JAKARTA - Atalanta Bergamo, salah satu klub yang dikenal dengan julukan La Dea, telah beberapa kali memperlihatkan performa impresif dalam Serie A Italia. Meski belum pernah meraih gelar juara di kasta tertinggi sepak bola Italia ini, Atalanta terus menunjukkan daya saing yang kuat dan konsisten beberapa tahun terakhir. Prestasi yang mungkin paling mengesankan adalah berhasil finis di posisi ketiga selama tiga musim berturut-turut, dari 2018 hingga 2021. Dengan basis pemain berbakat yang membuat undangan kepada perhatian dunia, empat pemain Atalanta mencuri spotlight dengan mencetak quattrick dalam satu pertandingan sebuah pencapaian yang luar biasa dalam dunia sepak bola.
Retrospektif Keberhasilan Pemain Atalanta di Serie A
Poul "Poulito" Rasmussen adalah nama yang patut diingat kala membicarakan quattrick dalam sejarah Atalanta. Pemain berkebangsaan Denmark ini pernah menjadi bagian integral dari skuad La Dea selama periode 1952-1956. Dengan total 54 gol dari 106 pertandingan saat mengenakan seragam Atalanta, Rasmussen mencatatkan quattrick pertamanya melawan US Triestina pada musim 1952/1953. Kala itu, Rasmussen menjadi bintang lapangan dengan empat golnya yang membantu Atalanta menang 5-2. Penampilan gemilang tersebut menunjukkan bahwa Atalanta tak kehabisan potensi brilian dalam skuadnya.
Pemain lainnya, Hasse Jeppson, menunjukkan taringnya saat melakoni 27 pertandingan bersama Atalanta, mencetak 22 gol dan 2 assist sepanjang musim 1951/1952. Quattrick dari Jeppson datang saat Atalanta memukul telak US Triestina dengan skor 7-1. Sumbangan tersebut tidak hanya membuat Jeppson terpanggil ke perhatian publik tetapi juga menarik minat Napoli yang langsung memboyongnya pada musim panas 1952. “Penampilannya yang konsisten dan kecepatan mencetak gol membuat kami tak ragu merekrut Hasse,” ujar juru bicara Napoli.
Mengikuti jejak sebelumnya, Duván Zapata turut menorehkan namanya dengan tinta emas dalam buku sejarah Atalanta. Selama empat tahun membela La Dea dari 2018 hingga 2022, Zapata mencetak 82 gol dari 191 penampilan di semua kompetisi. Pada musim 2018/2019, kecemerlangan Zapata yang paling menonjol ialah saat mencetak empat gol dalam kemenangan telak Atalanta 5-0 atas Frosinone. Banyak mata publik kemudian menilai musim itu sebagai puncak produktivitas Zapata sewaktu berkostum Atalanta. "Bermain untuk Atalanta adalah salah satu perjalanan karier terindah saya, mereka selalu memberikan dukungan penuh," ungkap Zapata.
Mateo Retegui, nama yang sebelumnya mungkin belum banyak dikenal, melesat dengan performa luar biasa pada musim 2024/2025. Bergabung dengan Atalanta pada musim panas 2024, Retegui langsung mencuri perhatian dengan mencetak quattrick melawan Hellas Verona pada pekan ke-24. Torehan empat gol tersebut memastikan kemenangan 5-0 bagi Atalanta. Hingga per tanggal 12 Februari 2025, Retegui telah mengemas 23 gol dan 4 assist dari 33 pertandingan. "Bergabung dengan Atalanta merupakan langkah besar dalam karier saya dan saya bertekad untuk membawa tim ini ke puncak kejayaan Serie A," kata Retegui.
APA YANG MEMBUAT ATALANTA BERBEDA?
Kesuksesan individu dan kolektif Atalanta tidak terlepas dari pola pembinaan yang ditekankan pada pengembangan bakat dan integrasi game plan yang solid. Sistem pembinaan pemain muda yang robust, ditambah dengan kebijakan transfer yang efektif, membawa hasil positif dalam mengasah bakat-bakat pemain hingga mencapai performa optimal di lapangan.
Terus meningkatkan keterampilan dan daya saing adalah kunci Atalanta dalam menantang klub-klub besar lainnya di Serie A. Walaupun gelar Serie A belum diraih, konsistensi Atalanta dalam mempertahankan performa mendorong optimisme para penggemarnya bahwa saatnya datang ketika piala prestisius akan menjadi milik La Dea.
Dengan kehadiran pemain-pemain bertalenta seperti Mateo Retegui dan rekor cemerlang sebelumnya dari pemain-pemain macam Duván Zapata dan Hasse Jeppson, harapan akan meraih gelar Serie A yang pertama semakin menjadi buah bibir. Manager klub dan pelatih mengungkapkan rasa bangga dan puas meski sadar bahwa kompetisi yang semakin kompetitif memerlukan kesiapan mental dan taktik yang lebih matang.