JAKARTA - Robert Whittaker, salah satu petarung paling tangguh di dunia UFC, kini mulai membuka tabir masa depan kariernya yang semakin mendekati garis akhir. Dikenal dengan julukan "The Reaper" atau "Malaikat Maut," Whittaker sudah mempersiapkan diri untuk menjalani empat pertarungan terakhir dalam dunia seni bela diri campuran (MMA) sebelum memutuskan pensiun.
Meskipun usianya tidak lagi muda untuk seorang atlet di level tinggi pada Desember mendatang ia akan genap berusia 35 tahun semangat dan ambisinya tetap menyala. Empat laga yang direncanakan itu bukan sekadar untuk menambah jumlah pertarungan di daftar rekornya, melainkan sebagai misi akhir yang membawa Whittaker kembali ke puncak prestasi, yakni merebut gelar juara kelas menengah UFC yang pernah ia genggam pada tahun 2017.
Whittaker pernah berada sangat dekat dengan kejayaan tertinggi saat dia bertarung merebut gelar juara dunia pada tahun 2022 melawan Israel Adesanya. Sayangnya, pertarungan tersebut berakhir dengan kekalahan bagi Whittaker, yang harus rela impiannya untuk mempertahankan atau merebut kembali gelar sirna seketika. Meski begitu, semangatnya tak pernah padam, dan kini ia menatap masa depan dengan tujuan yang jelas.
“Empat pertarungan lagi,” ujar Whittaker dengan tegas. “Saya sudah bisa melihat cahaya di ujung terowongan. Saya ingin menggelar empat duel yang membawa saya ke duel perebutan gelar. Kemudian, saya bisa pensiun saat berada di puncak. Akhir yang seperti ini sudah seperti dongeng saja.”
Pernyataan ini mengungkapkan betapa besar harapan Whittaker untuk menutup kariernya dengan kisah sukses yang menginspirasi. Dia ingin bukan hanya berhenti bertarung dalam kondisi biasa, tapi dengan meninggalkan jejak sebagai juara dunia. Sebuah akhir yang dramatis dan penuh arti, bagi seorang atlet yang telah mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk olahraga penuh risiko ini.
Karier Whittaker di UFC memang penuh warna. Dia bukan hanya dikenal karena prestasinya sebagai juara dunia kelas menengah pada 2017, tetapi juga sebagai petarung yang selalu memberikan pertarungan menarik dan penuh aksi. Sepanjang perjalanan kariernya, Whittaker telah mengumpulkan lima penghargaan Fight of The Night dan empat Performance of The Night, menegaskan bahwa setiap kali ia naik oktagon, ia memberikan tontonan yang memukau.
Namun, jalan yang dilalui Whittaker tidak selalu mulus. Pada pertarungan terakhirnya di Oktober 2024 melawan Khamzat Chimaev, Whittaker harus menelan kekalahan pahit dan mengalami cedera serius. Ia mengalami dislokasi rahang setelah dicekik dalam kuncian face crank oleh Chimaev, yang menjadi momen sulit sekaligus pengingat betapa kerasnya dunia MMA di level elit. Cedera tersebut membuat banyak penggemar khawatir akan masa depan Whittaker, namun tekadnya untuk terus berjuang tetap tak tergoyahkan.
Kini, Whittaker bertekad untuk kembali bangkit dan menuntaskan kariernya dengan catatan manis. Ia menyadari bahwa usia dan cedera bisa menjadi tantangan besar, tetapi mental juara dan pengalaman panjang membuatnya yakin bisa melewati semua itu.
Salah satu lawan potensial yang tengah diperhitungkan adalah Nassourdine Imavov, petarung Rusia-Prancis yang baru saja mengukir kemenangan besar dengan meng-KO Israel Adesanya, mantan rival Whittaker. Pertarungan melawan Imavov bisa menjadi duel yang sangat dinanti-nanti, karena keduanya merupakan petarung kelas menengah dengan kemampuan teknis tinggi dan catatan kemenangan yang mengesankan.
Selain itu, ada banyak petarung muda dan veteran lainnya yang bisa menjadi lawan bagi Whittaker dalam empat pertarungan terakhirnya. Ini memberikan peluang baginya untuk menunjukkan kelas dan pengalamannya sebelum benar-benar mengakhiri babak karier yang penuh prestasi.
Keputusan Whittaker untuk pensiun di puncak bukan hanya soal ambisi pribadi, tetapi juga merupakan sebuah contoh bagaimana seorang atlet profesional mengatur perjalanan kariernya dengan bijaksana. Banyak petarung yang mengakhiri kariernya tanpa pernah merasakan kejayaan di akhir, sementara Whittaker memilih untuk berjuang hingga titik akhir untuk mendapatkan momen kemenangan terakhir yang berharga.
Pendekatan ini juga menunjukkan kedewasaan mental Whittaker. Ia paham bahwa bertarung di UFC bukan hanya soal kekuatan fisik, tetapi juga bagaimana menjaga tubuh, mengatur strategi, dan memanfaatkan pengalaman untuk menghadapi lawan. Empat pertarungan terakhir akan menjadi ujian terakhir dari segalanya yang sudah ia pelajari selama bertahun-tahun.
Bagi penggemar UFC dan dunia MMA, perjalanan Whittaker menuju empat pertarungan terakhir ini tentu sangat menarik untuk diikuti. Mereka akan menyaksikan bagaimana seorang veteran tetap menunjukkan semangat juang dan profesionalisme, sekaligus berusaha meninggalkan warisan positif di dunia yang penuh tantangan ini.
Dengan gaya bertarung yang agresif, teknik yang matang, serta kepribadian yang rendah hati di luar oktagon, Whittaker telah menjadi inspirasi banyak petarung muda dan penggemar olahraga ini. Ia adalah contoh nyata bahwa usia hanyalah angka selama semangat dan tekad tetap menyala.
Kita tunggu saja bagaimana Robert Whittaker menjalani empat pertarungan terakhirnya, apakah dia mampu merebut kembali gelar juara dunia dan pensiun dengan cerita sukses yang diimpikan banyak atlet.
Satu hal pasti, Whittaker akan memasuki babak akhir kariernya dengan penuh keberanian, determinasi, dan semangat juang yang sama seperti saat ia pertama kali memasuki dunia UFC. Sebuah akhir yang diharapkan bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk memberikan inspirasi bagi generasi berikutnya.