PENERBANGAN

Bandara Dhoho Siap Dukung Penerbangan Umrah Langsung

Bandara Dhoho Siap Dukung Penerbangan Umrah Langsung
Bandara Dhoho Siap Dukung Penerbangan Umrah Langsung

JAKARTA - Rencana pengembangan konektivitas udara dari Jawa Timur menuju Tanah Suci kini semakin nyata. Bandara Dhoho Kediri bersiap menjadi salah satu titik awal penerbangan umrah. Dengan posisi strategis dan infrastruktur mumpuni, bandara ini diproyeksikan menjadi alternatif kuat keberangkatan internasional, khususnya umrah, dari kawasan Jawa Timur.

Bandara Dhoho, atau juga dikenal sebagai Bandara Internasional Dhoho, terletak di Kediri, Jawa Timur. Menariknya, bandara ini merupakan yang pertama di Indonesia yang seluruh pembiayaannya berasal dari sektor swasta. Pemiliknya adalah PT Surya Dhoho Investama, anak perusahaan dari PT Gudang Garam Tbk.

Bandara ini telah mulai beroperasi sejak Jumat, 5 April 2024, dengan Citilink menjadi maskapai pertama yang melakukan pendaratan komersial di sana. Dalam pelaksanaannya, sejak 29 Maret 2023, pengelolaan bandara dilakukan oleh Angkasa Pura Indonesia, melalui kerja sama operasional dengan PT Surya Dhoho Investama.

Langkah konkret untuk menjadikan Bandara Dhoho sebagai lokasi keberangkatan jamaah umrah mendapat dukungan dari pemerintah provinsi. Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak.

Pada tanggal 30 Juli 2025, Emil melakukan audiensi dengan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI, Lukman F Laisa, di Kantor Kemenhub Jakarta. Pertemuan itu difokuskan untuk membahas optimalisasi Bandara Dhoho guna mendukung penerbangan umrah dari Jawa Timur.

Menurut Emil, komunikasi telah dibangun oleh Gubernur Jawa Timur dengan beberapa agen perjalanan umrah besar yang selama ini telah mengoperasikan kurang lebih enam penerbangan umrah per minggu dari wilayah Jawa Timur. Dalam tahap awal rencana pengembangan ini, akan dilakukan uji coba penerbangan umrah dari Bandara Dhoho sebanyak tiga hingga empat kali per bulan.

"Langkah ini tidak hanya untuk mendekatkan akses ibadah bagi masyarakat Jawa Timur, tetapi juga untuk memastikan kesiapan infrastruktur, pelayanan, dan rute penerbangan di Bandara Dhoho," terang Emil.

Ia juga menyampaikan, penilaian terhadap kapasitas bandara menjadi salah satu faktor penting. "Pak Dirjen ini memang sudah berpengalaman betul di lapangan untuk menilai kapasitas bandara. Di (bandara, Red) Juanda, kita memiliki tantangan-tantangan sehingga memerlukan perbaikan yang sangat signifikan dalam waktu dekat," imbuh Emil.

Selain Dhoho, penguatan layanan udara di Jawa Timur juga akan menyentuh bandara lain. Emil menambahkan bahwa optimalisasi layanan penerbangan kemungkinan akan dilakukan secara bersamaan dengan Bandara Abdul Rachman Saleh di Malang, Bandara Blimbingsari di Banyuwangi, serta Bandara Trunojoyo di Sumenep. Hal ini dilakukan untuk menyokong pengalihan penerbangan sementara selama proses perbaikan Bandara Juanda berlangsung.

Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub RI, Lukman F Laisa, turut memberikan respons positif terhadap inisiatif Pemprov Jawa Timur. Menurutnya, pemerintah pusat siap memberikan dukungan penuh atas langkah optimalisasi Bandara Dhoho, terutama karena bandara tersebut masuk dalam fokus perhatian Presiden RI Prabowo Subianto.

Lukman menjelaskan bahwa Bandara Dhoho dibangun dengan spesifikasi yang memungkinkan pendaratan pesawat besar, seperti Boeing 777-300ER dan Airbus A380. Bandara ini dianggap memiliki kualitas spesifikasi tinggi dan bahkan disebut sebagai yang paling indah di antara bandara-bandara baru lainnya, seperti Kulonprogo dan Kertajati.

"Mudah-mudahan dengan pertemuan kami hari ini bisa lebih cepat digunakan sebagai bandara internasional," ujarnya penuh harap.

Sementara itu, Lukman turut menjelaskan soal kapasitas Bandara Juanda. Saat ini, Juanda memiliki kapasitas 21 juta penumpang, dengan angka realisasi per tahun sekitar 14 juta. Awalnya, pengembangan Bandara Juanda diharapkan mampu meningkatkan kapasitas hingga di atas 50 juta penumpang.

Namun setelah evaluasi lebih lanjut, ternyata pengembangan maksimum Bandara Juanda hanya bisa mencapai kapasitas 27 juta penumpang saja. Karena itulah, menurut Lukman, dibutuhkan pembangunan dan penguatan bandara baru di wilayah sekitar.

"Dengan kapasitas yang akan terus bertambah, secara otomatis, entah kapan, kita memang harus menyiapkan bandara baru untuk mendukung kapasitas nasional," jelas Lukman.

Melalui rencana uji coba penerbangan umrah dari Bandara Dhoho, masyarakat Jawa Timur akan memiliki lebih banyak pilihan keberangkatan menuju Arab Saudi. Langkah ini juga diprediksi akan membantu pemerataan layanan penerbangan internasional, memperkuat posisi Bandara Dhoho sebagai simpul transportasi penting di selatan Jawa Timur.

Rencana pengembangan Bandara Dhoho pun menjadi simbol sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan sektor swasta, dalam menghadirkan layanan transportasi udara yang semakin terjangkau, nyaman, dan efisien bagi masyarakat luas.

Dengan komitmen yang tinggi dan dukungan dari berbagai pihak, Bandara Dhoho di Kediri siap menjalankan peran barunya sebagai bandara pendukung ibadah umrah dan layanan internasional lainnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index