JAKARTA - Keselamatan warga menjadi perhatian utama otoritas Jepang setelah hujan deras terus mengguyur wilayah pesisir Laut Jepang, khususnya di Hokuriku, sejak Kamis, 7 Agustus 2025. Badan Meteorologi Jepang (Japan Meteorological Agency/JMA) mengingatkan bahwa curah hujan tinggi masih berpotensi terjadi hingga Jumat, 8 Agustus 2025, dengan risiko banjir dan longsor yang perlu diantisipasi secara serius.
Perhatian publik tertuju pada Kota Kanazawa di Prefektur Ishikawa, yang mencatatkan curah hujan tertinggi sepanjang sejarah. Dalam periode tiga jam hingga sekitar pukul 05.00 waktu setempat, tercatat 148 milimeter hujan. Angka ini memecahkan rekor sebelumnya dan menjadi peringatan akan intensitas cuaca ekstrem yang sedang berlangsung.
Lebih mengejutkan lagi, dalam rentang enam jam, Prefektur Ishikawa menerima 218 milimeter curah hujan. Jumlah ini bahkan melampaui rata-rata curah hujan bulanan untuk Agustus di wilayah tersebut. Kondisi ini membuat pemerintah setempat harus bergerak cepat melakukan berbagai langkah pengamanan.
Beberapa rumah di Kota Kanazawa dilaporkan mengalami banjir dengan ketinggian air hingga di bawah permukaan lantai. Di sisi lain, sedikitnya 19 titik jalan tergenang air, mengganggu mobilitas warga dan aktivitas sehari-hari. Pemerintah setempat telah mengerahkan tim tanggap darurat untuk memastikan keselamatan warga dan meminimalkan dampak kerusakan infrastruktur.
Menurut JMA, kondisi atmosfer yang tidak stabil ini dipicu oleh aliran udara lembap dan hangat yang bergerak menuju front cuaca dari sistem tekanan rendah. Situasi tersebut menciptakan kombinasi yang memicu terbentuknya awan hujan tebal di wilayah luas, mulai dari Jepang bagian utara hingga barat.
Peringatan pun disampaikan kepada warga agar tetap waspada terhadap potensi bencana alam, termasuk banjir di daerah dataran rendah, meluapnya sungai, serta risiko tanah longsor. JMA menekankan bahwa langkah pencegahan harus diutamakan sebelum kondisi cuaca memburuk.
Prediksi Cuaca ke Depan
Dalam proyeksi JMA, curah hujan dalam 24 jam hingga pukul 06.00 waktu setempat pada Jumat diperkirakan mencapai 150 milimeter di wilayah Tohoku, sebelah utara Hokuriku, dan bagian utara Kyushu di Jepang barat daya. Sementara wilayah Hokuriku sendiri diperkirakan akan menerima curah hujan hingga 120 milimeter.
Angka tersebut menunjukkan bahwa potensi genangan dan longsor belum sepenuhnya mereda. Oleh sebab itu, pemerintah daerah di berbagai prefektur mulai melakukan langkah mitigasi seperti menutup akses ke daerah rawan, menyiapkan lokasi evakuasi, serta mengimbau masyarakat untuk memantau informasi resmi secara berkala.
Langkah Tanggap Darurat
Selain peringatan dari JMA, pemerintah lokal juga telah menyiapkan jalur komunikasi cepat dengan masyarakat. Pengerahan petugas lapangan dan relawan dilakukan untuk membantu warga yang terdampak banjir. Tim penyelamat dilengkapi perahu karet, pompa air, dan peralatan evakuasi lainnya, mengantisipasi situasi darurat yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Khusus di Kota Kanazawa, prioritas penanganan difokuskan pada wilayah yang terdampak banjir paling parah. Pembersihan saluran air dilakukan secara intensif untuk mempercepat surutnya genangan. Petugas juga berupaya memastikan distribusi bantuan logistik bagi warga yang aksesnya terhambat oleh air.
Kondisi Atmosfer dan Analisis Cuaca
Berdasarkan penjelasan JMA, kondisi atmosfer yang sangat tidak stabil ini berakar pada kombinasi beberapa faktor cuaca. Aliran udara hangat dan lembap dari laut bertemu dengan front cuaca yang memanjang dari sistem tekanan rendah, memicu proses kondensasi dan pembentukan awan hujan lebat.
Fenomena ini kerap terjadi pada musim panas di Jepang, namun intensitas kali ini terbilang luar biasa, mengingat rekor curah hujan yang berhasil terpecahkan hanya dalam waktu singkat.
Imbauan Keselamatan untuk Warga
Otoritas mengingatkan bahwa keselamatan warga adalah prioritas tertinggi. Mereka yang tinggal di lereng atau dekat sungai diminta segera mengungsi ke lokasi yang lebih aman jika tanda-tanda bahaya mulai terlihat, seperti tanah yang retak, suara gemuruh dari arah bukit, atau air sungai yang naik secara tiba-tiba.
Masyarakat juga diimbau untuk tidak memaksakan diri melintasi jalan yang tergenang banjir, mengingat arus air yang deras dapat membahayakan. Anak-anak diminta untuk tetap berada di rumah dan tidak bermain di luar saat hujan deras berlangsung.
Kesiapan Menghadapi Cuaca Ekstrem
Situasi ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiapan menghadapi cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi. Pemerintah Jepang terus meningkatkan sistem prediksi dan peringatan dini, serta memperluas edukasi masyarakat tentang langkah tanggap darurat.
Kolaborasi antara pemerintah, lembaga meteorologi, dan masyarakat menjadi kunci untuk mengurangi risiko bencana. Dengan persiapan yang matang dan kesadaran tinggi, dampak dari cuaca ekstrem dapat diminimalisir, sehingga korban jiwa maupun kerugian material bisa ditekan seminimal mungkin.
Hujan deras yang mengguyur wilayah Hokuriku dan sekitarnya kali ini menjadi ujian bagi kesiapan mitigasi bencana di Jepang. Meski curah hujan telah memecahkan rekor, langkah cepat pemerintah dan kesadaran masyarakat memberikan harapan bahwa keselamatan tetap dapat terjaga.
Dengan potensi hujan lebat yang masih mengintai, kewaspadaan harus terus dijaga. Informasi resmi dari JMA dan otoritas lokal diharapkan menjadi panduan utama bagi masyarakat dalam mengambil langkah yang tepat. Dalam situasi seperti ini, sikap tanggap dan saling membantu menjadi modal utama untuk melewati tantangan cuaca ekstrem dengan selamat.