JAKARTA - Tumor jinak yang tumbuh di area hidung dan rongga nasal merupakan kondisi medis yang cukup serius dan perlu mendapat perhatian khusus, terutama bagi pasien muda. Salah satu jenis tumor jinak yang sering ditemui adalah Angiofibroma Nasofaring Belia (ANB) atau Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma (JNA). Tumor ini memiliki karakteristik unik dan memerlukan penanganan yang tepat agar tidak berkembang menjadi lebih parah.
Dokter spesialis THT dan Bedah Kepala Leher dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Ika Dewi Mayangsari, memaparkan berbagai penyebab, gejala, dan cara penanganan tumor jinak tersebut dalam sebuah sesi edukasi di Jakarta.
Penyebab dan Karakteristik ANB
Menurut Dokter Ika, ANB adalah tumor jinak yang tumbuh di sinus nasal dan rongga dalam tengkorak di area hidung. Tumor ini cenderung menyerang pasien laki-laki berusia muda, yaitu antara 10 hingga 23 tahun, walau tidak menutup kemungkinan ditemukan pada pasien yang berumur lebih tua, bahkan sampai usia 30-an tahun.
Penyebab tumor ini diduga berkaitan dengan perubahan hormon saat masa remaja serta faktor genetik. Selain itu, anomali pembuluh darah juga berperan penting dalam perkembangan ANB. Tumor ini berbeda dari jenis tumor jinak lain di area hidung seperti polip, hemangioma, dan limfangioma karena memiliki karakteristik khusus yang lebih kompleks.
Gejala Khas Angiofibroma Nasofaring Belia
Gejala utama yang paling menonjol dari tumor ini adalah perdarahan masif yang berulang kali. Pendarahan ini bisa terjadi tanpa sebab yang jelas dan kadang berhenti secara spontan, namun tetap berbahaya. Dokter Ika menegaskan bahwa perdarahan berulang ini tidak boleh dianggap enteng karena dapat menyebabkan syok hipovolemik akibat kehilangan darah dalam jumlah besar.
Selain pendarahan, tumor yang dibiarkan tumbuh juga akan menyebabkan gangguan lain. Pasien mungkin mengalami gangguan pendengaran, mendengkur secara berlebihan, hingga perubahan bentuk wajah yang terlihat asimetris akibat tumor yang sudah meluas sampai ke rongga sekitar mata.
Perbedaan Antara Tumor Jinak dan Kanker Nasofaring
Penting untuk membedakan antara tumor jinak angiofibroma dan kanker nasofaring. Dokter Ika menjelaskan bahwa kanker nasofaring memiliki ciri khas berupa tumor yang rapuh, mudah berdarah, dan permukaannya berbenjol-benjol. Sedangkan angiofibroma berbentuk lebih licin, bulat, dan permukaannya halus.
Selain itu, penderita kanker nasofaring biasanya juga mengalami benjolan di leher sebagai tanda penyebaran kanker, sesuatu yang tidak ditemukan pada pasien dengan angiofibroma. Pengetahuan ini penting agar diagnosis dan penanganan yang tepat dapat dilakukan.
Proses Diagnostik yang Tepat Tanpa Biopsi
Menegakkan diagnosis ANB memerlukan pemeriksaan menyeluruh. Namun, biopsi tumor ini tidak disarankan karena berisiko menyebabkan perdarahan hebat. Sebagai gantinya, diagnosis dilakukan berdasarkan riwayat medis, pemeriksaan klinis, serta pemeriksaan pencitraan seperti CT Scan dan MRI.
Pemeriksaan ini memungkinkan dokter mengetahui lokasi dan ukuran tumor secara tepat, serta membantu menentukan metode penanganan yang paling sesuai. Keakuratan diagnosis menjadi kunci keberhasilan pengobatan.
Strategi Penanganan Tumor Jinak Hidung
Salah satu tantangan utama dalam penanganan ANB adalah mengendalikan perdarahan selama tindakan operasi. Oleh sebab itu, sebelum operasi dilakukan, dokter akan mencari pembuluh darah yang menyuplai darah ke tumor dan menutupnya melalui prosedur embolisasi.
Embolisasi bertujuan mengurangi aliran darah ke tumor sehingga risiko perdarahan saat pengangkatan tumor dapat diminimalisir. Setelah itu, tumor harus diangkat secara total agar tidak muncul kembali di kemudian hari.
Namun, kasus tumor yang berulang bisa terjadi, terutama jika hormon pasien belum stabil atau pengangkatan sebelumnya kurang tuntas. Selain itu, ada kasus di mana tumor sudah menyebar ke rongga kepala atau bahkan masuk ke otak, sehingga operasi menjadi terlalu berisiko dan tidak memungkinkan.
Alternatif Penanganan pada Kasus Kompleks
Untuk kasus tumor yang sudah meluas ke area kritis, dokter biasanya akan memilih metode pengobatan lain selain operasi, seperti radioterapi eksternal. Terapi ini membantu mengendalikan pertumbuhan tumor tanpa harus melakukan tindakan bedah yang berbahaya.
Radioterapi menjadi pilihan terakhir ketika pengangkatan tumor tidak memungkinkan, dan meskipun tidak mengangkat tumor secara langsung, terapi ini sangat membantu dalam menjaga kondisi pasien.
Pentingnya Kontrol dan Kesadaran Pasien
Dokter Ika mengingatkan pentingnya pasien rutin melakukan kontrol setelah operasi. Pemeriksaan lanjutan diperlukan untuk memantau kondisi pasien dan mencegah kemungkinan tumor muncul kembali.
Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak menunda untuk berkonsultasi dengan dokter apabila mengalami gejala yang sudah disebutkan, seperti perdarahan hidung berulang, gangguan pendengaran, atau perubahan bentuk wajah.
“Untuk sobat sehat semua, segera berobat jika ada keluhan seperti yang tadi telah kita diskusikan. Jangan menunggu sampai keluhannya memberat karena biasanya ukuran tumor akan semakin besar seiring waktu,” tegasnya.
Tindakan Cepat Menyelamatkan Hidup
Tumor jinak di hidung seperti Angiofibroma Nasofaring Belia bisa menjadi ancaman serius jika tidak ditangani dengan tepat dan cepat. Berkat kemajuan teknologi diagnostik dan pengobatan, banyak pasien kini dapat menjalani terapi dengan risiko minimal dan hasil yang optimal.
Peran dokter dan tenaga medis sangat penting dalam memberikan edukasi, deteksi dini, serta penanganan yang tepat agar pasien dapat kembali beraktivitas dengan normal dan terhindar dari komplikasi serius.
Jika Anda atau keluarga mengalami keluhan yang sesuai dengan gejala di atas, jangan ragu untuk segera mencari bantuan medis. Kesadaran dan tindakan cepat merupakan kunci keberhasilan pengobatan tumor jinak ini.