JAKARTA - Penggunaan helikopter sebagai moda transportasi alternatif di Indonesia kini mulai mendapatkan perhatian lebih, terutama dalam menjawab tantangan geografis negara kepulauan. Meskipun belum sepopuler pesawat konvensional, helikopter mulai menunjukkan potensi besar, baik dalam mendukung sektor bisnis maupun sebagai pilihan transportasi wisata yang eksklusif.
Fleksibilitas dan efisiensi waktu menjadi alasan utama mengapa helikopter semakin dipertimbangkan sebagai solusi mobilitas di berbagai sektor. Terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh moda transportasi darat atau udara konvensional, helikopter memberikan kemudahan akses secara langsung dan cepat.
Chief Commercial Officer Whitesky Aviation, Ari Nurwanda, mengungkapkan bahwa di tahun 2025 ini terjadi penurunan pengguna helikopter sebesar 40%. Namun, permintaan tetap ada, meskipun tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Ari menjelaskan, penurunan tersebut dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang belum stabil. Meski demikian, kebutuhan akan helikopter masih terasa, terutama untuk kepentingan bisnis dan pariwisata.
"Ya kita nggak bisa memungkiri kondisi gitu ya, permintaan tentu ada tapi nggak sebanyak yang sebelumnya itu. Terutama untuk antarkota itu memang tidak sesuai lah sama kondisi gitu, (perbedaannya) mungkin hampir 40 persen lah turunnya," ujar Ari dalam konferensi pers Heli Expo Asia (HEXIA) 2025 yang digelar di Cengkareng Heliport, Tangerang.
Menurut Ari, karakteristik penggunaan helikopter sangat bergantung pada kebutuhan dan lokasi. Di wilayah pertambangan seperti Kalimantan, helikopter lebih banyak digunakan untuk mendukung aktivitas perusahaan, mulai dari tambang hingga perkebunan. Sementara itu, di kawasan perkotaan, permintaan cenderung berasal dari sektor pariwisata.
"Kalau di sini mungkin lebih ke pariwisatanya–tourism, kalau di daerah-daerah Kalimantan, Sulawesi itu lebih ke bisnis. Ada kebutuhan masing-masing karena kalau di Kalimantan dan Sulawesi itu kan dia support untuk ke perusahaan tambang, perusahaan plantation, dan lain-lain," jelasnya.
Lebih lanjut, Ari menambahkan bahwa penggunaan helikopter di kawasan urban seperti Jakarta, Bandung, dan sekitarnya cenderung fokus pada perjalanan dari kota ke kota, atau point to point. Hal ini menawarkan efisiensi waktu yang signifikan, terutama bagi pelaku bisnis atau wisatawan yang memiliki agenda padat.
"Tapi kalau di sini kan urban ya, maksudnya point to point dari kota ke kota. Coverage-nya dari Jakarta–Bandung, Jakarta–Cilegon, dan juga heli joyflight di sekitar Cengkareng ini," sambung Ari.
Helikopter juga menarik perhatian masyarakat sebagai transportasi untuk perjalanan wisata. Joyflight menjadi salah satu layanan populer yang menawarkan pengalaman terbang singkat di atas wilayah-wilayah menarik. Selama pelaksanaan HEXIA 2025, pengunjung berkesempatan untuk menikmati joyflight, baik secara gratis bagi yang beruntung maupun berbayar.
Untuk menikmati layanan helikopter ini, Ari menegaskan bahwa proses pemesanan cukup mudah. Tidak ada syarat khusus bagi calon pengguna, hanya saja aspek keamanan dan keselamatan tetap menjadi prioritas utama dari pihak penyedia layanan.
"Kalau syarat penyewaan itu sebenarnya nggak ini (sulit) ya, strict dalam security dan safety iya. Tapi kalau syarat bisa langsung telfon call center, request rute atau request joyflight, nanti kita bikinkan rutenya dan perhitunganya lalu selesai, itu aja," terang Ari.
Dalam sistem penyewaan, biaya penggunaan helikopter dihitung per jam tergantung pada tipe helikopter yang digunakan. Menurut Ari, tarif standar dimulai dari USD 2.000 per jam untuk tipe helikopter kecil. Sementara untuk joyflight di acara HEXIA 2025, harga yang ditawarkan cukup bersaing.
"Start dari 2.000 dolar AS per jam tergantung tipe helikopternya, itu tipe kecil. Tapi kalau joyflight itu kita publish itu di Rp 6 juta, kalau untuk di HEXIA itu Rp 5 juta setengah untuk satu flight," ungkap Ari.
Adapun rute joyflight selama penyelenggaraan HEXIA 2025 mencakup beberapa kawasan menarik seperti Cengkareng, BSD, Alam Sutera, hingga Sungai Cisadane. Durasi terbang diperkirakan selama kurang lebih 16 menit, memberikan pengalaman terbang singkat yang berkesan bagi para penumpangnya.
Potensi helikopter sebagai moda transportasi di masa depan cukup menjanjikan. Selain memberikan nilai tambah dari sisi fleksibilitas, moda ini juga dapat menjadi solusi transportasi eksklusif yang menyesuaikan dengan kebutuhan spesifik pengguna, baik di sektor bisnis maupun wisata.
Dengan terus berkembangnya teknologi dan meningkatnya permintaan akan transportasi efisien, helikopter berpeluang menjadi bagian penting dari sistem transportasi nasional. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk regulasi yang mendukung dan edukasi kepada masyarakat mengenai layanan ini, tentu akan mempercepat adopsinya.
Terlebih, dalam konteks Indonesia sebagai negara kepulauan dengan kondisi geografis yang beragam, kehadiran moda transportasi seperti helikopter dapat menjadi pelengkap strategis dalam menunjang konektivitas antardaerah yang selama ini sulit dijangkau oleh transportasi konvensional.
Melalui ajang seperti HEXIA 2025, masyarakat diberikan kesempatan lebih luas untuk mengenal dan merasakan langsung sensasi terbang menggunakan helikopter. Momentum ini juga menjadi ajang promosi yang efektif untuk meningkatkan kesadaran dan ketertarikan publik terhadap layanan transportasi udara yang satu ini.
Dengan dukungan infrastruktur yang memadai dan peningkatan minat masyarakat, transportasi helikopter berpotensi menjadi solusi masa depan yang menjanjikan. Meskipun masih menghadapi tantangan, prospek penggunaannya di Indonesia tetap terbuka lebar.