JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatatkan kinerja positif pada triwulan I tahun 2025 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp1,88 triliun, atau tumbuh 10 persen secara tahunan (year on year/YoY). Pertumbuhan laba ini didorong oleh strategi transformasi digital dan penguatan bisnis berbasis fee (fee-based income/FBI), termasuk dari segmen bisnis emas.
Paparan kinerja ini disampaikan oleh jajaran direksi BSI dalam konferensi pers di Kantor Pusat BSI, Jakarta. Dalam acara tersebut hadir Plt Direktur Utama BSI Bob T Ananta, Direktur Sales & Distribution Anton Sukarna, Direktur Wholesale Transaction Banking Zaidan Novari, serta Direktur Risk Management Grandhis H. Harumansyah.
“Transformasi layanan digital dan penguatan pada bisnis emas telah menjadi penggerak utama pertumbuhan kinerja kami di awal tahun 2025,” ujar Plt Direktur Utama BSI Bob T Ananta dalam paparannya.
Fee-Based Income Meningkat, Digitalisasi Berperan Besar
Salah satu kontributor utama pertumbuhan laba BSI pada periode ini adalah meningkatnya pendapatan berbasis komisi (fee-based income/FBI). Pendapatan FBI meningkat seiring dengan penggunaan layanan digital yang semakin luas, termasuk mobile banking, internet banking, dan layanan transaksi wholesale.
"Digitalisasi bukan hanya menjadi solusi efisiensi, tetapi juga memperluas akses layanan ke lebih banyak nasabah. Hal ini tercermin dari pertumbuhan transaksi nasabah melalui platform digital kami," lanjut Bob T Ananta.
BSI juga mencatat peningkatan aktivitas di ekosistem digitalnya, baik dalam hal jumlah pengguna maupun frekuensi transaksi. Hal ini sejalan dengan tren masyarakat yang semakin mengutamakan kemudahan dan kecepatan layanan keuangan melalui aplikasi digital.
Bisnis Emas Jadi Kontributor Baru
Selain digitalisasi, lini bisnis emas BSI juga menjadi pendorong pertumbuhan kinerja perusahaan. Penjualan dan layanan gadai emas mengalami peningkatan signifikan, terutama di kalangan nasabah retail dan mikro.
Direktur Sales & Distribution BSI, Anton Sukarna, menyampaikan bahwa layanan emas BSI menjadi salah satu produk unggulan yang mengalami permintaan tinggi selama triwulan pertama.
“Kami melihat adanya pertumbuhan signifikan dalam permintaan produk emas, baik untuk investasi maupun keperluan pembiayaan. Ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin percaya terhadap BSI sebagai mitra keuangan syariah,” jelas Anton.
Kinerja Intermediasi dan Pembiayaan Terkelola Baik
BSI juga berhasil menjaga pertumbuhan pembiayaan dan penghimpunan dana masyarakat secara stabil. Portofolio pembiayaan tetap sehat dengan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) dalam batas aman. Hal ini menunjukkan pengelolaan risiko yang disiplin dan selektif dalam menyalurkan pembiayaan.
Direktur Risk Management BSI, Grandhis H. Harumansyah, menyampaikan bahwa pihaknya terus menjaga prinsip kehati-hatian di tengah ketidakpastian ekonomi global.
“Kami fokus menjaga kualitas aset dan memperkuat manajemen risiko. Kami percaya prinsip kehati-hatian dalam pembiayaan akan menopang kinerja jangka panjang BSI,” ungkap Grandhis.
Optimisme Menatap Kuartal Berikutnya
BSI menatap kuartal II 2025 dengan optimisme, didukung oleh strategi pertumbuhan berkelanjutan, perluasan jaringan, serta inovasi produk berbasis teknologi. Perseroan juga terus berkomitmen untuk memperluas inklusi keuangan syariah di seluruh Indonesia.
Direktur Wholesale Transaction Banking BSI, Zaidan Novari, menyampaikan bahwa BSI akan terus memperkuat kapabilitas teknologi untuk melayani korporasi dan institusi dengan solusi transaksi syariah yang andal dan efisien.
“Kami ingin memastikan bahwa layanan transaksi wholesale kami mampu bersaing secara global. Untuk itu, penguatan sistem dan integrasi teknologi menjadi fokus utama,” ujar Zaidan.
Laba bersih PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang tumbuh dua digit pada triwulan I 2025 menjadi indikator keberhasilan strategi digitalisasi dan penguatan lini bisnis baru seperti emas. Dengan fondasi yang kuat dalam manajemen risiko serta fokus pada inovasi, BSI semakin optimistis mencatatkan kinerja gemilang sepanjang tahun 2025.