Kisah Inspiratif Suriyono: Dari Kenek Bahan Material Jadi Sarjana Usia 60 Tahun

Kamis, 29 Mei 2025 | 12:43:19 WIB
Kisah Inspiratif Suriyono: Dari Kenek Bahan Material Jadi Sarjana Usia 60 Tahun

JAKARTA — Di tengah arus kehidupan yang serba cepat dan penuh tantangan, kisah inspiratif seringkali muncul dari sosok yang tak terduga. Salah satunya adalah Suriyono, pria asal Banyuwangi yang baru saja meraih gelar sarjana Agroteknologi Pertanian di usia 60 tahun. Perjalanan panjang dan penuh perjuangan Suriyono membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk mewujudkan mimpi dan pendidikan.

Perjuangan Awal: Menunda Mimpi Karena Keterbatasan Biaya

Suriyono mengawali kisah hidupnya dengan sederhana. Setelah lulus dari SMAK Hikmah Mandala Banyuwangi pada 1986, ia tidak langsung melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Kendala utama yang dihadapi adalah keterbatasan biaya. "Saya dulu lulus SMA tidak punya uang untuk lanjut kuliah," kenang Suriyono saat ditemui di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi, Kamis, 29 Mei 2025. 

Alih-alih menyerah, Suriyono memilih bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ia memulai karir sebagai kenek pengantar bahan material dan kemudian beralih menjadi pekerja di pabrik pengemasan makanan ekspor. Selain bekerja, ia juga memanfaatkan peluang usaha sampingan dengan jual beli kambing menggunakan sistem bagi hasil yang turut memberdayakan petani lokal.

Dari Usaha Sampingan ke Gelar Sarjana

Berbekal tabungan dari usaha jual beli kambing, Suriyono akhirnya mewujudkan impiannya untuk kuliah. Pada 2019, ia mendaftarkan diri menjadi mahasiswa di Untag Banyuwangi dengan jurusan Agroteknologi Pertanian. Namun perjalanan sebagai mahasiswa tidak mudah. Ia harus membagi waktu antara kerja shift dan kuliah.

"Setelah Isya saya belajar, kalau ngantuk saya tidur, terbangun nanti baca lagi. Karena saya berpikir bahwa waktu saya terbatas, jadi kapan lagi saya belajar," ujarnya. Suriyono bahkan rela belajar hingga menjelang subuh demi memahami materi kuliah.

Meskipun sempat mengambil cuti selama tiga semester, semangatnya tak pernah padam. Ia kembali melanjutkan kuliah dengan penuh kegigihan hingga akhirnya meraih gelar sarjana.

Kinerja Cemerlang di Tempat Kerja dan Promosi Jabatan

Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa paruh baya, Suriyono juga menunjukkan dedikasi luar biasa di tempat kerja. Ia pernah dianugerahi predikat pekerja terbaik dan mendapatkan promosi jabatan. Hal ini membuktikan bahwa perjuangan dan kerja kerasnya di berbagai bidang berbuah manis.

"Dulu pernah ada yang meragukan, termasuk dari biaya juga, tapi saya percaya ketika Allah bilang jadi, maka jadi. Meskipun berat prosesnya tapi sekarang saya jadi (sarjana)," ungkap Suriyono dengan penuh rasa syukur.

Semangat Tak Kenal Lelah, Terobos Hujan Demi Bimbingan Skripsi

Sosok gigih Suriyono juga mendapat pujian dari dosen pembimbing skripsinya, Yusmia Widiastuti. Yusmia mengaku terkagum dengan komitmen dan disiplin Suriyono yang mampu menyesuaikan jadwal bimbingan dengan waktu kerja shift.

"Saya tidak langsung tanya besok bimbingan jam berapa, tapi saya tanya bapak besok shift apa, setelahnya baru kami mengatur jam bimbingan," jelas Yusmia.

Salah satu momen yang tak terlupakan adalah saat Suriyono datang bimbingan skripsi usai kerja, meski hujan deras mengguyur tanpa mengenakan jas hujan. “Pak Sur tidak pakai jas hujan, kebasahan dari rambut hingga bajunya. Saya yang khawatir takut bapak jatuh sakit,” kenang Yusmia sambil tersenyum.

Yusmia juga menilai bahwa Suriyono tidak hanya aktif secara akademik, tetapi juga terlibat langsung saat KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Gombengsari, di mana ia berkontribusi sebagai petani aktif. “Penilaian dari teman-teman di Gombengsari untuk Pak Sur positif sekali,” imbuhnya.

Pesan dan Harapan dari Kisah Suriyono

Kisah Suriyono yang berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi di usia 60 tahun bukan hanya menjadi bukti bahwa tekad dan niat adalah kunci utama. Baginya, kesempatan harus dimanfaatkan sebaik mungkin, tidak peduli usia maupun hambatan yang ada.

“Yang terpenting adalah niat, kemudian semangat, baru uang,” tegas Suriyono, mengingatkan bahwa faktor finansial bukanlah penghalang terbesar jika ada kemauan.

Dosen pembimbingnya, Yusmia Widiastuti, berharap kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk terus semangat menuntut ilmu. “Semangat Pak Sur sangat menular dan saya harap bisa menjadi cerminan bahwa belajar itu tidak mengenal usia,” pungkas Yusmia.

Suriyono membuktikan bahwa mimpi tidak mengenal batas usia maupun keadaan ekonomi. Perjalanan dari seorang kenek bahan material hingga menjadi sarjana Agroteknologi di usia 60 tahun adalah kisah inspiratif penuh semangat dan ketekunan. Dedikasi dalam bekerja dan belajar secara bersamaan membuktikan bahwa dengan niat dan kerja keras, segala hambatan dapat dilalui.

Kisah ini tidak hanya menginspirasi masyarakat Banyuwangi, tetapi juga menjadi contoh bagi bangsa Indonesia bahwa pendidikan adalah hak semua orang dan merupakan jalan untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik. Semoga perjuangan Suriyono membuka mata banyak orang bahwa kesempatan dan mimpi harus terus dikejar tanpa mengenal kata menyerah.

Terkini

Danantara Jadi Pilar Strategis Kemandirian Fiskal Indonesia

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:22 WIB

Hutama Karya Rayakan Harhubnas Dengan Jembatan Ikonik

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:21 WIB

Jasa Marga Tingkatkan Layanan Tol Cipularang Padaleunyi

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:19 WIB

Waskita Karya Garap Proyek Budidaya Ikan Nila

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:17 WIB