Transisi Energi Hijau Dorong Penurunan Polusi dan Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat

Kamis, 24 April 2025 | 07:29:03 WIB
Transisi Energi Hijau Dorong Penurunan Polusi dan Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat

JAKARTA — Transisi dari energi fosil ke energi terbarukan kini tidak hanya menjadi isu lingkungan global, tetapi juga berkaitan langsung dengan kesehatan masyarakat. Langkah peralihan menuju energi hijau dinilai mampu menurunkan tingkat polusi udara secara signifikan, yang berdampak langsung pada peningkatan kualitas hidup dan kesehatan publik.

Hal ini disampaikan oleh Albertus P. Siagian, editor buku “Siapa Bayar Apa Untuk Transisi Hijau?” dalam peluncuran yang berlangsung di Jakarta Selatan. Menurutnya, transisi energi harus dilihat sebagai isu multidimensional yang menyentuh banyak aspek kehidupan.

“Kita harus melihat transisi energi ini sebagai isu yang tidak remeh, melainkan isu yang sangat penting. Kita berbicara tentang lingkungan, peningkatan daya saing, dan juga kesehatan manusia,” ujar Albertus di hadapan para peserta peluncuran buku.

Dampak Energi Fosil Terhadap Kesehatan

Bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi yang selama ini menjadi tulang punggung energi di banyak negara, telah terbukti menyumbang polusi udara yang signifikan. Pembakarannya melepaskan partikel-partikel berbahaya seperti karbon dioksida (CO₂), sulfur dioksida (SO₂), dan nitrogen oksida (NOₓ) yang berdampak langsung pada kesehatan manusia.

Polusi ini menyebabkan berbagai penyakit pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, hingga kanker paru-paru. Di kota-kota besar, polusi udara bahkan menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya kasus rawat inap akibat gangguan pernapasan dan kardiovaskular.

Energi Terbarukan Hadir Sebagai Solusi

Energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan air, menawarkan solusi bersih tanpa emisi berbahaya. Proses produksinya tidak menghasilkan polutan yang merusak lingkungan maupun kesehatan. Oleh karena itu, peralihan menuju sumber energi bersih ini dianggap sebagai langkah strategis untuk menyehatkan ekosistem dan populasi manusia.

Menurut Albertus, penting bagi semua pihak untuk memahami bahwa transisi energi juga merupakan bagian dari upaya meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.

“Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh lingkungan, tetapi juga oleh manusia secara langsung dari paru-paru yang lebih sehat hingga air minum yang lebih bersih,” lanjutnya.

Manfaat Kesehatan dari Transisi Energi Hijau

Penurunan Risiko Penyakit Pernapasan dan Jantung
Dengan berkurangnya emisi polusi udara, masyarakat akan lebih terlindungi dari penyakit pernapasan kronis seperti asma dan bronkitis. Selain itu, transisi energi juga mampu mengurangi prevalensi penyakit jantung dan stroke yang selama ini dikaitkan erat dengan paparan polutan udara.

Peningkatan Kualitas Udara
Energi terbarukan berkontribusi dalam menciptakan udara bersih, terutama di kawasan urban dengan tingkat polusi tinggi. Lingkungan yang lebih bersih otomatis mendukung kualitas hidup yang lebih baik, menurunkan angka kunjungan rumah sakit, serta memperkuat daya tahan tubuh dan kualitas tidur masyarakat.

Akses Lebih Aman terhadap Air Bersih
Pembangkit listrik berbasis batu bara dan minyak kerap menyebabkan pencemaran sumber air melalui limbah beracun. Sebaliknya, energi terbarukan minim dampak terhadap air tanah dan permukaan, sehingga meningkatkan ketersediaan air bersih dan mengurangi risiko penyakit yang ditularkan melalui air.

Dampak Positif pada Kesehatan Mental
Lingkungan yang bersih dan bebas polusi tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental. Beberapa studi menunjukkan bahwa paparan polusi udara dapat meningkatkan tingkat stres dan risiko gangguan psikologis. Dengan energi hijau, masyarakat dapat menikmati suasana hidup yang lebih tenang dan nyaman.

Perlu Dukungan Kebijakan dan Edukasi

Untuk mempercepat transisi ini, dibutuhkan kerja sama lintas sektor mulai dari pemerintah, industri, hingga masyarakat sipil. Edukasi mengenai manfaat energi terbarukan harus terus ditingkatkan agar masyarakat lebih peduli dan aktif berpartisipasi dalam gerakan hijau.

Peluncuran buku “Siapa Bayar Apa Untuk Transisi Hijau?” menjadi salah satu upaya untuk membuka diskursus publik mengenai pembiayaan dan tanggung jawab dalam implementasi energi hijau secara lebih luas dan transparan.

Dengan mengadopsi sumber energi ramah lingkungan, Indonesia tidak hanya ikut berkontribusi dalam mengatasi perubahan iklim global, tetapi juga membangun masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Terkini

Danantara Jadi Pilar Strategis Kemandirian Fiskal Indonesia

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:22 WIB

Hutama Karya Rayakan Harhubnas Dengan Jembatan Ikonik

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:21 WIB

Jasa Marga Tingkatkan Layanan Tol Cipularang Padaleunyi

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:19 WIB

Waskita Karya Garap Proyek Budidaya Ikan Nila

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:17 WIB