JAKARTA - Pelayanan kesehatan jamaah haji Indonesia pada tahun 2025 kembali menghadirkan beragam pelajaran berharga yang sangat penting untuk disimak. Berdasarkan pengalaman selama ini, pola penyakit dan waktu sakit jamaah haji yang muncul selama ibadah hampir selalu konsisten dari tahun ke tahun. Fakta ini menjadi perhatian khusus bagi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui petugas fungsional administrator kesehatan haji, Abdul Hafiz. Ia menegaskan, calon jamaah haji yang akan berangkat tahun 2026 wajib mulai menjaga kesehatannya jauh-jauh hari agar ibadah berjalan lancar dan risiko gangguan kesehatan bisa diminimalisir.
“‘Mengapa perlu dijaga kesehatannya jauh-jauh hari? Hal itu karena kasus gangguan kesehatan terlihat sama dalam setiap kali layanan kepada jamaah dari tahun ke tahun. Misalnya soal jenis penyakitnya hingga kecenderungan waktu sakitnya jamaah ketika menunaikan ibadah haji,” kata Abdul Hafiz.
Dominasi Penyakit Jantung dan Paru-Paru pada Jamaah Lansia
Abdul Hafiz menjelaskan, 70 persen jamaah haji Indonesia setiap tahunnya adalah lansia. Kondisi ini mempengaruhi jenis penyakit yang sering muncul, terutama penyakit jantung dan paru-paru. Oleh sebab itu, bagi para calon jamaah haji tahun 2026, menjaga kondisi kesehatan terutama penyakit yang sudah diderita, menjadi hal yang wajib dilakukan.
“Penyakit yang ada adalah jantung dan paru-paru. Sehingga bagi jamaah haji di tahun 2026, semenjak sekarang harus menjaga dari serangan penyakit itu,” ujar Hafiz.
Tak hanya menjaga, bagi jamaah yang mengidap penyakit kronis tersebut, meminum obat secara rutin juga menjadi hal yang sangat penting. Hafiz menegaskan, saat menjalankan ibadah haji, jamaah tidak boleh sampai meninggalkan konsumsi obat yang sudah menjadi kebutuhan.
“Kerutinan meminum obat bagi yang punya penyakit jantung dan paru-paru itu sangat penting, terutama bagi mereka yang merencanakan pergi haji. Apalagi di waktu mereka berhaji, obat itu sama sekali tidak bisa ditinggalkan. Selain itu jauh-jauh hari mereka harus sadar bahwa ketika berhaji tidak bisa menforsir diri, misalnya dengan melakukan ibadah umrah berkali-kali. Istirahnya pun harus cukup,” tegas Hafiz.
Data Kesehatan Jamaah Haji Tahun 2025
Data yang dihimpun oleh Kemenkes pada tahun 2025 memperlihatkan dominasi jamaah dalam kategori ‘risti’ atau risiko tinggi. Hal ini sejalan dengan mayoritas jamaah yang berusia di atas 60 tahun. Dari sekitar 230 ribu jamaah haji Indonesia, sebanyak 70 persen merupakan lansia, dengan rincian sekitar 17 ribu jamaah berusia 70 tahun ke atas dan 5.200 orang bahkan sudah berusia di atas 80 tahun.
“Kategori kesehatan risti ini memang sangat mendominasi karena faktor usia yang sudah lanjut,” ujar Abdul Hafiz.
Momen Kritis Saat Ibadah di Arafah, Mudzalifah, dan Mina
Selain penyakit kronis yang sudah ada, waktu pelaksanaan ibadah haji tertentu juga menjadi titik kritis peningkatan jumlah jamaah yang sakit bahkan meninggal dunia. Menurut Hafiz, puncak gangguan kesehatan terjadi pada saat pelaksanaan ibadah di kawasan Arafah, Mudzalifah, dan Mina—dikenal sebagai Azmuna.
