JAKARTA - Suasana pasar saham Asia-Pasifik pada awal pekan ini menunjukkan optimisme yang kuat dari para investor, meski sejumlah tantangan global masih menjadi bayang-bayang. Di tengah dinamika politik di Jepang dan ancaman kebijakan tarif perdagangan yang kembali mencuat, para pelaku pasar memilih fokus pada kekuatan fundamental dan proyeksi kinerja korporasi, baik di kawasan maupun di Wall Street.
Kondisi ini terlihat dari pergerakan sejumlah indeks saham utama di kawasan Asia pada perdagangan Selasa, 22 Juli 2025. Jepang menjadi salah satu yang mencuri perhatian setelah pasar kembali pulih, menyusul akhir pekan yang cukup mengguncang akibat gejolak politik domestik. Koalisi partai penguasa di negara tersebut memang kehilangan suara mayoritas di majelis tinggi, namun perkembangan tersebut tidak sepenuhnya menggoyahkan keyakinan investor.
Kepercayaan investor tetap tinggi, bahkan cenderung meningkat, seiring dengan kabar positif dari bursa Amerika Serikat yang mencatatkan rekor baru. Dua dari tiga indeks utama di Wall Street berhasil menembus level tertinggi sepanjang masa pada perdagangan sebelumnya, yang turut menjadi katalis positif bagi pasar global, termasuk Asia.
Indeks Nikkei 225 Jepang tercatat naik signifikan sebesar 1,12% dan menyentuh posisi 40.254,18 pada pukul 09.17 waktu setempat. Sementara itu, indeks Topix yang merupakan acuan pasar yang lebih luas, juga menguat 0,96% dan mencapai level 2.861,63. Angka ini mencerminkan pemulihan kepercayaan pasar pasca-gejolak politik, dan juga menjadi indikasi bahwa pelaku pasar lebih fokus pada prospek ekonomi dan kinerja perusahaan ke depan.
Tak hanya Jepang, sentimen positif juga menjalar ke pasar Korea Selatan. Meski lebih moderat, indeks Kospi naik tipis 0,1%, sementara indeks Kosdaq, yang berisi saham-saham berkapitalisasi kecil, mencatat penguatan lebih besar sebesar 0,7%. Hal ini menunjukkan bahwa investor di Korea Selatan mulai mengambil posisi hati-hati namun optimistis terhadap pergerakan jangka pendek pasar modal.
Meski demikian, tantangan tetap membayangi, terutama dari sisi kebijakan perdagangan. Pemerintah Korea Selatan saat ini sedang bersiap untuk menghadapi perundingan dagang penting dengan Amerika Serikat, yang dijadwalkan berlangsung pada Jumat mendatang. Dalam pertemuan tersebut, Menteri Keuangan Koo Yun-cheol dan Menteri Perdagangan Yeo Han-koo akan bertemu dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent serta Perwakilan Dagang Jamieson Greer.
Agenda utama dari pertemuan ini adalah pembahasan tarif perdagangan baru yang akan dikenakan kepada Korea Selatan, di mana negara tersebut dijadwalkan akan mulai menghadapi tarif sebesar 25% per 1 Agustus. Kebijakan ini tentu menjadi perhatian khusus, mengingat potensi dampaknya terhadap ekspor dan daya saing produk Korea Selatan di pasar internasional.
Namun, hingga saat ini, para investor tampak belum bereaksi negatif secara signifikan. Sebaliknya, banyak yang menilai bahwa kekuatan kinerja perusahaan dan daya tahan pasar terhadap berbagai risiko eksternal masih menjadi faktor utama dalam menentukan arah pergerakan indeks. Ini terlihat dari penilaian ulang investor terhadap ketahanan laba korporasi di Wall Street, yang memberikan efek domino terhadap pasar di Asia.
Australia juga tak ketinggalan dalam tren positif ini. Indeks S&P/ASX 200 naik sebesar 0,54%, memperkuat sinyal bahwa pasar regional sedang bergerak secara kolektif ke arah yang lebih optimistis. Meski masih ada ancaman dari sisi makroekonomi global, para pelaku pasar memilih untuk mencermati laporan keuangan dan data ekonomi dengan lebih cermat, alih-alih terjebak dalam ketidakpastian geopolitik semata.
Optimisme ini bisa jadi merupakan cerminan dari kemampuan pasar untuk menyaring berita-berita besar dan hanya merespons faktor-faktor yang benar-benar berdampak langsung terhadap prospek keuntungan jangka pendek dan menengah. Di saat dunia tengah menanti perkembangan dari perundingan dagang antara Korea Selatan dan Amerika Serikat, serta menantikan langkah-langkah kebijakan lanjutan dari pemerintah Jepang pasca-pergeseran politik, pasar tetap berjalan dengan tenang dan penuh perhitungan.
Kinerja indeks-indeks utama yang membaik juga menunjukkan bahwa investor tetap rasional dalam merespons ketidakpastian. Daripada bersikap reaktif terhadap isu politik dan tarif, fokus lebih diarahkan kepada performa perusahaan dan peluang investasi yang muncul di tengah transisi kebijakan maupun ekonomi global.
Sementara pembicaraan dagang masih berlangsung di balik layar, pelaku pasar telah menyesuaikan posisi mereka, dengan strategi yang lebih defensif namun tidak sepenuhnya menjauhi aset-aset berisiko. Kinerja korporasi dan stabilitas makro di kawasan Asia menjadi dua faktor kunci yang terus dipantau.
Dengan dua indeks utama Wall Street berhasil menembus rekor tertinggi dalam semalam, investor di Asia mendapatkan tambahan keyakinan bahwa ketahanan ekonomi global masih berada dalam jalur positif. Ini menjadi dukungan tambahan di tengah kabut ketidakpastian geopolitik yang belum juga sepenuhnya tersingkap.
Kesimpulannya, pasar Asia-Pasifik menunjukkan daya tahan dan kepercayaan diri yang cukup tinggi di tengah dinamika politik dan ekonomi yang kompleks. Baik dari Jepang yang tengah mengelola realitas politik baru, Korea Selatan yang bersiap menghadapi tarif tambahan dari AS, hingga Australia yang tetap solid, seluruh kawasan menunjukkan bahwa pasar dapat tetap berjalan stabil jika didukung oleh keyakinan terhadap prospek ekonomi jangka menengah yang positif.