JAKARTA - Pada tahun 2025, industri tekstil dan alas kaki di Indonesia menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan, terutama sebagai destinasi relokasi industri dari sejumlah negara. Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa sektor ini akan menciptakan sekitar 100 ribu lapangan kerja baru dalam beberapa tahun mendatang. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pesanan dari brand global dan kemudahan relokasi industri yang ditawarkan oleh Indonesia.
"Tanpa banyak disadari, Indonesia semakin menjadi tujuan relokasi industri tekstil dan alas kaki dalam setahun terakhir," ujar Luhut melalui akun Instagram resminya, Minggu, 2 Maret 2025. Luhut mengungkapkan optimismenya setelah bertemu dengan Asosiasi Persepatuan Indonesia serta perwakilan dari perusahaan global seperti Adidas dan Nike. Perusahaan-perusahaan ini berencana untuk meningkatkan pesanan mereka hingga tiga kali lipat dalam tiga tahun ke depan.
Tantangan dan Peluang di Industri Tekstil
Meskipun industri tekstil dan alas kaki terus berkembang, sektor ini juga menghadapi berbagai tantangan seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran dan pengaruh dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Salah satu kasus PHK terbesar terjadi pada perusahaan tekstil raksasa Indonesia, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), yang lebih dikenal dengan nama Sritex. Meskipun demikian, sektor tekstil dan alas kaki tetap menjadi salah satu penyerap tenaga kerja terbesar di negeri ini, dengan sekitar 4 juta tenaga kerja saat ini, di mana 2,9 juta di antaranya terlibat dalam sektor pakaian jadi.
Keuntungan dari sektor ini lebih dari sekadar jumlah lapangan kerja yang dapat diciptakan. Luhut menjelaskan, "Pelatihannya cepat, membuka peluang bagi lulusan sekolah menengah, serta mendorong pertumbuhan UMKM." Selain itu, investasi dalam sektor ini juga menunjukkan tren positif. Foreign Direct Investment (FDI) atau Penanaman Modal Asing (PMA) untuk tahun 2024 dilaporkan hampir mencapai 1 miliar dolar AS, naik 107 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sementara Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) mencapai hingga Rp7 triliun.
“Kajian Dewan Ekonomi Indonesia menunjukkan investasi sebesar 20-30 juta dolar AS di pabrik pakaian jadi dapat menciptakan 6.000-9.000 lapangan kerja,” tambah Luhut, menunjukkan pentingnya potensi pertumbuhan dan daya serap tenaga kerja yang dimiliki oleh sektor ini.
Menyelesaikan Tantangan untuk Memaksimalkan Pertumbuhan
Meskipun terdapat potensi besar dalam perkembangan industri ini, Luhut juga menekankan beberapa tantangan yang harus dihadapi untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan. Tantangan tersebut meliputi pembebasan lahan, perizinan, penetapan upah, serta masalah impor ilegal terkait kelebihan kapasitas produksi di China.
Ia menegaskan, "Saya telah melaporkan hal ini kepada Presiden Prabowo, yang langsung direspons dengan menginstruksikan langkah konkret untuk menyelesaikan hambatan tersebut." Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat membuka jalan bagi perkembangan dan kemajuan industri tekstil dan alas kaki di Indonesia, serta memastikan bahwa kesulitan-kesulitan di masa lalu tidak lagi membayangi sektor ini.
Dengan langkah-langkah proaktif yang diambil oleh pemerintah dan kepercayaan dari perusahaan global, masa depan industri tekstil dan alas kaki di Indonesia terlihat sangat menjanjikan. Selain memberikan dampak positif terhadap ekonomi, peningkatan pesanan dan investasi dalam sektor ini juga berpotensi mengangkat standar hidup jutaan pekerja dan mendorong pengembangan sektor lain di dalam negeri.
Sebagai bagian dari ekonomi yang sedang dalam tahap pertumbuhan, industri ini diharapkan dapat terus menjadi sumber kekuatan besar dalam landscape ekonomi Indonesia di masa depan. Upaya kolaboratif antara pemerintah dan sektor swasta akan sangat penting dalam memanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan ini secara efektif.