JAKARTA - Produksi batu bara nasional pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai angka 700 juta ton lebih, meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan bahwa produksi batu bara hingga akhir tahun 2025 masih optimis menyentuh angka 700-an juta ton. Hingga pertengahan tahun, produksi batu bara sudah mencapai sekitar 350 juta ton.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Tri Winarno, menyampaikan bahwa proyeksi tersebut realistis dan optimis dapat dicapai dalam waktu yang tersisa. "Kan (produksi sudah) 350 (juta ton) something, kalau 700 (juta ton) ya pasti lah. Kan separuhnya kan di atas 700 (juta ton)," ujarnya pada Jumat, 8 Agustus 2025.
Meski demikian, Tri mengakui bahwa proyeksi produksi batu bara pada tahun ini memang mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. "Tapi poinnya untuk saat ini kan belum juga sesuai target ya. Kalau target (setahun) mudah-mudahan sesuai. Tapi kalau dibandingkan dengan tahun lalu memang ada penurunan," jelasnya.
- Baca Juga Harga BBM Terbaru Berlaku Seluruh SPBU
Data dari Minerba One Data Indonesia (MODI) yang dikelola Kementerian ESDM memperlihatkan bahwa produksi batu bara nasional selama semester pertama tahun 2025 mencapai 371,66 juta ton. Angka ini turun sebesar 8,47 persen dibandingkan produksi pada semester pertama tahun 2024 yang mencapai 406,06 juta ton.
Selain produksi, data ekspor batu bara nasional pada semester pertama tahun 2025 juga mencatat penurunan. Jumlah batu bara yang diekspor tercatat sebesar 185,98 juta ton, atau turun sebesar 6,13 persen dari ekspor pada periode yang sama tahun 2024 yang mencapai 198,13 juta ton.
Perlu diketahui, produksi batu bara Indonesia pada tahun 2024 berhasil mencatat rekor baru dengan angka 836 juta ton. Ini meningkat dari produksi tertinggi sebelumnya pada tahun 2023 yang mencapai 775 juta ton. Realisasi produksi pada tahun 2024 juga melampaui target pemerintah, yaitu 710 juta ton, sehingga realisasi tersebut setara dengan 117 persen dari target.
Namun, target produksi batu bara nasional untuk tahun 2025 ditetapkan lebih rendah, yakni sebesar 735 juta ton. Target ini lebih kecil dibandingkan dengan realisasi produksi pada tahun 2024. Penurunan target ini menjadi sinyal adanya penyesuaian strategi di tengah kondisi pasar dan faktor lain yang mempengaruhi produksi batu bara.
Penurunan produksi ini dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, antara lain kondisi pasar global, permintaan dari negara-negara pengimpor utama, serta kebijakan-kebijakan energi dan lingkungan yang semakin ketat di berbagai negara. Kondisi ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi para pelaku industri batu bara untuk beradaptasi dengan situasi yang berubah.
Tri Winarno juga menegaskan bahwa meskipun terdapat penurunan produksi dan ekspor, pihaknya tetap optimis target produksi tahun 2025 akan tercapai. Hal ini didasarkan pada capaian produksi di paruh pertama tahun yang sudah mendekati setengah dari target akhir tahun. "Kalau separuhnya sudah di atas 350 juta ton, pasti di akhir tahun akan menyentuh angka 700-an juta ton," ujar Tri.
Penurunan ekspor batu bara juga menjadi perhatian, karena ekspor merupakan salah satu kontributor utama devisa negara dari sektor pertambangan. Penurunan ini perlu diantisipasi dengan meningkatkan efisiensi produksi, memperluas pasar, serta memaksimalkan nilai tambah produk batu bara melalui berbagai inovasi dan teknologi.
Selain itu, penyesuaian target produksi juga dapat menjadi langkah untuk menjaga keberlanjutan sumber daya dan mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas penambangan batu bara. Pemerintah diharapkan terus mendorong industri untuk menjalankan praktik pertambangan yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan.
Dalam konteks global, permintaan batu bara masih cukup besar terutama di negara-negara berkembang yang bergantung pada energi fosil untuk kebutuhan listrik dan industri. Namun, tekanan dari komitmen pengurangan emisi karbon dan pergeseran menuju energi terbarukan mengharuskan produsen batu bara untuk lebih adaptif dan inovatif dalam menjalankan bisnisnya.
Produksi batu bara Indonesia yang mencapai 836 juta ton pada tahun 2024 merupakan pencapaian luar biasa dan menunjukkan potensi besar sektor ini dalam perekonomian nasional. Namun, tren penurunan produksi di tahun 2025 menjadi refleksi dari dinamika pasar dan tantangan yang harus dihadapi.
Pemerintah dan pelaku industri perlu terus bersinergi dalam merumuskan kebijakan yang tidak hanya mengutamakan volume produksi, tetapi juga memperhatikan aspek keberlanjutan dan kualitas produk. Pengembangan teknologi bersih dan efisiensi energi menjadi salah satu kunci dalam menjaga daya saing batu bara Indonesia di pasar global.
Tri Winarno berharap, dengan manajemen yang tepat dan dukungan dari semua pihak, target produksi batu bara tahun 2025 akan tercapai, meskipun dengan angka yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Proyeksi ini diharapkan tidak hanya menjadi angka semata, tetapi juga membawa dampak positif bagi ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat.
Menghadapi tantangan ini, sektor batu bara harus mampu melakukan transformasi agar tetap relevan di era energi yang terus berubah. Hal ini termasuk diversifikasi produk, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan adaptasi teknologi terbaru.
Secara keseluruhan, produksi batu bara nasional hingga tahun 2025 tetap menjadi komponen penting dalam memenuhi kebutuhan energi nasional dan ekspor. Penyesuaian target produksi mencerminkan sikap realistis dalam menghadapi kondisi global yang fluktuatif dan perubahan kebijakan energi dunia.
Dengan perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang disiplin, Indonesia diharapkan mampu menjaga stabilitas produksi batu bara sekaligus mempersiapkan masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.