Pasar Minyak Dunia Stabil, Investor Cermati Produksi dan Tarif

Rabu, 02 Juli 2025 | 08:58:42 WIB
Pasar Minyak Dunia Stabil, Investor Cermati Produksi dan Tarif

JAKARTA – Di tengah dinamika geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global, harga minyak dunia menunjukkan stabilitas yang mencolok. Para investor kini memantau dua faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga: rencana peningkatan produksi dari OPEC+ dan perkembangan terbaru dalam negosiasi perdagangan global, khususnya antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya.

Pada Rabu, 2 Juli 2025, harga minyak mentah Brent tercatat naik sebesar 37 sen, atau 0,55%, menjadi USD 67,11 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) asal AS juga menguat 34 sen, atau 0,55%, ke level USD 65,45 per barel.

Antisipasi Kenaikan Produksi OPEC+ Jadi Sorotan Utama

Fokus pasar saat ini tertuju pada keputusan strategis yang akan diambil oleh aliansi produsen minyak OPEC+, terutama terkait rencana kenaikan produksi sebesar 411.000 barel per hari yang diperkirakan akan diumumkan dalam pertemuan pada 6 Juli 2025 mendatang.

“Fokus utama pasar saat ini adalah pada rencana kenaikan produksi sebesar 411.000 barel per hari yang diperkirakan akan diumumkan oleh OPEC+ dalam pertemuan tanggal 6 Juli 2025,” ujar analis Saxo Bank, Ole Hansen.

Sinyal kenaikan ini bukan tanpa dasar. Empat sumber dari OPEC+ mengungkapkan kepada Reuters bahwa rencana tersebut mengikuti tren serupa pada Mei, Juni, dan Juli. Bila disetujui, total tambahan pasokan minyak dari OPEC+ sepanjang tahun ini akan mencapai 1,78 juta barel per hari, setara dengan lebih dari 1,5% dari permintaan minyak global.

Namun, langkah ini tidak serta-merta diterima dengan tenang oleh pasar. Sebagian investor justru mulai menunjukkan kehati-hatian, khawatir terhadap potensi over-supply yang dapat menekan harga.

“Pasar kini khawatir bahwa aliansi OPEC+ akan terus melanjutkan laju percepatan peningkatan produksinya,” ungkap Daniel Hynes, ahli strategi komoditas senior di ANZ.

Tarif Dagang Amerika Jadi Ancaman Bayangan

Sementara itu, perkembangan lain yang tak kalah penting adalah ketegangan dagang yang melibatkan Amerika Serikat. Investor kini menantikan hasil negosiasi perdagangan menjelang tenggat tarif baru yang ditetapkan oleh Presiden AS Donald Trump pada 9 Juli 2025.

Menurut Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, negara-negara mitra dagang AS berisiko terkena tarif lebih tinggi meskipun telah menunjukkan niat baik dalam proses negosiasi.

“Tarif yang saat ini bersifat sementara sebesar 10% dijadwalkan akan kembali ke tarif yang diumumkan Trump pada 2 April, yaitu antara 11% hingga 50%,” ungkapnya.

Kondisi ini memicu ketidakpastian baru di kalangan pelaku pasar energi. Jika tarif baru diterapkan, maka arus perdagangan bisa terganggu, dan secara tidak langsung memengaruhi permintaan minyak global.

Efek Gencatan Senjata dan Proyeksi Tekanan Pasokan

Sebelumnya, harga minyak sempat melonjak tajam menyusul konflik antara Israel dan Iran, yang dipicu oleh serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni. Ketegangan tersebut mendorong harga minyak Brent melonjak ke atas USD 80 per barel dalam waktu singkat.

Namun situasi berubah drastis setelah pengumuman gencatan senjata oleh Trump, yang menyebabkan harga kembali melemah ke level saat ini.

Morgan Stanley memperkirakan harga minyak Brent akan turun ke sekitar USD 60 pada awal tahun depan, seiring dengan meredanya risiko geopolitik dan tercukupinya pasokan pasar.

Mereka juga memperingatkan potensi terjadinya kelebihan pasokan sebesar 1,3 juta barel per hari pada tahun 2026, yang bisa menambah tekanan lebih lanjut terhadap harga minyak global.

Imbas Keseimbangan Baru terhadap Strategi Energi Global

Kondisi stabil saat ini di pasar minyak mencerminkan keseimbangan yang rapuh antara dua kekuatan utama: potensi peningkatan pasokan dan hambatan struktural terhadap permintaan. Di satu sisi, keputusan OPEC+ untuk menambah produksi mencerminkan keyakinan akan kebutuhan pasokan yang meningkat. Di sisi lain, ancaman tarif perdagangan dan melambatnya aktivitas industri di beberapa negara justru memicu kekhawatiran terhadap penurunan permintaan.

Dengan latar tersebut, pelaku pasar dan negara penghasil minyak dituntut untuk menavigasi kebijakan secara lebih hati-hati. Setiap keputusan mengenai produksi, tarif, dan diplomasi kini membawa dampak besar terhadap harga energi dunia.

Stabil Tapi Belum Aman

Harga minyak mungkin menunjukkan stabilitas saat ini, namun faktor fundamental yang memengaruhinya masih penuh ketidakpastian. Investor tetap waspada terhadap langkah OPEC+, dinamika perdagangan AS, dan kemungkinan kembalinya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Sementara itu, prediksi lembaga-lembaga keuangan besar seperti Morgan Stanley menambah nuansa kehati-hatian, terutama dengan proyeksi kelebihan pasokan di masa mendatang. Dalam situasi seperti ini, kebijakan energi nasional dan global akan memainkan peran krusial untuk menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan dalam jangka panjang.

Terkini

KAI Logistik Bagikan 1.600 Buku Demi Generasi Emas

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:51 WIB

KAI Commuter Catat Kenaikan Penumpang Periode 2025

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:49 WIB

DAMRI Buka Lowongan Mekanik untuk Lulusan SMA SMK

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:46 WIB

Jadwal Lengkap Bus Sinar Jaya Rute Parangtritis Malioboro

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:44 WIB

Dermaga Pelabuhan Mamuju Capai Progres 70 Persen

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:41 WIB