GLOBAL

Indonesia Perkuat Kepemimpinan Global Lewat Aksi Nyata SDGs 2030

Indonesia Perkuat Kepemimpinan Global Lewat Aksi Nyata SDGs 2030
Indonesia Perkuat Kepemimpinan Global Lewat Aksi Nyata SDGs 2030

JAKARTA - Ketika banyak negara masih menavigasi jalan menuju masa depan berkelanjutan, Indonesia hadir membawa narasi yang berbeda narasi tentang komitmen, tindakan, dan kepemimpinan di panggung global. Di tengah berbagai tantangan dunia, Indonesia berdiri tegak, menunjukkan bahwa pembangunan berkelanjutan bukan sekadar cita-cita, tetapi tanggung jawab kolektif yang harus segera diwujudkan.

Tahun 2030 menjadi tonggak penting dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Dalam lima tahun ke depan, Indonesia memiliki peluang emas untuk menunjukkan bahwa pembangunan dapat berjalan seiring dengan keberlanjutan dan keadilan sosial. Tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi dunia yang lebih luas.

Forum Tingkat Tinggi Politik tentang Pembangunan Berkelanjutan (High Level Political Forum/HLPF) yang berlangsung di New York menjadi arena penting bagi Indonesia. Di forum bergengsi ini, Indonesia menyampaikan Voluntary National Review (VNR) keempat terkait implementasi SDGs. Bersama tiga negara lainnya, Indonesia menjadi salah satu pelapor utama, menegaskan posisi strategisnya dalam peta global pembangunan berkelanjutan.

Lebih dari sekadar laporan tahunan, VNR 2025 adalah bentuk konkret komitmen Indonesia. Melalui VNR ini, dunia dapat melihat bagaimana upaya sistematis dan kolaboratif telah dijalankan demi masa depan yang lebih hijau, inklusif, dan tangguh. VNR ini menyajikan bukan hanya data, tapi juga narasi yang memperlihatkan visi bangsa dalam merespons tantangan dan peluang keberlanjutan.

Dengan jumlah penduduk besar dan kekayaan hayati luar biasa, Indonesia menjadi contoh unik bagaimana negara berkembang dapat memainkan peran signifikan dalam transformasi global. 61,4 persen indikator SDGs nasional telah menunjukkan kemajuan, menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan capaian yang patut diperhitungkan.

Di balik angka tersebut, terdapat prinsip fundamental yang terus dipegang: “No One Left Behind.” Prinsip ini menjadi fondasi dalam penyusunan VNR 2025, yang melibatkan partisipasi luas dari pemerintah pusat, daerah, sektor swasta, hingga masyarakat sipil.

Pendekatan kolaboratif ini diperkuat dengan berbagai inisiatif seperti pembentukan SDG Center di 61 perguruan tinggi, integrasi Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), serta audit SDGs oleh BPK. Seluruh langkah tersebut diambil untuk menjamin kebijakan yang lebih tepat sasaran dan berbasis bukti.

Upaya integratif Indonesia juga tampak dalam RPJMN 2025–2029 yang memuat visi Astacita. Di dalamnya, SDGs bukan sekadar tujuan sampingan, tetapi menjadi kerangka utama pembangunan nasional. Astacita 2, misalnya, mendorong kemandirian pangan, energi, dan air (SDG 2, 6, 7), serta transisi hijau yang inklusif (SDG 8, 12, 13).

Komitmen keberlanjutan ini juga dibarengi pemanfaatan kekuatan lokal dan teknologi. Contohnya adalah pemanfaatan data citra satelit untuk mengidentifikasi permukiman kumuh, memantau pertanian, dan mengkaji risiko kesehatan. Wilayah timur Indonesia pun dioptimalkan untuk energi terbarukan seperti surya dan angin, mendorong kemandirian sekaligus mengurangi emisi karbon.

Lebih lanjut, inovasi dalam sistem pangan lokal menjadi prioritas untuk mengatasi tantangan gizi dan keterjangkauan bahan makanan. Sementara itu, potensi besar ekonomi biru Indonesia terus dikembangkan. Praktik seperti budidaya rumput laut penyerap karbon, penangkapan ikan berkelanjutan, dan konservasi mangrove menjadikan laut Indonesia sebagai garda terdepan mitigasi perubahan iklim.

VNR 2025 juga berfungsi sebagai panggung global untuk menunjukkan praktik-praktik terbaik lokal. Kisah desa yang mengubah sampah plastik menjadi energi, petani yang mengadopsi pertanian regeneratif, hingga program pemberdayaan perempuan yang memutus rantai kemiskinan semuanya menjadi bukti bahwa pembangunan berkelanjutan hidup dan tumbuh dari akar rumput.

VNR kali ini juga menjadi instrumen diplomasi penting. Indonesia menggunakannya untuk memperkuat kemitraan internasional dan menegaskan posisinya sebagai mitra yang dapat diandalkan dalam kerja sama pembangunan. Tidak hanya memikirkan kepentingan sendiri, Indonesia juga berupaya membantu negara berkembang lain dalam mencapai SDGs. Ini ditunjukkan melalui inovasi pembiayaan seperti blended finance dan obligasi SDGs.

Meski berbagai pencapaian telah diraih, Indonesia tetap sadar bahwa masih ada tantangan besar di depan. Kesenjangan sosial masih menjadi persoalan utama. Di sisi lain, krisis pangan global akibat perubahan iklim dan gangguan rantai pasok menuntut langkah lebih konkret untuk memastikan ketahanan pangan, energi, dan air.

Inilah saatnya mendorong “last push” menuju Agenda 2030. Lima tahun ke depan adalah masa kritis: akan jadi masa pembuktian, apakah kita akan mewariskan masa depan yang berkelanjutan atau beban yang lebih berat bagi generasi selanjutnya.

Dalam perjalanan ini, keterlibatan generasi muda menjadi sangat penting. Mereka membawa energi, kreativitas, dan komitmen tinggi dalam menciptakan solusi baru. Ruang partisipasi yang terbuka lebar akan memungkinkan SDGs menyentuh lapisan masyarakat paling bawah dan memberi dampak riil.

Indonesia membuktikan bahwa pembangunan berkelanjutan bukan slogan kosong. VNR 2025, yang disampaikan pada forum dunia di New York, menjadi bukti dari komitmen nyata bangsa untuk masa depan bersama. Dengan semangat kolaboratif dan arah yang jelas, Indonesia melangkah mantap mewujudkan “The Future That We Want.”

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index