Harga Minyak Dunia Naik, Brent Tembus USD70 Per Barel Lagi

Rabu, 09 Juli 2025 | 11:17:28 WIB
Harga Minyak Dunia Naik, Brent Tembus USD70 Per Barel Lagi

JAKARTA - Harga minyak dunia pada perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB, 9 Juli 2025) kembali mengalami kenaikan signifikan. Minyak mentah Brent, yang menjadi patokan utama pasar global, menembus angka USD70,15 per barel, mencapai level tertinggi dalam dua minggu terakhir. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat juga mengalami peningkatan harga menjadi USD68,33 per barel. Kenaikan harga ini menjadi penutupan tertinggi untuk kedua indeks minyak tersebut sejak 23 Juni 2025 dan menandai hari kedua berturut-turut dengan tren positif.

Penurunan Produksi Minyak AS dan Dampaknya

Salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan harga minyak adalah prospek penurunan produksi minyak Amerika Serikat sepanjang tahun 2025. Administrasi Informasi Energi (EIA) Amerika Serikat merilis data terbaru yang menunjukkan bahwa produksi minyak negara tersebut diperkirakan akan lebih rendah dari yang sebelumnya diantisipasi. Penurunan harga minyak pada periode sebelumnya telah membuat produsen minyak di AS menahan diri dan memperlambat aktivitas pengeboran serta produksi mereka.

Kondisi ini menyebabkan pasokan minyak global menjadi lebih ketat, sehingga memberikan tekanan naik pada harga minyak mentah. Ketika pasokan menyusut sementara permintaan tetap atau meningkat, harga secara alami akan terdorong naik. Faktor ini menjadi salah satu pendorong utama yang membuat harga Brent melewati level psikologis USD70 per barel.

Kebijakan Tarif AS dan Pengaruhnya pada Pasar Energi

Selain faktor produksi, kebijakan perdagangan dari Amerika Serikat turut memberikan dampak pada dinamika pasar energi dan logam. Presiden Donald Trump mengumumkan rencana pemberlakuan tarif sebesar 50 persen untuk impor tembaga, logam yang memiliki peranan penting dalam industri kendaraan listrik, perangkat keras militer, jaringan listrik, dan berbagai barang konsumen lain.

Keputusan ini mengejutkan pasar global dan mendorong harga tembaga melonjak ke rekor tertinggi. Kenaikan harga logam ini berimbas pada biaya produksi dan rantai pasok energi serta komoditas lain yang berkaitan, sehingga turut berkontribusi pada kenaikan harga minyak dan produk energi.

Serangan di Laut Merah dan Implikasinya pada Biaya Energi

Ketegangan geopolitik juga memperburuk situasi pasar minyak. Di Laut Merah, serangan pesawat tanpa awak dan speedboat terhadap kapal pengangkut curah Eternity C yang berbendera Liberia dan dioperasikan oleh perusahaan Yunani menewaskan tiga pelaut. Insiden ini merupakan serangan kedua dalam sehari setelah beberapa bulan relatif tenang di wilayah tersebut.

Ketidakstabilan keamanan di Laut Merah memaksa kapal-kapal pengangkut minyak, gas alam cair, dan produk energi lain melakukan pelayaran dengan rute lebih jauh demi menghindari wilayah konflik. Perubahan rute ini meningkatkan biaya logistik dan operasional kapal, yang kemudian berdampak pada kenaikan harga energi secara global. Risiko pengiriman yang lebih tinggi juga menimbulkan ketidakpastian di pasar, sehingga turut mendukung kenaikan harga minyak.

Faktor Teknikal dan Kenaikan Harga Bensin serta Solar AS

Selain faktor fundamental, kenaikan harga minyak juga didukung oleh mekanisme teknikal di pasar. Para analis mencatat adanya aksi short covering, yaitu pembelian kembali posisi jual oleh para trader, setelah harga Brent menembus level psikologis dan teknis penting di angka USD70 per barel. Aksi ini memberikan momentum tambahan bagi harga minyak untuk bergerak lebih tinggi dalam jangka pendek.

Dalam beberapa minggu terakhir, harga bensin dan solar di Amerika Serikat juga mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini menyebabkan selisih harga solar mencapai level tertinggi sejak Maret 2024. Selain itu, selisih harga 3:2:1  yang mengukur margin keuntungan penyulingan minyak mencapai level tertinggi dalam enam minggu terakhir. Kenaikan margin keuntungan ini memperkuat sentimen positif bagi pasar minyak mentah.

Proyeksi dan Tantangan ke Depan

Kenaikan harga minyak yang terjadi pada awal Juli 2025 membawa tantangan tersendiri bagi berbagai sektor, mulai dari transportasi, logistik, hingga industri manufaktur. Peningkatan biaya energi ini berpotensi mendorong inflasi dan memengaruhi harga barang konsumen secara umum. Pemerintah dan pelaku industri perlu mengantisipasi dampak lanjutan dari fluktuasi harga minyak ini untuk menjaga stabilitas ekonomi.

Sementara itu, risiko ketegangan geopolitik dan kebijakan perdagangan yang dinamis diperkirakan akan terus menjadi faktor utama yang memengaruhi harga minyak di pasar global. Produsen minyak harus menyesuaikan strategi produksi mereka dengan permintaan dan kondisi pasar agar dapat menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan.

Secara keseluruhan, harga minyak dunia pada Rabu, 9 Juli 2025 mengalami kenaikan signifikan yang dipicu oleh beberapa faktor utama: penurunan produksi minyak AS, kebijakan tarif impor tembaga dari AS, ketegangan keamanan di Laut Merah, serta dukungan faktor teknikal dan kenaikan harga bensin dan solar di AS. Kenaikan harga ini mencerminkan dinamika pasar energi global yang sangat sensitif terhadap kondisi geopolitik dan ekonomi.

Para pelaku pasar dan konsumen perlu memantau perkembangan harga minyak secara cermat karena perubahan harga minyak mentah berdampak luas, tidak hanya pada sektor energi, tetapi juga pada keseluruhan ekonomi dunia. Adaptasi dan strategi pengelolaan risiko menjadi kunci dalam menghadapi volatilitas harga minyak di masa depan.

Terkini

Danantara Jadi Pilar Strategis Kemandirian Fiskal Indonesia

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:22 WIB

Hutama Karya Rayakan Harhubnas Dengan Jembatan Ikonik

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:21 WIB

Jasa Marga Tingkatkan Layanan Tol Cipularang Padaleunyi

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:19 WIB

Waskita Karya Garap Proyek Budidaya Ikan Nila

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:17 WIB