Kemenkes Ungkap Penyakit Jantung Jadi Penyebab Utama Kematian Jamaah Haji RI 1446 H

Minggu, 25 Mei 2025 | 14:09:18 WIB
Kemenkes Ungkap Penyakit Jantung Jadi Penyebab Utama Kematian Jamaah Haji RI 1446 H

JAKARTA – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) terus melakukan pemantauan ketat terhadap pelaksanaan ibadah haji 1446 H/2025 M. Data terbaru dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (Siskohatkes) mencatat ada 53 jamaah haji Indonesia yang meninggal dunia selama berada di Tanah Suci. Dari jumlah tersebut, 19 jamaah wafat akibat serangan penyakit jantung, menjadi penyebab kematian terbanyak di antara jamaah.

Penyakit Jantung Iskemik dan Shock Cardiogenic Jadi Penyebab Utama

Menurut Kemenkes, sebagian besar kematian yang terkait dengan penyakit jantung disebabkan oleh kondisi medis seperti penyakit jantung iskemik akut dan shock cardiogenic. “Sebagian besar jamaah haji yang wafat memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya dan komorbid, serta kurang mengontrol diri untuk membatasi aktivitas fisik mereka,” ujar dr. Agus Sulistyawati, anggota Tim Visitasi Kesehatan Kemenkes.

Aktivitas padat dan kondisi cuaca yang ekstrem di Tanah Suci selama musim haji turut memperburuk risiko kesehatan jamaah, khususnya bagi mereka yang memiliki kondisi medis rentan. Perubahan suhu yang ekstrim dan kelelahan akibat aktivitas ibadah yang intens menjadi faktor pemicu terjadinya serangan jantung.

Imbauan Kemenkes untuk Jamaah Haji: Jangan Memaksakan Diri

Kemenkes mengimbau seluruh jamaah haji, terutama lansia dan mereka yang memiliki penyakit penyerta seperti jantung, hipertensi, dan diabetes, agar tidak memaksakan diri saat menjalankan ibadah di Tanah Suci. Peringatan ini disampaikan agar jamaah dapat menjaga kondisi fisiknya dan menghindari risiko kesehatan yang dapat berujung pada kematian.

“Kami meminta para jamaah agar lebih bijak dalam membatasi aktivitas fisik, terutama bagi yang memiliki komorbid agar tidak memaksakan diri melakukan ibadah berat,” kata dr. Agus.

Kepala Pusat Kesehatan Haji: Persiapan Fisik Jadi Kunci Keselamatan

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Liliek Marhaendro Susilo, turut menyampaikan keprihatinan mendalam terkait tingginya angka kematian akibat penyakit jantung ini. Liliek menekankan pentingnya persiapan fisik yang matang bagi para jamaah jelang pelaksanaan puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina yang akan berlangsung pada 4 Juni 2025 mendatang.

“Para jamaah, terutama yang lansia atau memiliki penyakit penyerta, seperti jantung, hipertensi, dan diabetes, kami sarankan untuk mengurangi ibadah sunah yang membutuhkan tenaga ekstra,” ujarnya.

Liliek memberikan contoh konkret jenis ibadah sunah yang sebaiknya dikurangi, misalnya umrah sunah dan tawaf sunah berulang kali. Selain itu, jamaah juga dianjurkan untuk menghindari berjalan kaki jarak jauh, baik ketika menuju Masjidil Haram di Makkah ataupun Masjid Nabawi di Madinah.

“Sebaiknya jamaah juga menunda aktivitas wisata ziarah yang dapat menyebabkan kelelahan fisik, agar kondisi tetap terjaga selama menjalankan rangkaian ibadah haji,” tambah Liliek.

Pentingnya Kesadaran dan Kendali Diri Jamaah

Para petugas kesehatan haji mengingatkan bahwa kesadaran jamaah terhadap batas kemampuan fisik sangat penting untuk menekan risiko gangguan kesehatan yang berujung fatal. Mengingat sebagian jamaah memiliki riwayat penyakit kronis yang bisa saja tidak tampak jelas, upaya pengendalian aktivitas menjadi langkah utama menjaga keselamatan.

Dr. Agus menegaskan, “Risiko kematian akibat penyakit jantung bisa diminimalisasi dengan kontrol ketat terhadap aktivitas fisik dan pemenuhan kebutuhan medis selama ibadah haji. Jamaah diharapkan berkoordinasi dengan tim kesehatan di lokasi jika merasakan gejala kesehatan yang mengkhawatirkan.”

Kemenkes Terus Tingkatkan Layanan Kesehatan Haji

Selain imbauan kepada jamaah, Kemenkes juga memperkuat pelayanan kesehatan di Tanah Suci dengan menyiagakan tim medis dan fasilitas kesehatan yang memadai. Layanan kesehatan haji termasuk penanganan darurat penyakit jantung dan komorbiditas lain menjadi prioritas selama pelaksanaan haji.

Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (Siskohatkes) juga digunakan untuk memonitor kondisi kesehatan jamaah secara real-time sehingga penanganan cepat dapat dilakukan.

Upaya Pencegahan yang Harus Diperkuat

Menghadapi tantangan kesehatan selama musim haji, Kemenkes mendorong agar persiapan kesehatan sebelum berangkat haji semakin optimal. Pemeriksaan kesehatan menyeluruh dan edukasi bagi jamaah soal pengelolaan kondisi medis mereka menjadi hal utama.

“Kami menghimbau agar calon jamaah melakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh sebelum berangkat dan mengikuti arahan dari petugas kesehatan selama di Tanah Suci,” tambah Liliek.

Kemenkes menegaskan bahwa penyakit jantung menjadi penyebab utama kematian jamaah haji Indonesia selama musim haji 1446 H/2025 M. Tingginya risiko ini disebabkan oleh aktivitas fisik berat, kondisi cuaca ekstrem, serta komorbiditas yang tidak terkelola dengan baik. Oleh karena itu, pengendalian aktivitas, kesiapan fisik, dan koordinasi kesehatan menjadi kunci utama demi keselamatan jamaah.

Jamaah diimbau untuk lebih bijak dan memprioritaskan kesehatan selama menjalankan rangkaian ibadah haji agar dapat melaksanakan ibadah dengan lancar dan selamat hingga pulang ke tanah air.

Terkini

Danantara Jadi Pilar Strategis Kemandirian Fiskal Indonesia

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:22 WIB

Hutama Karya Rayakan Harhubnas Dengan Jembatan Ikonik

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:21 WIB

Jasa Marga Tingkatkan Layanan Tol Cipularang Padaleunyi

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:19 WIB

Waskita Karya Garap Proyek Budidaya Ikan Nila

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:17 WIB