OPEC Evaluasi Strategi Pasar, Produksi Minyak Bisa Naik

Sabtu, 05 Juli 2025 | 08:36:58 WIB
OPEC Evaluasi Strategi Pasar, Produksi Minyak Bisa Naik

JAKARTA - Dalam perkembangan terbaru industri energi global, OPEC+ tengah mempertimbangkan perubahan arah strategi. Aliansi negara-negara produsen minyak ini, termasuk Arab Saudi, dikabarkan akan mempercepat peningkatan produksi minyak mentah mereka dalam waktu dekat.

Pertemuan virtual OPEC+ yang digelar pada Sabtu, 5 Juli 2025, menjadi momen penting bagi kelompok tersebut untuk mengevaluasi kembali langkah-langkah mereka dalam merespons dinamika pasar. Informasi ini disampaikan oleh sejumlah delegasi yang terlibat dalam pembicaraan internal dan meminta agar identitas mereka dirahasiakan.

Arab Saudi Pimpin Langkah Agresif Tingkatkan Pasokan

Dalam tiga bulan terakhir, Arab Saudi sebagai salah satu pemain utama dalam OPEC telah memimpin peningkatan pasokan sebesar 411.000 barel per hari. Langkah ini mencerminkan pendekatan yang lebih agresif dibanding sebelumnya.

Saat ini, delapan negara inti OPEC+ tengah mempertimbangkan peningkatan lebih besar, bahkan bisa mencapai lebih dari 500.000 barel per hari pada bulan Agustus. Strategi ini bertujuan mengembalikan 2,2 juta barel per hari produksi yang sebelumnya dihentikan, dan itu bisa dicapai lebih cepat dari jadwal awal yaitu paling lambat September 2025.

Trump Sambut Baik Harga Minyak Lebih Murah

Perubahan strategi OPEC+ terjadi di tengah harga minyak global yang menurun. Harga minyak Brent berada di kisaran US$68 per barel, turun sekitar 13% dalam dua minggu terakhir.

Kondisi ini secara tidak langsung menguntungkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang sedang menghadapi tekanan inflasi domestik. Harga energi yang lebih rendah dianggap sebagai faktor penting dalam menurunkan biaya hidup masyarakat Amerika, dan memperkuat argumen Trump untuk mendesak Federal Reserve memangkas suku bunga.

Pergeseran Fokus: Pangsa Pasar Lebih Penting dari Harga

Kepala riset dari Onyx Capital Group, Harry Tchilinguirian, menjelaskan bahwa OPEC+ telah bergeser dari mempertahankan harga menjadi memperluas pangsa pasar. “Karena OPEC+ telah beralih dari strategi mempertahankan harga menjadi fokus pada pangsa pasar, mungkin sudah tidak ada gunanya mempertahankan pemangkasan produksi sukarela yang hanya bersifat simbolis,” ungkapnya.

Tchilinguirian menilai bahwa mempercepat peningkatan produksi menjadi strategi logis saat ini. Hal ini mencerminkan kesadaran OPEC+ bahwa mempertahankan pangsa pasar dari pesaing non-OPEC+, seperti produsen minyak serpih Amerika Serikat, menjadi prioritas baru.

Puncak Musim Panas dan Permintaan Energi

Menurut para delegasi, ada beberapa alasan kuat mengapa OPEC+ mulai membuka kembali keran produksi:

Permintaan energi diperkirakan melonjak saat musim panas mencapai puncaknya di belahan bumi utara.

Ketimpangan produksi antaranggota OPEC+ perlu diseimbangkan kembali.

Pangsa pasar dari produsen minyak non-OPEC+, seperti AS, Guyana, Brasil, dan Kanada, terus meningkat dan harus segera diimbangi.

Langkah ini juga didukung oleh Riyadh, yang disebut sangat ingin segera mengaktifkan kembali produksi yang sempat dihentikan, demi mengamankan posisi dominan mereka di pasar.

Ancaman Kelebihan Pasokan dan Turunnya Harga

Meski strategi agresif ini memberikan keuntungan jangka pendek, para analis memperingatkan bahwa risiko kelebihan pasokan global tidak bisa diabaikan. Dalam beberapa bulan terakhir, persediaan minyak dunia meningkat sekitar 1 juta barel per hari, sebagian besar disebabkan oleh melemahnya permintaan dari Tiongkok serta produksi yang meningkat di Amerika dan Amerika Selatan.

Badan Energi Internasional (IEA) telah mengeluarkan proyeksi bahwa kelebihan pasokan ini akan semakin membesar pada paruh akhir tahun ini. Lembaga keuangan besar seperti JPMorgan Chase & Co dan Goldman Sachs bahkan memprediksi bahwa harga minyak bisa anjlok ke level US$60 per barel, atau bahkan lebih rendah, pada kuartal IV 2025.

Konflik Timur Tengah dan Stabilitas Ekspor

Sementara itu, konflik terbuka antara Israel dan Iran yang sempat memicu kekhawatiran pasar kini telah mereda menjadi gencatan senjata yang rapuh. Ini memberikan sedikit ketenangan bahwa ekspor energi dari kawasan Timur Tengah tidak terganggu, setidaknya dalam jangka pendek.

Namun, stabilitas ini tetap rapuh dan bisa berubah sewaktu-waktu, sehingga menjadi variabel penting dalam pengambilan keputusan produksi OPEC+.

Pertemuan Virtual Dipercepat, Tanda Urgensi?

Pertemuan OPEC+ yang awalnya dijadwalkan hari Minggu dimajukan menjadi Sabtu, 5 Juli 2025, sebuah indikasi bahwa keputusan strategis ini dianggap mendesak. Langkah ini menandai betapa seriusnya kelompok tersebut dalam menyesuaikan diri dengan kondisi pasar terbaru.

Langkah Cepat Bisa Berdampak Luas

Kebijakan OPEC+ untuk mempercepat peningkatan produksi adalah cerminan dari ketegangan antara menjaga stabilitas harga dan merebut kembali pangsa pasar. Sementara harga minyak lebih murah disambut baik oleh konsumen dan negara importir seperti AS, produsen tetap harus berhati-hati agar tidak memperburuk surplus global yang sudah mulai terlihat.

Dalam dinamika yang terus berubah ini, keputusan OPEC+ ke depan akan sangat menentukan arah pasar energi global untuk sisa tahun 2025.

Terkini

Vivo X200 Pro 2025, Desain Mewah dengan Performa Tangguh

Kamis, 11 September 2025 | 10:37:25 WIB

Infinix HOT 60 Pro Plus Hadir dengan Inovasi Besar

Kamis, 11 September 2025 | 10:37:24 WIB

Poco F7 Pro Hadir dengan Spesifikasi Lengkap dan Modern

Kamis, 11 September 2025 | 10:37:22 WIB

Harga Terjangkau, Tecno Spark 40 Hadir dengan Fitur Lengkap

Kamis, 11 September 2025 | 10:37:21 WIB

Lima Keunggulan Realme P3 5G, Smartphone Gaming Rp3 Jutaan

Kamis, 11 September 2025 | 10:37:19 WIB