“Waktu jamaah harus benar-benar menjaga kesehatannya sewaktu berhaji adalah kala mereka mengerjakan ibadah di kawasan Arafah, Mudzalifah, dan Mina (Azmuna). Kala itulah jumlah jamaah haji sakit dan wafat mencapai puncaknya. Setelah tiga hari usai Azmuna, jamaah haji yang sakit dan wafat jumlahnya menurun,” jelas Hafiz, yang sudah puluhan tahun melayani jamaah haji di Makkah.
Penurunan Jumlah Jamaah Wafat Berkat Pemeriksaan Ketat
Meski angka jamaah yang sakit dan wafat masih ada, Abdul Hafiz mencatat adanya penurunan signifikan pada dua tahun terakhir. Pemeriksaan kesehatan yang semakin ketat menjadi faktor utama dalam menekan angka kematian jamaah haji Indonesia.
“Hasilnya pun sudah terlihat misalnya pada jumlah jamaah haji yang wafat, pada tahun 2025 dan 2024 hanya ada 413, sedangkan pada tahun 2023 ada 708 jamaah yang wafat,” jelasnya.
Upaya ini menjadi bukti bahwa perhatian dan kesiapan sebelum keberangkatan sangat menentukan keselamatan jamaah selama menjalankan ibadah haji.
Harapan untuk Pengurangan Porsi Jamaah Lansia
Meskipun berbagai upaya sudah dilakukan, Hafiz mengungkapkan keinginannya agar porsi jamaah lansia dapat dikurangi di masa mendatang. Hal ini penting karena jamaah dengan usia lanjut cenderung menghadapi risiko kesehatan lebih tinggi.
“Harapan kami sebagai petugas pelayanan kesehatan jamaah haji, porsi lansia di jamaah haji Indonesia semakin diperkecil. Ini hanya bisa dilakukan bila antrean haji tidak sepanjang saat ini yang mencapai puluhan tahun,” ujarnya.
Antrean panjang selama puluhan tahun membuat banyak calon jamaah menunggu hingga usia mereka semakin lanjut sebelum dapat berangkat. Hal ini berakibat pada risiko kesehatan yang meningkat selama pelaksanaan ibadah haji.
Pentingnya Persiapan Kesehatan Jangka Panjang
Keseluruhan pengalaman pelayanan kesehatan jamaah haji yang sudah berlangsung selama puluhan tahun mengajarkan bahwa keberhasilan ibadah sangat bergantung pada kesiapan fisik dan mental calon jamaah jauh sebelum waktu keberangkatan. Pola penyakit yang konsisten dan waktu sakit yang bisa diprediksi membuat persiapan kesehatan menjadi kunci utama agar ibadah haji dapat dijalani dengan lancar.
Abdul Hafiz menegaskan bahwa menjaga pola hidup sehat, mengontrol penyakit kronis dengan baik, dan tidak memforsir tubuh dengan kegiatan berat sebelum haji menjadi langkah penting yang harus dipahami oleh semua calon jamaah.
Pengalaman bertahun-tahun dalam pelayanan kesehatan jamaah haji Indonesia menunjukkan bahwa penyakit kronis terutama jantung dan paru-paru menjadi penyakit dominan yang mengancam jamaah, khususnya yang berusia lanjut. Momen ibadah di Arafah, Mudzalifah, dan Mina menjadi waktu paling kritis terkait gangguan kesehatan. Upaya ketat pemeriksaan kesehatan dan edukasi calon jamaah tentang pentingnya menjaga kesehatan secara konsisten jauh sebelum keberangkatan menjadi kunci utama menekan angka kematian jamaah haji.
Bagi calon jamaah haji 2026, pesan jelas dari Kemenkes melalui Abdul Hafiz adalah menjaga kesehatan sejak sekarang, mematuhi pengobatan rutin, dan menghindari aktivitas yang memberatkan tubuh. Dengan demikian, diharapkan seluruh jamaah dapat menjalankan ibadah suci ini dengan lancar dan penuh berkah.