Tradisi Ekstrem Sambut Ramadan: Sepak Bola Api dan Mandi Petasan di Pondok Pesantren Ciwaringin, Cirebon

Rabu, 12 Februari 2025 | 09:46:42 WIB
Tradisi Ekstrem Sambut Ramadan: Sepak Bola Api dan Mandi Petasan di Pondok Pesantren Ciwaringin, Cirebon

JAKARTA - Tradisi unik dan ekstrim kembali mewarnai perayaan menjelang bulan suci Ramadan 1446 Hijriah di Pondok Pesantren Ciwaringin, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon. Ribuan warga menyaksikan dengan antusias atraksi tahunan spektakuler yang digelar oleh para santri pesantren tersebut. Acara yang dikenal dengan permainan sepak bola api dan mandi petasan ini menarik perhatian banyak orang karena keberanian para peserta dalam menghadapi api dan ledakan petasan.

Aksi Berbahaya yang Mengguncang Adrenalin

Salah satu atraksi yang paling ditunggu-tunggu adalah sepak bola api. Dalam pertunjukan ini, para santri menunjukkan keberanian dan kemampuan luar biasa dengan menggiring, melempar, bahkan memegang bola api layaknya bola sepak biasa. Meski terlihat berbahaya, para peserta menunjukkan ketenangan yang mengesankan saat bersentuhan dengan bola api yang menyala.

Faizul Kurnain, salah satu santri peserta, mengungkapkan bahwa meskipun api tampak mengancam, ia merasa terlindungi dan yakin dengan kekuatan spiritual yang menyertai mereka. "Alhamdulillah, tidak ada yang dirasakan sama sekali. Mungkin ini berkat doa-doa dari kiai yang sudah mendoakan dan memberikan wiridan atau bacaan supaya kami lebih tenang dan bisa menghadapi semua," ujarnya. Ia menambahkan, "Saat kena bola api pun, alhamdulillah tidak terasa sedikit pun. Saya juga berserah diri kepada Allah SWT."

Tradisi Mandi Petasan yang Memacu Nyali

Selain sepak bola api, atraksi lain yang tak kalah menegangkan adalah mandi petasan. Dalam aksi ini, para santri melilitkan ratusan petasan ke tubuh mereka dan menyalakannya satu per satu, menciptakan pemandangan yang menakjubkan sekaligus menegangkan. Atraksi ini membutuhkan keahlian dan persiapan khusus, serta keberanian yang luar biasa dari para peserta.

Nilai Sejarah dan Makna Spiritual

Menurut KH Marzuki Ahal, pembina sepak bola api santri, tradisi ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga memiliki nilai sejarah yang penting. "Kegiatan ini untuk menyambut bulan suci Ramadan 1446 Hijriah, sekaligus melestarikan budaya orang dulu saat melawan Belanda," jelasnya. Ia mengungkapkan bahwa dulunya tradisi ini menggunakan batu dan api sebelum diturunkan ke medan perang dalam perang melawan penjajah.

KH Marzuki juga menekankan pentingnya persiapan spiritual sebelum mengikuti tradisi ini, termasuk puasa selama 21 hari. "Sebelum acara, mereka melaksanakan puasa Tarkhuruh, di mana saat sahur dan berbuka tidak boleh mengonsumsi makanan yang memiliki ruh," tambahnya.

Pelestarian Tradisi dan Antusiasme Warga

Atraksi permainan api ini telah menjadi warisan budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi. Keberanian dan keterampilan para santri dalam mengendalikan api menjadi daya tarik utama, menjadikan acara ini semakin semarak dalam menyambut datangnya Ramadan. Setiap tahunnya, warga setempat dan banyak pengunjung datang untuk menyaksikan dan merasakan semangat serta antusiasme yang dibawa oleh tradisi ini.

Keberanian para santri dalam menghadapi bahaya dan keyakinan spiritual yang mereka junjung tinggi menjadi pelajaran berharga bagi banyak orang. Tradisi ekstrem ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi kita untuk menyelami lebih dalam lagi nilai-nilai keberanian, kepercayaan diri, dan spiritualitas dalam menyambut bulan suci Ramadan.

Sebagai acara yang unik dan sarat akan nilai-nilai budaya dan spiritual, atraksi ini diharapkan dapat terus dilestarikan dan menjadi daya tarik wisata religius yang mengangkat nama Cirebon, khususnya Pondok Pesantren Ciwaringin, di kancah nasional dan internasional. Dengan semangat yang menyala seperti api, para santri dan warga sekitar bersatu dalam mengekspresikan kekayaan budaya yang mereka miliki.

Terkini