JAKARTA - Transfer pemain Alexis Saelemaekers menjadi sorotan panas di bursa transfer Liga Italia Serie A, terutama karena ketegangan yang muncul antara dua klub besar, AS Roma dan AC Milan. AS Roma, yang telah terkesan dengan penampilan Saelemaekers selama masa pinjamannya, menghadapi tuntutan finansial besar dari AC Milan yang bisa menjadi penghalang besar dalam upaya mendapatkan pemain sayap itu secara permanen.
Sejak kedatangannya di AS Roma, Alexis Saelemaekers berhasil menarik perhatian dengan performa impresifnya di lapangan. Para petinggi klub, dari pelatih Claudio Ranieri hingga keluarga Friedkin selaku pemilik klub, semua sepakat bahwa kontribusi Saelemaekers sangat penting untuk masa depan tim. Keinginan untuk menjadikannya pemain tetap sudah tak terbantahkan lagi.
Namun, langkah AS Roma terbentur saat berhadapan dengan AC Milan. Menurut laporan dari Calciomercato.com, pertemuan pertama antara direksi kedua klub yang berlangsung pada paruh kedua bulan Juni di Milan tidak membuahkan hasil yang diharapkan. AC Milan, melalui CEO mereka Giorgio Furlani, menolak ide pertukaran dengan pemain AS Roma, Tammy Abraham, bahkan dengan tambahan uang tunai dari Giallorossi. Sebaliknya, AC Milan hanya bersedia melepas Saelemaekers dengan banderol harga antara €25-30 juta.
Sergio Conceicao, pelatih terkenal yang memiliki pandangan positif tentang bakat Saelemaekers, menyatakan ketertarikannya untuk melatih pemain tersebut di musim depan. Namun, "Tawaran besar secara ekonomi adalah satu-satunya hal yang dapat membenarkan melepaskan Saelemaekers," pungkas Conceicao mengisyaratkan tingginya nilai Saelemaekers di mata Milan.
Claudio Ranieri, sang pelatih AS Roma, menghadapi dilema yang rumit, yakni melangkah di antara batasan keuangan yang ketat karena pengawasan Financial Fair Play (FFP). Dalam wawancara dengan Radio Rai baru-baru ini, Ranieri secara bercanda menyatakan, "Saya akan mengatakan kepada presiden untuk mengeluarkan lebih banyak uang, untuk mengambil skorsing 3-4 tahun, jadi kami tidak akan pergi ke Eropa, kami tidak akan pergi ke Champions League, dan kami semua akan bahagia." Namun, di balik candaan tersebut, terdapat kenyataan yang serius bahwa AS Roma harus berhati-hati terhadap batasan FFP yang ketat.
Latar belakang persoalan ini dapat ditelusuri kembali ke tahun 2021/2022 ketika AS Roma gagal mencapai keseimbangan finansial yang memadai. UEFA kemudian memberlakukan perjanjian penyelesaian selama empat tahun pada September 2022, yang menetapkan batasan hingga musim 2026/2027. Salah satu ketentuan penting adalah menjaga neraca fiskal, yang mencakup pengeluaran untuk gaji, agen, dan transfer tidak boleh melebihi 70 persen dari omzet klub.
Saat ini, AS Roma sedang melampaui batas yang ditetapkan ini, sehingga memaksa klub untuk mencari solusi yang lebih kreatif dalam mengelola finansial. Antara menaikkan pendapatan melalui sponsor dan kompetisi Eropa, atau memotong gaji dan biaya operasional, AS Roma harus menemukan keseimbangan dalam strategi jangka panjang mereka.
Keterbatasan ini menjadi alasan mengapa AS Roma tidak melakukan belanja besar-besaran pada bursa transfer kali ini. Klub tersebut harus bijak dalam merencanakan masa depannya dan memastikan stabilitas finansial sebelum menyodorkan tawaran untuk Saelemaekers yang memuaskan AC Milan.
Di tengah tekanan ini, manajemen AS Roma menyadari bahwa langkah selanjutnya dalam saga transfer Saelemaekers akan sangat berarti, tidak hanya untuk pola tim di musim depan, tetapi juga untuk stabilitas finansial klub. "Kita harus mencermati setiap langkah finansial," ujar seorang sumber dalam klub yang enggan disebutkan namanya.
Sampai saat ini, nasib Saelemaekers masih menggantung. Dengan deadline transfer yang semakin mendekat, keputusan manajemen AS Roma dalam merespon tuntutan AC Milan akan menjadi salah satu faktor penentu dalam mewarnai lanskap Serie A musim depan. Apakah AS Roma akan memenuhi harga tinggi yang diminta AC Milan atau mencari alternatif lain, hanya waktu yang akan menjawab berbagai spekulasi ini.