JAKARTA - Menjadikan Labuan Cermin sebagai destinasi wisata kelas dunia bukan sekadar ambisi sloganik. Ini tentang menyatukan keindahan alam yang luar biasa dengan kesiapan fasilitas memadai transportasi, akomodasi, kemudahan akses, promosi, dan community engagement. Saat Gubernur Kaltim Heru “Harum” Mas’ud menegaskan Labuan Cermin layak disebut destinasi “world class”, ia melontarkan pesan penting: keunikan alam perlu didukung aksi nyata agar potensi ini benar-benar dirasakan masyarakat dan pelancong lokal maupun global.
Keajaiban Alam Labuan Cermin
Terletak di kawasan Biduk‑Biduk, Berau, Danau Labuan Cermin menawarkan fenomena langka: air permukaannya tawar dan bening, sementara di bagian dalamnya terdapat air asin. Dua lapis air ini menciptakan pantulan langit dan pepohonan seolah kaca alami raksasa. Uniknya kejernihan itu memungkinkan pengunjung melihat dasar danau dari permukaan, menjadikan pengalaman snorkeling atau menyelam lebih magis dibanding lokasi lain. Bupati Berau Sri Juniarsih Mas menggambarkan: “Keindahan Labuan Cermin ini sungguh luar biasa, sangat unik … airnya jernih seolah dua lapis, tawar di atas dan asin di bawah.”
Komitmen Pemerintah Daerah: Infrastruktur, Transportasi, Akomodasi
Melihat potensi besar tersebut, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Pemkab Berau telah mengintegrasikan pengembangan wisata ini ke dalam RPJMD. Gubernur Harum menyoroti pentingnya peningkatan infrastruktur:
Transportasi: jalan akses yang lancar dari kawasan kota ke Labuan Cermin menjadi kunci kenyamanan wisatawan.
Akomodasi: dibutuhkan homestay, vila, dan restoran dengan kualitas kelas dunia agar pengunjung merasa betah dan kembali.
Fasilitas umum: fasilitas toilet, tempat ibadah, serta kebersihan lingkungan wajib dijaga untuk standar pelayanan global.
“Kita harus pastikan keindahan alam ini tetap terjaga. Namun di sisi lain, infrastruktur seperti akses jalan, penginapan, dan fasilitas kebersihan juga harus terus ditingkatkan agar wisatawan merasa nyaman,” tegas Harum.
Preserve dan Proteksi: Alam Terlindungi, Wisata Tetap Hidup
Menjaga alam agar tetap utuh adalah aspek vital dalam pengembangan pariwisata bertanggung jawab. Pemprov merencanakan pendekatan berkelanjutan:
Koordinasi pelestarian ekologi air dan area sekitarnya.
Penerapan pengelolaan limbah dan pengawasan kualitas air secara rutin.
Edukasi wisatawan dan warga setempat untuk menjaga lingkungan.
Tujuannya adalah memastikan ekosistem Labuan Cermin tidak tergerus aktivitas pariwisata, serta tetap mendukung keaslian visual “dua lapis” air yang menjadi daya tarik utamanya.
Pembangunan Penahan Abrasi di Biduk‑Biduk: Investasi Jangka Panjang
Di Pantai Biduk‑Biduk, Gubernur Harum meninjau proyek breakwater sepanjang 12 km untuk melindungi kawasan pesisir dari abrasi. Dipadukan dengan penanaman mangrove, proyek ini memiliki tiga fokus utama:
Perlindungan Infrastruktur
Mencegah kerusakan lahan akibat gelombang tinggi dengan pembendungan ombak dan vegetasi penahan.
Pelestarian Ekosistem
Mangrove sebagai habitat alami berbagai biota laut, meningkatkan keanekaragaman dan potensi budidaya perikanan.
Sumber Kehidupan Lokal
Infrastruktur terjaga akan berdampak positif pada mata pencaharian masyarakat pesisir.
Pengembangan ini direncanakan sejak 2021 hingga 2025, dengan wilayah kritis sepanjang 5 km telah ditangani, dan lagi 2,7 km masih dalam proses. Tahun ini telah dibuka dana Rp4 miliar untuk pengamanan sepanjang 165 meter.
Peran Promosi dan Peningkatan SDM Lokal
Destinasi kelas dunia tidak hanya soal fasilitas fisik, tetapi juga pelaku pariwisata yang siap menyambut pengunjung. Gubernur Harum mendorong dua hal:
Promosi intensif: melalui event nasional, media digital, kolaborasi influencer, dan kampanye multibahasa guna menjangkau wisatawan domestik dan internasional.
Pemberdayaan SDM lokal: pelatihan pemandu wisata, pengelola homestay, serta literasi digital untuk UMKM dan stakeholder desa wisata.
Tujuan utamanya adalah agar manfaat ekonomi menyentuh warga lokal, sehingga pengembangan tidak hanya menjadi proyek pemerintah tetapi juga peluang sosial-ekonomi masyarakat.
Sinergi Stakeholder: Kunci Kesuksesan
Pengembangan Labuan Cermin menjadikan sejumlah pihak berperan:
Pemerintah Provinsi & Kabupaten: komitmen kebijakan dan anggaran.
PUPR dan Dinas Pariwisata: pengadaan infrastruktur dasar.
Pemerintah pusat dan DPR: dukungan regulasi dan promosi nasional.
Swasta: investasi homestay, restoran, operator wisata.
Masyarakat lokal: pelaku jasa dan pengelola destinasi.
Kolaborasi yang terstruktur penting agar pengembangan tidak sekadar proyek insidental, tetapi memberikan dampak berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakat.
Menatap Masa Depan: Kesiapan Menuju Wisata Kelas Dunia
Jika rencana ini terealisasi, Labuan Cermin dan kawasan pesisir Biduk‑Biduk berpotensi bersaing dengan destinasi global lain. Potensi:
Wisata alam premium: snorkeling, diving, foto landscape eksklusif.
Ekowisata edukatif: pengamatan ekosistem mangrove dan biota laut.
Agrowisata dan komunitas: pemberdayaan ekonomi lokal berbasis hasil laut.
Keberhasilan akan mencerminkan wawasan pariwisata modern: menggabungkan keindahan alam, kesejahteraan lokal, dan pengelolaan berkelanjutan.
Labuan Cermin merupakan magnet wisata alam Indonesia, dengan pesona langka dua lapis air dan panorama yang memukau. Namun predikat “kelas dunia” hanya akan tercapai jika didukung akomodasi berkualitas, jaringan transportasi, fasilitas kebersihan dan kesehatan, serta promosi profesional. Di sisi pesisir Biduk‑Biduk, penanganan abrasi dan revitalisasi ekosistem mangrove menunjukkan bahwa pelestarian lingkungan dapat menjadi pondasi ekonomi lokal. Kini adalah momentum untuk memadukan keindahan alam dengan kesiapan infrastruktur, demi masa depan pariwisata berkelanjutan yang membawa manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.