ITMG Tetap Tangguh di Pasar Asia, Hadapi Tantangan Batu Bara Global dengan Strategi Adaptif

Jumat, 09 Mei 2025 | 11:33:42 WIB
ITMG Tetap Tangguh di Pasar Asia, Hadapi Tantangan Batu Bara Global dengan Strategi Adaptif

JAKARTA — PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menyatakan komitmennya untuk memperkuat kemitraan dan menjaga pangsa pasar utama di kawasan Asia Pasifik, meskipun saat ini pasar batu bara tengah dihadapkan pada tekanan kompetisi global yang semakin ketat, khususnya dari Rusia yang agresif memperluas ekspor ke China.

Rusia diketahui mulai mengalihkan ekspor batu baranya ke negara-negara Asia, termasuk China, setelah mendapat sanksi dari negara-negara Eropa. Situasi ini secara langsung meningkatkan intensitas persaingan di pasar yang selama ini menjadi kekuatan utama ekspor batu bara Indonesia.

Menanggapi hal tersebut, Direktur ITMG, Yulius Kurniawan Gozali, menegaskan bahwa perusahaan tetap fokus pada keberlanjutan hubungan dagang dan efisiensi operasional di tengah kondisi pasar yang dinamis.

“Bagi kami, fokus utama adalah menjaga keberlanjutan dengan mitra dagang di pasar utama kami di Asia, serta memastikan keandalan pasokan dan kualitas layanan,” ujar Yulius dalam keterangan tertulis, Jumat, 9 Mei 2025.

Strategi Responsif Hadapi Perubahan Pasar

Yulius menambahkan, ITMG terus memantau dinamika permintaan dan penawaran secara ketat, serta menyesuaikan strategi bisnis untuk merespons perubahan pasar di Asia Pasifik. Efisiensi operasional dan penguatan infrastruktur logistik menjadi dua langkah utama yang diambil untuk menjaga daya saing.

“Kami terus mengupayakan efisiensi operasional dan memperkuat infrastruktur logistik,” katanya.

Selain itu, transformasi bisnis juga menjadi bagian penting dalam strategi jangka panjang perusahaan agar tetap relevan dan tangguh menghadapi pasar yang semakin kompetitif serta tuntutan keberlanjutan.

Sepanjang tahun 2024, ITMG mencatatkan produksi batu bara sebesar 20,2 juta ton, meningkat 20% dibandingkan tahun sebelumnya. Volume penjualan tercatat sebesar 19,6 juta ton, naik 16% secara tahunan, sementara penjualan pihak ketiga mencapai 4,4 juta ton atau naik 9% year on year.

China Masih Jadi Pasar Utama, Tapi Kompetisi Meningkat

Meski China masih menjadi pasar ekspor terbesar ITMG dengan kontribusi sebesar 38% dan nilai ekspor mencapai US$750 juta, perusahaan menghadapi tantangan serius dari meningkatnya volume pasokan batu bara Rusia ke Negeri Tirai Bambu.

Plt Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Gita Mahyarani, menyatakan bahwa Rusia kini menawarkan harga lebih kompetitif yang mempersulit posisi batu bara Indonesia.

“Rusia menawarkan harga lebih kompetitif, memperketat persaingan dengan batu bara Indonesia,” ujar Gita.

Pada Maret 2025, data menunjukkan bahwa impor batu bara Rusia oleh China naik 6% menjadi 7,33 juta ton secara tahunan. Tidak hanya Rusia, negara lain seperti Australia dan Mongolia juga terus meningkatkan volume ekspornya ke China, menambah tekanan bagi eksportir Indonesia.

“Banyak pembeli menahan diri dan mengambil posisi wait and see terhadap kontrak pembelian baru,” terang Gita, merujuk pada ketidakpastian pasar akibat tensi geopolitik dan perang tarif antara AS dan China.

Target 2025 dan Tantangan Oversupply

ITMG menargetkan produksi batu bara tahun ini berkisar antara 20,8 juta hingga 21,9 juta ton, dan membidik volume penjualan mencapai 26,3 juta–27,4 juta ton. Perusahaan juga berencana mempertahankan posisinya di sejumlah pasar utama Asia seperti Jepang, Filipina, India, dan Thailand.

Namun, tantangan tidak hanya datang dari sisi kompetitor. Pasar global saat ini mengalami kelebihan pasokan (oversupply), sehingga berdampak pada tekanan harga dan permintaan.

Equity Research Analyst Ajaib Sekuritas, Rizal Rafly, menyoroti bahwa perubahan struktural energi dan peningkatan produksi dalam negeri di China menjadi faktor yang turut menekan kinerja ekspor batu bara.

“Tantangan utama Indonesia bukan cuma dari Rusia, tetapi juga dari oversupply global dan perubahan struktural energi, sehingga respons terbaik adalah efisiensi biaya, perluasan pasar, dan percepatan hilirisasi,” jelas Rizal.

Meski harga batu bara Newcastle sempat rebound ke US$98/ton dari titik terendah US$93,7/ton, nilai tersebut masih mencerminkan penurunan 20% secara year to date (ytd). Penurunan ini dipengaruhi musim dingin yang lebih hangat di China, penurunan output pembangkit listrik sebesar 1,3%, serta target peningkatan produksi domestik China menjadi 4,82 miliar ton pada 2025.

Peluang dari Asia Selatan dan Tenggara

Meski pasar China semakin kompetitif, Indonesia masih punya peluang untuk meningkatkan ekspor ke kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara yang masih mengandalkan batu bara dalam bauran energi mereka.

“Meski tidak bisa sepenuhnya menggantikan porsi ekspor ke China atau India,” kata Gita, “negara-negara di Asia Selatan dan Tenggara tetap menjadi pasar potensial.”

Sementara itu, produksi batu bara nasional Indonesia juga mencatatkan rekor tertinggi pada 2024 sebesar 836 juta ton, naik 18% dari target. Namun, peningkatan ini terjadi di tengah stagnasi permintaan karena percepatan investasi energi alternatif di kawasan Asia.

Di tengah meningkatnya tekanan dari Rusia dan kondisi oversupply global, PT Indo Tambangraya Megah Tbk tetap optimistis menghadapi 2025 dengan strategi efisiensi, transformasi operasional, dan fokus pada pasar Asia yang masih menjanjikan. Meskipun peta persaingan berubah cepat, ITMG menilai adaptasi dan penguatan hubungan jangka panjang dengan mitra dagang sebagai kunci keberlangsungan bisnis batu bara di masa depan.

Terkini

Bank Jateng Hadirkan KPR Subsidi untuk PPPK Grobogan

Kamis, 11 September 2025 | 16:41:30 WIB

Bank Jago Pertahankan Pertumbuhan Lewat Inovasi Digital

Kamis, 11 September 2025 | 16:41:28 WIB

Bank Jatim Pacu Kinerja dengan Strategi Tiga Fokus Utama

Kamis, 11 September 2025 | 16:41:27 WIB

BMKG Ingatkan Warga Jawa Timur Waspadai Cuaca Ekstrem

Kamis, 11 September 2025 | 16:41:25 WIB

Harga Sembako Jawa Timur Hari Ini Stabil Terkendali

Kamis, 11 September 2025 | 16:41:23 WIB