JAKARTA – Meningkatnya popularitas belanja online membuat sejumlah pasar tradisional di Indonesia, termasuk Pasar Gusher Tarakan, mulai mengalami penurunan jumlah pengunjung. Fenomena ini tidak hanya membuat suasana pasar menjadi sepi, tetapi juga membuat banyak pedagang terpaksa tutup toko atau memilih untuk mencari usaha lain. Penggunaan aplikasi belanja online yang semakin berkembang menjadi pilihan utama bagi konsumen karena kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan. Namun, dampaknya bagi pedagang pasar fisik cukup berat, terutama di masa-masa seperti saat ini.
Kemudahan Belanja Online: Daya Tarik yang Menggeser Kebiasaan Berbelanja
Belanja online menjadi alternatif yang sangat diminati masyarakat. Dengan hanya menggunakan perangkat elektronik dan aplikasi, konsumen dapat dengan mudah memilih dan membeli produk tanpa harus mengunjungi toko fisik. Tak hanya itu, belanja online juga menawarkan penghematan waktu yang cukup signifikan. Masyarakat bisa memilih barang yang diinginkan dan melakukan pembayaran secara langsung tanpa harus beranjak dari rumah.
Namun, bagi pasar tradisional seperti Pasar Gusher Tarakan, tren belanja online ini menjadi ancaman serius. Pengunjung pasar yang semakin menurun membuat banyak pedagang mengalami kerugian dan bahkan terpaksa menutup toko mereka.
Kondisi Pasar Gusher: Pengaruh Belanja Online terhadap Daya Beli Masyarakat
Salah satu pedagang di Pasar Gusher, Arif, menjelaskan bahwa sejak tahun 2014, kondisi pasar mulai terlihat sepi. Namun, dua tahun terakhir ini, sepinya pengunjung semakin terasa. "Masyarakat kurang, ada aja yang beli tapi nggak banyak. Tahun 2014 itu ramai, belum ada online, apalagi ada COVID-19. Sekarang daya beli berkurang, tapi saat lebaran, ada uang ya mereka belanja. Kemarin waktu lebaran, agak lumayan ramai," ungkap Arif.
Menurutnya, daya beli masyarakat yang menurun merupakan faktor utama yang membuat pasar tradisional seperti Pasar Gusher kesulitan mempertahankan pengunjung. "Sekarang sepi (penjual), yang bertahan paling yang punya toko sendiri," jelasnya.
Pedagang Mengeluh, Pengaruh Belanja Online terhadap Pemasukan
Pedagang lainnya, Nawa, yang menjual pakaian di Pasar Gusher, juga merasakan dampak yang serupa. Nawa mengungkapkan bahwa belanja online sangat mempengaruhi pemasukan mereka. "Banyak yang beralih ke online. Dulu kontraknya mahal, Rp 15 juta per tahun, sekarang cuma turun jadi Rp 5 juta. Sewa ruko aja mahal. Omzet paling habis buat makan, malah nggak balik modal, barang yang dijual pun nggak bisa beli," terangnya.
Selama dua tahun terakhir, Nawa merasakan penurunan yang signifikan dalam pendapatan. Banyak pedagang yang terpaksa menutup toko mereka karena tidak mampu bertahan dengan penghasilan yang sangat rendah.
Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengembalikan Kejayaan Pasar Gusher?
Meskipun belanja online memberikan kemudahan bagi masyarakat, pasar tradisional seperti Pasar Gusher masih memiliki peluang untuk bertahan jika dapat beradaptasi dengan perubahan zaman. Beberapa pedagang mulai berinovasi dengan membuka toko online atau menawarkan layanan pemesanan melalui media sosial. Langkah ini diharapkan bisa menarik kembali minat pembeli, meskipun tetap harus menghadapi persaingan ketat dengan e-commerce.
Di sisi lain, pengelola pasar dan pemerintah daerah perlu mengambil langkah strategis agar pasar tradisional tetap dapat bersaing. Misalnya, dengan meningkatkan fasilitas dan kenyamanan pasar, memberikan pengalaman berbelanja yang lebih menarik dan unik, serta mendorong kolaborasi dengan platform digital untuk mengoptimalkan potensi pasar.
Harapan Pedagang untuk Pemulihan Pasar Gusher
Meskipun situasi pasar tidak menentu, pedagang seperti Nawa berharap agar Pasar Gusher bisa kembali hidup. "Ini Pasar Gusher, pasarnya mati. Berapa bulan ini dibuka di atas Ramayana (permainan), lumayan ramai, harapannya ya dibuat ramai lagi," harap Nawa.
Sementara itu, Arif juga berharap agar ada perhatian lebih terhadap pasar tradisional, yang sering kali kalah saing dengan keberadaan platform belanja online yang lebih mudah dijangkau masyarakat. "Kondisi pasar harus diperbaiki dan fasilitasnya ditingkatkan agar bisa menarik lebih banyak pengunjung. Kami pedagang juga siap untuk beradaptasi dengan perubahan," ujarnya.
Adaptasi untuk Bertahan
Perubahan pola belanja masyarakat yang cenderung beralih ke online memang menjadi tantangan bagi pasar tradisional seperti Pasar Gusher. Namun, ini juga menjadi peluang bagi pedagang untuk beradaptasi dengan memanfaatkan teknologi dan berinovasi. Pemerintah daerah dan pengelola pasar perlu bekerja sama untuk menciptakan kondisi yang mendukung agar pasar tradisional tetap relevan dan menarik bagi masyarakat, meskipun di tengah pesatnya pertumbuhan belanja online. Dengan kolaborasi yang baik, Pasar Gusher masih memiliki potensi untuk kembali menjadi pilihan utama bagi masyarakat Tarakan.