Harga Batu Bara Terjun Bebas: Ketergantungan India Menurun, Tambang Australia Menambah Beban

Rabu, 12 Februari 2025 | 09:38:55 WIB
Harga Batu Bara Terjun Bebas: Ketergantungan India Menurun, Tambang Australia Menambah Beban

JAKARTA – Dalam perkembangan terbaru di pasar global, harga batu bara tercatat mengalami penurunan signifikan, dipicu oleh melemahnya permintaan dari India serta peningkatan pasokan dari Australia. Pada Selasa, 11 Februari 2025, harga batu bara terpantau berada di angka USD 106,7 per ton, turun 1,88% dari hari sebelumnya.

Permintaan India Melemah

India, yang dikenal sebagai salah satu importir batu bara terbesar di dunia setelah China, menunjukkan tren penurunan permintaan yang mengkhawatirkan. Berdasarkan laporan dari Reuters, impor batu bara termal India diperkirakan akan terus menurun pada tahun 2025. “Penurunan ketergantungan pada batu bara untuk pembangkit listrik menjadi salah satu faktor utama," ungkap seorang pedagang yang tak mau disebutkan namanya dalam konferensi Coaltrans India di New Delhi.

Selain itu, faktor lambannya aktivitas ekonomi dan stok batu bara yang meningkat turut menambah tekanan pada harga. Data dari konsultan Bigmint mengungkapkan bahwa impor batu bara untuk pembangkit listrik di India turun sekitar 2% menjadi 173 juta ton metrik pada tahun 2024. Produksi lokal oleh Coal India, penambang terbesar dunia, meningkat drastis, mendorong stok ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Australia Menambah Beban Pasokan Global

Sementara itu, keputusan terbaru pemerintah Australia untuk menyetujui empat tambang batu bara baru semakin memperparah penurunan harga di pasar global. Meskipun terdapat kekhawatiran mengenai kelebihan pasokan, pemerintah tetap melanjutkan kebijakan ini. Informasi dari esdnews.com menunjukkan bahwa pembukaan tambang baru ini dapat menambah pasokan di tengah permintaan yang melambat.

Pada bulan-bulan terakhir 2024, Menteri Lingkungan Hidup dan Air Federal menyetujui tujuh proyek pengembangan tambang batu bara, meskipun laporan dari Galilee Basin di Queensland menunjukkan bahwa proyek-proyek tersebut mungkin tidak menguntungkan. Tanpa perlu persetujuan proyek tambahan sekalipun, Australia masih memiliki kapasitas untuk meningkatkan produksi hingga 55%, mencapai 214 juta ton per tahun batu bara run-of-mine (ROM).

Perubahan Dinamika Pasar: Tantangan dan Peluang

Keadaan ini menjadikan pemerintah menghadapi dilema; di satu sisi ada potensi peningkatan emisi metana dari tambang baru yang berkontribusi pada perubahan iklim, sementara di sisi lain muncul tantangan rehabilitasi tambang setelah ditutup, yang memerlukan biaya besar.

Di India, selain perubahan preferensi industri semen yang beralih ke petcoke – alternatif yang lebih murah – direktur I-Energy, Vasudev Pamnani menyatakan, "Pada 2025, sektor semen diperkirakan akan lebih mengutamakan petcoke dibandingkan batu bara termal karena harga yang lebih kompetitif."

Prospek pasar batu bara ke depan terlihat suram. Kebijakan energi yang berkelanjutan dan sesuai dengan komitmen iklim global menjadi sangat penting. Pemerintah harus dapat menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi dan lingkungan agar dapat menghadapi tantangan ini dengan bijaksana.

Para pelaku pasar kini menantikan langkah lebih lanjut dari pemerintah Australia, dan dunia memandang bagaimana negara-negara ini akan menangani situasi yang kompleks ini dalam konteks perubahan dinamika pasar global. 

Terkini