Perjalanan Karier Tarzan dari Ludruk Hingga Srimulat Mendunia

Rabu, 09 Juli 2025 | 13:20:41 WIB
Perjalanan Karier Tarzan dari Ludruk Hingga Srimulat Mendunia

JAKARTA - Perjalanan Tarzan, pelawak legendaris Indonesia, bisa dikatakan tidak biasa. Sosok yang lahir dengan nama Toto Muriadi ini membuktikan bahwa jalan menuju sukses tak harus lurus. Berawal dari ketertarikan pada seni pertunjukan sejak kecil, Tarzan kemudian menapaki kariernya hingga dikenal sebagai bagian dari grup lawak Srimulat yang mendunia.

Tak hanya dikenal lewat guyonan, Tarzan juga dikenal sebagai seniman yang penuh kedisiplinan dan dedikasi. Perjalanan panjangnya dari desa hingga pentas mancanegara menjadi bukti bahwa seni bisa menjadi jalan hidup yang bermakna dan bermartabat, meski awalnya ditentang keluarga sendiri.

Cinta Ludruk Sejak Kecil dan Penolakan Ayah

Ketertarikan Tarzan pada dunia ludruk dimulai sejak ia duduk di kelas 6 SD. Ia kerap menyaksikan sang kakak tampil di atas panggung, dan dari sanalah benih cinta terhadap seni pertunjukan tumbuh. “Kakak saya pemain ludruk. Saya sering nonton. Ya itu lah sampai saya enggak sekolah. Saya senang saya melakukan peranan-peranan itu,” kenang Tarzan.

Namun, langkahnya di dunia seni tak langsung mendapat restu. Ayahnya, seorang kepala desa, berharap Tarzan fokus sekolah dan meniti karier lebih formal. Pilihannya untuk manggung membuat sang ayah murka hingga mengusirnya dari rumah. “Saya itu anaknya orang kaya ya dulu. Enggak boleh saya (ludruk). Saya sempat diusir bapak saya. Saya keliling sampai enggak sekolah,” ujarnya.

Meski keras, sang ayah akhirnya luluh. Ia menerima pilihan anaknya, namun tetap berpesan agar Tarzan memanfaatkan kemampuannya sebaik mungkin. “Bapak saya bilang, ‘Saya punya duit kepingin nyekolahkan kamu supaya kamu pintar. Tapi kalau kamu itu duniamu, ya silakan. Yang penting manfaatkan yang kamu bisa. Doaku berubah semoga nasibmu baik,’” ujar Tarzan menirukan pesan sang ayah.

Nama "Tarzan" Lahir dari Panggung Lokaria

Setelah 15 tahun berkecimpung di ludruk, Tarzan bergabung dengan grup sandiwara Lokaria. Di sinilah nama panggung “Tarzan” tercipta. Dalam satu pementasan berjudul Tarzan dan Gadis Sandra pada 5 Maret, ia didaulat memerankan tokoh utama. Sejak saat itu, nama Tarzan melekat sebagai identitas panggungnya.

“Dari Lokaria Pak Aman Gunawan yang punya itu sejarah bagi saya. Saya pertama masih dipanggil Mas Toto, kadang-kadang Pak Muryadi. Terus ada judul (penampilan) Tarzan dan Gadis Sandra. Namaku Tarzan,” kenangnya.

Nama ini kemudian dipermanenkan karena dianggap lebih mudah diingat penonton. Ia juga mengutip pendapat pelawak Yogyakarta, Guno Susanto, bahwa nama pelawak harus singkat, kuat, dan mudah diingat layaknya lagu anak-anak. “Nama pelawak itu harus cepat diingat seperti lagu. Anak kecil-kecil itu ingatnya itu mesti meledak. Tapi kalau nama terlalu panjang enggak bisa,” katanya.

Bergabung dengan Srimulat dan Tampil di Televisi

Langkah Tarzan makin kokoh ketika ia bergabung dengan grup lawak Srimulat pada Mei. Ia terpikat dengan fasilitas dan sistem kerja yang ditawarkan. “Srimulat grup sandiwara yang tempat di Surabaya dan di situ dapat perumahan. Ada kamar, ruang tamu, dapur, ramai-ramai,” ujarnya.

Pada awalnya, Srimulat hanya tampil secara lokal di Surabaya, namun perlahan grup ini menjadi andalan pertunjukan untuk tamu negara dan pejabat provinsi. “Kalau ada tamu negara, tamu Provinsi Jawa Timur diwajibkan nonton Srimulat. Lalu kami sering main di Taman Ismail Marzuki, seminggu di sana, lalu balik lagi,” ucap Tarzan.

Berkat Srimulat pula, Tarzan bisa tampil di panggung-panggung internasional. “Saya bisa keliling Eropa, Australia, ke mana aja. Ya berkat Srimulat,” tambahnya bangga.

Lebih dari Sekadar Melawak

Tarzan mengakui bahwa dirinya bukan tipe pelawak yang langsung membuat penonton tertawa melalui spontanitas. Ia lebih sering menjadi pengumpan peran yang justru krusial dalam menjaga irama pertunjukan.

“Saya itu enggak bisa lucu-lucu sebenarnya, saya pengumpan saja. Karena ceritanya komedi itu, bukan orangnya yang dilucu-lucuin,” katanya.

Pengalaman di Srimulat membuatnya belajar banyak, tidak hanya soal akting, tapi juga bagaimana sebuah pertunjukan disusun secara profesional. “Saya ikut dengar aja kalau mereka latihan atau bikin cerita. Itu ada ilmu bagi saya,” ujarnya.

Namun kariernya sempat diuji saat tampil dalam acara militer namun tidak berhasil membuat para prajurit tertawa. Dari pengalaman itu, Tarzan belajar pentingnya memahami audiens. Ia bahkan mempelajari Undang-Undang TNI agar bisa lebih relevan dalam membawakan materi lawakan.

“(Pengundang bilang) ‘kalau ngibur tentara itu harus komunikatif’. Itu pukulan bagi saya,” ungkapnya.

Tampil di Medan Konflik dan Luar Negeri

Usai memperbaiki pendekatannya, Tarzan kembali tampil di berbagai acara militer. Bahkan, ia beberapa kali diundang ke daerah konflik seperti Timor Timur hingga pangkalan TNI di berbagai penjuru tanah air. “Tahun 80 saya ke Timor Timur dalam keadaan perang. Tahun 87 ke Timor Timur lagi, sudah aman. Saya bersama pelawak-pelawak yang tampil,” kenangnya.

Ia juga pernah menghibur pasukan perdamaian Indonesia di Lebanon, di pesisir Laut Mediterania. Karena sering tampil untuk militer, Tarzan bahkan sempat dikira anggota TNI. “Saya udah ke mana-mana, ke Papua, pusat-pusat latihan tempur, hafal. Makanya banyak yang mengira saya itu tentara,” ujar Tarzan sambil tertawa.

Terkini

Kabar Baik Harga BBM Pertamina September 2025 Stabil

Jumat, 12 September 2025 | 17:40:18 WIB

Promo Diskon Tambah Daya Listrik PLN Bikin Pelanggan Senang

Jumat, 12 September 2025 | 17:40:15 WIB

5 Pilihan Rumah Murah Nyaman di Tasikmalaya 2025

Jumat, 12 September 2025 | 17:39:11 WIB

Jadwal Lengkap KM Sirimau Pelni September Oktober 2025

Jumat, 12 September 2025 | 17:39:07 WIB