Perlu Terobosan Baru Agar Panas Bumi Indonesia Bisa Optimal

Minggu, 06 Juli 2025 | 11:56:24 WIB
Perlu Terobosan Baru Agar Panas Bumi Indonesia Bisa Optimal

JAKARTA - Panas bumi, sebagai salah satu sumber energi bersih dan terbarukan, masih belum diberdayakan secara optimal di Indonesia. Padahal, negeri ini menyimpan cadangan panas bumi terbesar di dunia. Realitanya, pemanfaatan energi ini secara nasional baru menyentuh angka 12 persen dari total potensi 24 gigawatt (GW).

Kondisi tersebut mendorong berbagai pihak untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap arah pengembangan energi panas bumi. Diperlukan langkah konkret agar potensi besar ini tidak hanya menjadi deretan angka di atas kertas.

Ketua Umum Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API), Julfi Hadi, menyoroti perlunya pendekatan baru dalam pengembangan sektor ini. Ia menyebut bahwa transformasi paradigma dan model bisnis menjadi hal mendesak demi menjadikan panas bumi sebagai bagian dari industri strategis nasional.

“Kita perlu terobosan teknologi, efisiensi biaya, dan skema pendapatan baru yang lebih adaptif,” tegas Julfi dalam keterangannya di Jakarta.

Panas bumi sejatinya bukan hanya soal penyediaan energi ramah lingkungan. Ia juga memiliki peluang besar untuk mendorong terciptanya industrialisasi hijau dan peningkatan kesejahteraan di wilayah-wilayah penghasil sumber daya ini. Sayangnya, jalan menuju sana masih dipenuhi tantangan.

Julfi tak menampik bahwa industri ini harus bergulat dengan tingginya risiko eksplorasi serta kebutuhan modal awal (capital expenditure/capex) yang sangat besar. Selain itu, keterbatasan infrastruktur transmisi juga menjadi kendala serius dalam pemerataan pemanfaatan panas bumi di seluruh daerah.

Menanggapi kendala tersebut, API berupaya aktif bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Tujuannya adalah merumuskan insentif fiskal maupun non-fiskal yang dapat menarik minat investor untuk berani masuk ke sektor ini.

Dengan adanya insentif yang memadai, model bisnis yang baru diharapkan mampu meningkatkan Internal Rate of Return (IRR) proyek-proyek panas bumi. Tak hanya itu, pengurangan biaya capex dan operational expenditure (opex) menjadi target agar proyek-proyek strategis bisa segera terealisasi.

Di sisi lain, Julfi juga menegaskan pentingnya pembangunan infrastruktur transmisi berskala besar, bahkan menyebut kebutuhan akan supergrid nasional. Sistem ini diyakini menjadi kunci untuk mengintegrasikan potensi panas bumi dari daerah-daerah terpencil ke dalam jaringan kelistrikan nasional.

“Jika supergrid dapat diwujudkan, panas bumi bisa memainkan peran utama dalam mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi nasional,” ujarnya lebih lanjut.

Upaya untuk mempercepat pemanfaatan panas bumi tak hanya berhenti pada insentif atau model bisnis. Pemerintah pun tengah melakukan penyempurnaan regulasi demi mendukung kemudahan dan percepatan investasi.

Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi ESDM, Eniya Listiani Dewi, menjelaskan bahwa pemerintah sedang menyusun revisi terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 7 yang mengatur tentang pengelolaan panas bumi.

Salah satu hal penting yang masuk dalam revisi tersebut adalah digitalisasi proses lelang wilayah kerja panas bumi. Langkah ini diharapkan bisa menciptakan sistem yang lebih efisien, transparan, dan mudah diakses oleh semua pihak.

“Kami akan dorong lelang online agar semua pihak punya akses yang sama, mudah, dan akuntabel,” kata Eniya.

Upaya digitalisasi dan reformasi regulasi ini tentu merupakan bagian dari langkah lebih luas dalam menata ulang sistem pengelolaan panas bumi. Pemerintah berkomitmen untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif sekaligus menjamin bahwa proses pengembangan dilakukan secara profesional dan terukur.

Harapannya, dengan berbagai langkah tersebut, sektor panas bumi bisa menjadi tulang punggung energi hijau nasional dalam satu dekade ke depan. Terlebih, dunia kini tengah bergerak ke arah transisi energi, dan Indonesia punya posisi strategis untuk mengambil peran kunci di level global.

Namun demikian, tantangan tetap ada. Selain kendala teknis dan pendanaan, faktor sosial dan lingkungan juga menjadi pertimbangan penting. Setiap proyek panas bumi harus mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat sekitar dan memastikan bahwa manfaatnya dapat dirasakan secara adil dan merata.

Dalam skenario terbaik, pengembangan energi panas bumi dapat menciptakan lapangan kerja baru, memperkuat ekonomi daerah, serta mendukung target nasional dalam menurunkan emisi karbon.

Potensi Indonesia yang luar biasa ini bukan sekadar kebanggaan, tetapi juga tanggung jawab. Ketika dunia mencari sumber energi yang lebih hijau dan berkelanjutan, Indonesia tidak boleh hanya menjadi penonton. Panas bumi adalah peluang strategis, dan momentum ini harus dimanfaatkan dengan bijak dan terencana.

Dengan sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat, bukan mustahil Indonesia bisa menjadi pemimpin global dalam pemanfaatan energi panas bumi. Dan dari balik perut bumi, masa depan energi nasional bisa mulai digerakkan.

Terkini

Vivo X200 Pro 2025, Desain Mewah dengan Performa Tangguh

Kamis, 11 September 2025 | 10:37:25 WIB

Infinix HOT 60 Pro Plus Hadir dengan Inovasi Besar

Kamis, 11 September 2025 | 10:37:24 WIB

Poco F7 Pro Hadir dengan Spesifikasi Lengkap dan Modern

Kamis, 11 September 2025 | 10:37:22 WIB

Harga Terjangkau, Tecno Spark 40 Hadir dengan Fitur Lengkap

Kamis, 11 September 2025 | 10:37:21 WIB

Lima Keunggulan Realme P3 5G, Smartphone Gaming Rp3 Jutaan

Kamis, 11 September 2025 | 10:37:19 WIB