JAKARTA - Upaya memperkuat pengawasan sektor jasa keuangan kini semakin berfokus pada pemanfaatan teknologi informasi yang menyeluruh dan terintegrasi. Salah satu langkah konkret dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui peluncuran platform Sistem Informasi Governance, Risk, and Compliance (SI-GRC).
Peluncuran SI-GRC dilakukan dalam ajang Risk and Quality Officer (RQO) Forum 2025, yang diselenggarakan secara hybrid dari Jakarta. Dengan mengusung tema “Everything Everywhere All at Once: An Integrated Approach to GRC,” forum ini mencerminkan pendekatan menyeluruh terhadap tata kelola organisasi, manajemen risiko, serta kepatuhan internal di lingkungan OJK.
Platform ini menjadi simbol transformasi digital yang strategis dalam upaya memperkuat stabilitas industri jasa keuangan nasional.
Memperkuat Ketahanan Sektor Keuangan Nasional
Dalam sambutannya di forum tersebut, Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menekankan bahwa peluncuran SI-GRC bukan hanya sekadar inovasi teknologi, tetapi merupakan langkah strategis untuk memperkuat ketahanan sistem keuangan nasional. Menurutnya, dinamika dan volatilitas ekonomi global saat ini menuntut kesiapan lembaga keuangan dalam mengelola risiko secara lebih presisi dan terstruktur.
“SI-GRC akan menjadi alat bantu penting untuk memastikan pengelolaan risiko yang menyeluruh dan terintegrasi, dari level satuan kerja hingga secara kelembagaan,” ujar Mahendra dalam sambutan yang disampaikan pada pembukaan acara.
Ia juga menyoroti pentingnya kesiapan dalam manajemen risiko siber, yang kini menjadi ancaman nyata bagi industri keuangan. Di samping itu, investasi berkelanjutan pada infrastruktur teknologi dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi bagian krusial dari sistem pengawasan berbasis teknologi.
Satu Platform, Banyak Fungsi Strategis
Ketua Dewan Audit OJK, Sophia Wattimena, turut memberikan apresiasi terhadap pengembangan SI-GRC. Menurutnya, keberhasilan peluncuran sistem ini merupakan hasil kolaborasi lintas satuan kerja di OJK yang telah dimulai bahkan sebelum tahun 2019.
“SI-GRC kini menyatukan sistem informasi manajemen risiko dan pengendalian internal dalam satu platform, lengkap dengan dashboard interaktif dan pemantauan real-time,” jelas Sophia.
Platform ini memiliki fitur-fitur kunci seperti pelaporan risiko, statistik kejadian risiko, tindak lanjut pengendalian risiko, hingga monitoring CACM (Corrective Action and Continuous Monitoring). Keberadaan fitur-fitur tersebut memungkinkan pemantauan yang lebih akurat dan terukur terhadap berbagai potensi gangguan di lingkungan OJK.
Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi pengawasan, tetapi juga menciptakan transparansi dan akuntabilitas dalam setiap tindak lanjut risiko yang terjadi.
Peran Strategis Pemimpin Unit Kerja dan RQO
Peluncuran SI-GRC turut memperkuat peran para Pimpinan Satuan Kerja dan para Risk and Quality Officer (RQO) sebagai aktor utama dalam menjaga kesadaran risiko di lingkungan organisasi. Mereka bertugas memastikan bahwa seluruh proses manajemen risiko berjalan dengan efektif dan sesuai prinsip tata kelola yang baik.
Dalam konteks ini, kesadaran risiko atau risk awareness menjadi aspek penting yang tidak bisa diabaikan. Para RQO menjadi garda terdepan dalam mengingatkan seluruh elemen organisasi terhadap pentingnya kehati-hatian, akuntabilitas, dan kepatuhan dalam setiap proses kerja.
Dengan hadirnya SI-GRC, tanggung jawab mereka semakin diperkuat oleh sistem yang mampu memberikan data dan analisis secara cepat dan akurat. Ini memberikan dukungan signifikan dalam pengambilan keputusan yang berbasis data dan fakta aktual.
Penutup Forum: Diskusi Strategis dan Refleksi
Acara Forum RQO 2025 ditutup dengan sesi diskusi panel yang menghadirkan tokoh-tokoh dari sektor pengawasan dan pengembangan sistem. Hadir dalam diskusi tersebut Inspektur VI Itjen Kementerian Keuangan, Dedhi Suharto, dan Deputi Direktur Pengembangan Aplikasi OJK, Adi Purwoko.
Diskusi panel ini menjadi ruang refleksi bersama mengenai arah penguatan sistem tata kelola dan pengawasan di masa depan, termasuk tantangan yang mungkin akan dihadapi serta strategi kolaboratif dalam menanganinya.
Para narasumber menyampaikan pentingnya terus memperkuat budaya pengawasan internal yang berbasis data dan evaluasi berkelanjutan. Mereka juga menekankan bahwa tata kelola yang baik tidak hanya dimulai dari kebijakan, tetapi juga dari disiplin internal dan komitmen kolektif dalam menjaga integritas organisasi.
Langkah Nyata Menuju Transparansi dan Efisiensi
Melalui peluncuran SI-GRC, OJK menegaskan komitmennya dalam menghadirkan sistem pengawasan yang lebih modern, efisien, dan terintegrasi. Platform ini menjadi tonggak penting dalam transformasi internal yang sejalan dengan tantangan eksternal di dunia jasa keuangan yang semakin kompleks.
Selain itu, inisiatif ini juga menunjukkan bahwa OJK tidak hanya bereaksi terhadap krisis, tetapi juga melakukan antisipasi proaktif melalui penguatan tata kelola internal yang berbasis teknologi. Pendekatan ini akan mempercepat terciptanya lingkungan kerja yang adaptif, responsif, dan terpercaya.
Sebagai regulator sektor jasa keuangan, langkah ini memberi contoh konkret tentang bagaimana digitalisasi bisa menjadi solusi untuk meningkatkan efektivitas pengawasan dan transparansi organisasi.