JAKARTA - Upaya meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani di Indonesia kembali mendapat dorongan berarti melalui inisiatif Syngenta Indonesia. Perusahaan agribisnis ini menunjukkan komitmennya dalam mendukung pertanian berkelanjutan dan penguatan kapasitas petani dengan pelaksanaan kegiatan PIJAR (Plinazolin Maju dan Bersinar) yang tersebar di berbagai daerah.
Kegiatan PIJAR telah digelar di 20 kota di Indonesia, dan mencakup lebih dari 1.600 petani serta 20 penyuluh pertanian. Acara berlangsung secara hybrid, menjadikan kegiatan ini salah satu agenda edukasi pertanian paling luas dan strategis pada tahun 2025.
Teknologi Plinazolin, Solusi untuk Tantangan Hama
- Baca Juga Harga BBM Terbaru Berlaku Seluruh SPBU
Fokus utama kegiatan PIJAR adalah memperkenalkan solusi perlindungan tanaman berbasis Plinazolin yang dirancang khusus untuk mengatasi hama utama pada komoditas penting. Hama-hama seperti penggerek batang kuning pada padi, spodoptera exigua pada bawang merah, dan thrips pada cabai menjadi sasaran dari dua teknologi andalan Syngenta, yaitu INCIPIO® dan SIMODIS®.
"Rangkaian acara PIJAR ini menunjukkan komitmen Syngenta dalam memberdayakan petani Indonesia dengan solusi inovatif," kata Tey Hui Xiang (Tracy), Portfolio Manager di Syngenta Indonesia.
"Dengan menampilkan dua teknologi yaitu INCIPIO® dan SIMODIS®, kami memberikan solusi produk perlindungan tanaman yang ampuh bagi petani untuk melindungi tanaman mereka dan meningkatkan hasil panen secara berkelanjutan."
Solusi ini tidak hanya menjawab tantangan hama yang makin resisten, tetapi juga membuka akses petani terhadap inovasi terkini yang mendukung peningkatan hasil panen secara efisien.
Pentingnya Manajemen Resistensi Hama
Salah satu aspek penting yang disorot dalam PIJAR adalah pentingnya manajemen resistensi hama. Tingkat pemahaman petani terhadap topik ini masih beragam, dan melalui PIJAR, edukasi diberikan secara menyeluruh agar penggunaan produk perlindungan tanaman menjadi lebih bijak dan efisien.
Acara PIJAR menekankan pentingnya praktik aplikasi yang bertanggung jawab untuk memastikan efektivitas jangka panjang dalam pengendalian hama dan mendukung pertanian berkelanjutan.
Melalui pendekatan ini, petani tidak hanya memahami cara mengatasi hama secara langsung, tetapi juga belajar bagaimana mengelola penggunaan pestisida untuk mencegah resistensi, menjaga lingkungan, dan menekan biaya produksi.
Efisiensi dan Produktivitas: Dampak Langsung ke Petani
Peningkatan pemahaman petani terhadap konsep resistensi memberikan manfaat yang nyata, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Penggunaan produk secara tepat dapat menjaga efektivitas pengendalian hama, mengurangi kerugian akibat serangan hama resistan, serta menurunkan jumlah penggunaan pestisida.
Dengan memahami konsep manajemen resistensi, petani dapat memperoleh manfaat penting yaitu menjaga efektivitas pengendalian hama dalam jangka panjang, mencegah kerugian panen akibat hama yang resistan, mendorong praktik pertanian yang lebih berkelanjutan, dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan akibat penggunaan produk perlindungan tanaman yang berlebihan atau tidak sesuai aturan.
Lebih jauh lagi, edukasi yang diberikan di PIJAR membuka peluang untuk mengadopsi strategi pengendalian hama yang hemat biaya, meningkatkan efisiensi dalam produksi, dan mengoptimalkan kualitas hasil panen.
Arah Menuju Swasembada dan Kemandirian Pangan
Dampak yang diharapkan dari kegiatan ini bukan hanya pada individu petani, tetapi juga berkontribusi pada tujuan nasional seperti swasembada pangan. Petani yang teredukasi akan mampu menjaga produktivitas dan kualitas hasil panen, sehingga mendukung pemerintah dalam mencapai ketahanan pangan secara mandiri.
Peningkatan pengetahuan petani mengenai pengelolaan hama ini akan memberikan dampak positif yang lebih luas, antara lain berkontribusi langsung pada peningkatan produksi pangan dalam negeri yang akan mendukung upaya pemerintah dalam mencapai swasembada pangan sebagai bagian dari Asta Cita.
Dengan berkurangnya ketergantungan terhadap produk impor, Indonesia diharapkan bisa lebih tangguh dalam menghadapi fluktuasi pasokan dan harga pangan global.
Program Loyalitas SETIA: Perlindungan untuk Petani
Selain PIJAR, Syngenta Indonesia juga memperkenalkan program loyalitas SETIA yang merupakan bagian dari strategi melindungi petani dari peredaran produk palsu. Inisiatif ini menggunakan kode QR yang memudahkan petani dalam memastikan keaslian produk.
"SETIA adalah jawaban atas kekhawatiran petani tentang produk palsu," tambah Tracy.
"Hanya dengan memindai kode QR, maka petani akan dapat membedakan produk asli dari produk palsu. SETIA akan membantu memberikan ketenangan bagi pengguna teknologi Plinazolin. Selain itu melalui SETIA, petani dapat mengumpulkan poin loyalitas untuk mendapatkan potongan harga secara langsung."
Dengan sistem ini, petani mendapat manfaat ganda: jaminan keaslian produk dan insentif loyalitas. Hal ini secara tidak langsung meningkatkan kepercayaan terhadap produk dan memperkuat hubungan antara Syngenta dan pengguna di lapangan.
Visi Petani MAJU dan Komitmen Berkelanjutan
Inisiatif PIJAR dan program SETIA mencerminkan konsistensi visi Syngenta dalam mendukung pertanian yang tangguh dan petani yang sejahtera. Komitmen ini ditegaskan oleh Suhendro, Marketing Head Syngenta Indonesia.
"Teknologi Plinazolin telah terbukti membantu petani dalam mengendalikan hama pada komoditas penting seperti padi, bawang merah, dan cabai. Ini adalah wujud komitmen kami terhadap pertanian berkelanjutan dan pemberdayaan petani Indonesia."
Ke depan, Syngenta Indonesia akan terus berinvestasi pada edukasi berkelanjutan, memperkuat pemahaman tentang teknologi perlindungan tanaman, serta memperluas jangkauan program SETIA. Langkah ini mendukung visi Petani MAJU Syngenta Indonesia: mempercepat inovasi, memberdayakan petani, dan memajukan pertanian.
Dengan pendekatan edukatif, teknologi inovatif, serta perlindungan melalui sistem loyalitas, Syngenta Indonesia menghadirkan solusi menyeluruh untuk menjawab tantangan pertanian masa kini. PIJAR menjadi bukti bahwa penguatan kapasitas petani adalah kunci menuju pertanian yang berdaya saing, mandiri, dan berkelanjutan.