JAKARTA - Ketika musim panas menyapa Jepang, banyak kota menggelar festival untuk merayakan budaya lokal. Namun, ada satu festival yang menonjol karena keunikannya. Di Kota Furano, Pulau Hokkaido, Jepang, setiap tanggal 28 dan 29 Juli, diselenggarakan sebuah acara yang memadukan seni, tradisi, dan humor dalam satu panggung jalanan. Namanya adalah Hokkai Heso Matsuri, atau dikenal sebagai Festival Pusar.
Tidak seperti festival biasa yang menonjolkan tarian atau kostum khas, dalam festival ini, para peserta justru menampilkan wajah-wajah lucu di perut mereka. Perut dijadikan media kanvas, digambar mata, hidung, dan mulut, lalu ditutup sebagian dengan kostum longgar agar bagian atas tubuh terlihat seperti kepala kecil. Sebuah topi besar melengkapi penampilan, sehingga menghasilkan tampilan seolah manusia mini sedang menari.
Sejarah dan Gagasan Awal Festival
Festival pusar yang kini mendunia ini pertama kali digelar pada tahun 1969. Tiga tokoh masyarakat lokal yang menjadi penggagasnya adalah Shuho Kurigami, Tohachi Morita, dan Eijiro Yoko. Saat itu, semangat untuk menyatukan warga Furano yang tersebar di berbagai tempat menjadi latar belakang utamanya.
Furano secara geografis terletak di tengah Pulau Hokkaido, sehingga disebut sebagai "pusar" Hokkaido. Dari ide inilah lahir gagasan menciptakan festival yang secara simbolis menjadikan pusar sebagai pusat perhatian. Festival ini pun dinamai Hokkai Heso Matsuri Heso berarti pusar dalam bahasa Jepang.
Awalnya, festival ini diikuti oleh sebelas orang saja. Namun antusiasme dan daya tariknya berkembang pesat dari tahun ke tahun hingga menjadikannya salah satu festival paling terkenal di wilayah Hokkaido.
Wajah-Wajah di Perut dan Tarian Penuh Tawa
Selama dua hari pelaksanaan, pusat Kota Furano berubah total. Jalan-jalan dipenuhi oleh peserta yang mengenakan pakaian khusus dan menggambar wajah di perut mereka. Semua peserta menari mengikuti irama lagu Hokkai Heso Ondo, lagu tradisional yang menggugah semangat kebersamaan dan tawa.
Penampilan mereka tidak hanya mengundang gelak tawa, tetapi juga menghadirkan kesan mendalam mengenai bagaimana humor bisa menjadi jembatan antarbudaya. Dengan wajah-wajah unik di perut dan gerakan tarian penuh semangat, peserta membuktikan bahwa festival bukan hanya soal hiburan, tapi juga ekspresi budaya.
Suasana Inklusif, Siapa Saja Bisa Menari
Salah satu kekuatan dari Hokkai Heso Matsuri adalah inklusivitasnya. Tidak ada batasan usia atau latar belakang. Semua orang boleh berpartisipasi, dari anak-anak, orang tua, warga lokal, pelajar, tim profesional, hingga wisatawan mancanegara. Semua menjadi bagian dari perayaan yang penuh kegembiraan ini.
Banyak wisatawan bahkan datang hanya untuk menyaksikan langsung festival ini, dan tidak sedikit dari mereka yang tergoda untuk ikut serta menari di tengah jalan. Hal ini membuat Furano terasa hidup dan menjadi pusat pertemuan lintas budaya yang penuh kehangatan.
Tawa Sebagai Bentuk Solidaritas Sosial
Meski tampak lucu dan konyol, festival ini menyimpan makna sosial yang kuat. Keberanian untuk menampilkan perut sebagai wajah menggambarkan penerimaan terhadap diri sendiri. Ini menjadi simbol keberanian untuk tampil apa adanya di depan publik.
Tarian dan tawa yang mengiringi setiap gerakan peserta mencerminkan nilai-nilai solidaritas dan kebersamaan. Di tengah dunia yang terus berubah dan penuh tekanan, Hokkai Heso Matsuri mengajak semua orang untuk kembali tertawa bersama dan merayakan hal-hal sederhana dalam hidup.
Pariwisata yang Terus Berkembang
Kini, setelah lebih dari 50 tahun sejak pertama kali digelar, Festival Pusar telah menjadi agenda tahunan yang dinanti-nantikan. Pemerintah Kota Furano bersama berbagai pihak terus mengembangkan festival ini agar tetap menarik dan relevan bagi semua kalangan.
Pada tahun 2024, tercatat sekitar 30.000 orang datang ke Furano untuk menyaksikan dan ikut serta dalam festival ini. Angka ini membuktikan bahwa daya tarik Hokkai Heso Matsuri bukan hanya lokal, tetapi juga internasional.
Melalui platform promosi seperti Visit Hokkaido, festival ini diperkenalkan ke dunia sebagai bagian dari warisan budaya yang unik. Pemerintah setempat juga terus menambahkan atraksi dan memperluas jangkauan promosi untuk memperkuat posisi festival sebagai simbol kebudayaan Hokkaido.
Wajah Baru Budaya Populer Jepang
Dalam era modern, di mana budaya populer Jepang identik dengan anime, cosplay, dan teknologi, Festival Pusar menawarkan sesuatu yang berbeda. Ia mengajak orang untuk melihat sisi lain dari budaya Jepang yang lucu, sederhana, dan sangat manusiawi.
Melalui festival ini, masyarakat Jepang menunjukkan bahwa mereka bisa menertawakan diri sendiri, merayakan keunikan, dan tetap menjaga semangat kolektif. Hal ini menjadikan Hokkai Heso Matsuri tidak hanya sekadar festival, tetapi juga simbol karakter masyarakat Jepang yang terbuka, hangat, dan penuh tawa.
Festival yang Menghubungkan Semua Kalangan
Hokkai Heso Matsuri telah membuktikan bahwa budaya tak harus megah untuk bisa dikenang. Cukup dengan perut yang digambar dan irama yang ceria, kota kecil seperti Furano bisa menjadi sorotan dunia.
Festival ini bukan hanya sekadar tontonan lucu, tetapi juga ajang refleksi sosial, pelestarian tradisi, dan penguatan identitas komunitas. Setiap tahunnya, wajah-wajah yang tergambar di perut menari bersama menyatukan tawa, semangat, dan harapan dari semua penjuru dunia.