Menghadapi Gempuran Konten AI: Pakar Menghindari Google untuk Platform Berbayar

Kamis, 27 Februari 2025 | 08:46:23 WIB
Menghadapi Gempuran Konten AI: Pakar Menghindari Google untuk Platform Berbayar

JAKARTA - Di tengah kemajuan teknologi yang kian pesat, khususnya perkembangan konten berbasis kecerdasan buatan (AI), para pakar di berbagai bidang menghadapi tantangan baru untuk menjaga kualitas informasi. Fenomena ini tidak hanya melanda kalangan jurnalis dan penulis, tetapi juga mengancam integritas konten yang beredar di dunia maya. Kehadiran AI sebagai alat bantu dalam produksi konten memicu kekhawatiran akan matinya kepakaran, di mana konten yang tersaji di internet kian kehilangan keakuratan dan kedalaman informasi.

Seiring bertambahnya konten berkualitas rendah yang dihasilkan secara instan, banyak pengguna internet mulai merasakan penurunan kualitas informasi yang mereka dapatkan dari mesin pencarian seperti Google. Dalam sebuah percakapan, seorang jurnalis mengeluhkan kondisi tersebut, “Iya itu di internet informasinya juga kurang akurat. Masak sagu disamakan dengan tepung yang notabene dari gandum. Heran betul wartawan zaman media besar sekarang, kok ngasal aja,” ujarnya.

Kemunduran Kualitas Konten di Dunia Maya

Penggunaan AI dalam produksi konten seringkali menghasilkan artikel-artikel yang mengedepankan kuantitas ketimbang kualitas. Artikel-artikel jenis listicles dan konten promosi marketing menyita ruang hasil pencarian, menjadikan artikel-artikel berkualitas dan berdasar riset sering kali terdorong ke belakang. Ini mengakibatkan pembaca semakin sulit menemukan informasi yang andal dan dapat diandalkan.

Sebagian pakar dan praktisi yang telah bertahun-tahun berkecimpung di bidangnya mulai enggan menyumbangkan pemikiran dan keahlian mereka secara cuma-cuma pada platform yang mendominasi internet seperti Google. Tanpa insentif finansial yang sebanding dengan usaha intelektual yang telah mereka curahkan, banyak dari mereka memilih mundur dari platform terbuka dan mengalihkan fokus mereka ke platform yang lebih bersifat komunitas dan berbayar.

Fenomena ‘Internet Dua Lapis’

Para pakar ini kini beralih ke platform seperti Substack, di mana mereka dapat menerima kompensasi finansial sepadan dengan kualitas konten yang mereka hasilkan. Substack menyediakan ruang bagi penulis dan jurnalis dengan suara unik serta pengetahuan mendalam untuk berbagi dengan audiens yang benar-benar menghargai konten mereka. Platform ini tidak hanya menyediakan layanan newsletter berbayar, tetapi juga memperkenalkan medium-medium baru seperti siniar untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

Tidak hanya Substack, generasi yang lebih muda, seperti Gen Z, mulai membangun komunitas eksklusif mereka di platform lain, seperti Discord. Fitur-fitur unik seperti VoIP memungkinkan komunikasi lebih interaktif dan privat, berbeda dengan platform seperti WhatsApp yang dianggap lebih formal dan kurang dinamis oleh generasi muda. Discord menawarkan ruang di mana informasi dapat dibagikan dalam berbagai bentuk, mulai dari teks hingga video, dalam suasana yang lebih santai dan akrab.

Dampak pada Mesin Pencarian dan Masa Depan Kepakaran

Migrasi para pakar dan pembuat konten berkualitas ke platform berbayar menciptakan celah dalam ketersediaan informasi bermutu di mesin pencarian seperti Google. Sebagian besar konten berkualitas kini tersembunyi di balik paywall, hanya bisa diakses oleh mereka yang bersedia membayar. Ini membuat konten bermutu rendah semakin mendominasi hasil pencarian, di mana tulisan-tulisan berkualitas seringkali tertutup oleh tumpukan artikel irisan ulang atau konten yang dibuat tanpa riset mendalam.

Namun, fenomena ini membuka peluang baru bagi pakar di berbagai bidang untuk mengeksplorasi model bisnis berlangganan dalam berbagi pengetahuan dan gagasan. Para jurnalis dan penulis yang memiliki gagasan orisinal dan mendalam dapat terus mendapatkan penghasilan berkelanjutan melalui platform-platform ini. Seiring tren ini, banyak jenama mulai mengikuti langkah yang sama, menciptakan komunitas virtual yang hanya bisa diakses lewat anggota berbayar.

Menghadapi Tantangan Masa Depan

Bagi para akademisi, jurnalis, atau penulis, kondisi ini bisa menjadi momentum untuk memikirkan model baru dalam berbagi informasi. Membentuk komunitas eksklusif berbasis langganan tidak hanya menjamin kestabilan finansial, tetapi juga menjaga kualitas dan integritas konten. di tengah maraknya konten berbasis AI. Langkah ini bukan hanya tentang mempertahankan eksistensi di tengah pasar yang kian kompetitif, tetapi juga meneguhkan kembali makna kepakaran yang mulai tergerus oleh aliran informasi yang serba cepat dan instan.

Dengan demikian, meskipun hadirnya AI menimbulkan berbagai tantangan, ada peluang bagi para pakar untuk terus berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka dalam format yang lebih terkendali dan bernilai tinggi. Inilah saatnya bagi para pakar untuk bangkit, menerapkan strategi baru, dan menjaga kualitas informasi tetap terjaga di tengah perubahan lanskap digital yang dinamis.

Terkini

KPR Aman Dengan Cicilan Maksimal 35 Persen Gaji

Senin, 08 September 2025 | 17:27:30 WIB

Gen Z Indonesia Didorong Cerdas Atur Finansial

Senin, 08 September 2025 | 17:27:27 WIB

Mudah Menukarkan Uang Rusak di Bank Indonesia

Senin, 08 September 2025 | 17:27:24 WIB

Investasi Mudah dan Aman Bagi Perintis Pemula

Senin, 08 September 2025 | 17:27:21 WIB

Pertumbuhan Investor Pasar Modal RI Meningkat Pesat

Senin, 08 September 2025 | 17:27:17 WIB