhubnas Dengan Jembatan Ikonik

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:21 WIB

Jasa Marga Tingkatkan Layanan Tol Cipularang Padaleunyi

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:19 WIB

Waskita Karya Garap Proyek Budidaya Ikan Nila

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:17 WIB