MINYAK

Harga Minyak Turun, Pasar Respons Tarif AS

Harga Minyak Turun, Pasar Respons Tarif AS
Harga Minyak Turun, Pasar Respons Tarif AS

JAKARTA - Di tengah ketidakpastian ekonomi global, harga minyak dunia mengalami penurunan pada awal perdagangan di Asia, Jumat, 8 Agustus 2025. Penurunan ini terjadi bersamaan dengan diberlakukannya tarif baru Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah negara mitra dagangnya pada Kamis, 7 Agustus 2025. Meski kebijakan ini bertujuan untuk mengatur hubungan perdagangan, dampaknya kini mulai terasa di pasar komoditas utama, termasuk minyak mentah.

Minyak mentah Brent tercatat turun tipis sebesar tiga sen menjadi 66,40 Dolar AS per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami penurunan sebesar enam sen atau 0,1 persen ke harga 63,82 Dolar AS per barel. Penurunan ini menjadi bagian dari tren menurun mingguan yang cukup signifikan dan mendekati penurunan terbesar sejak Juni tahun ini.

Dampak Tarif AS Terhadap Permintaan Minyak

Kebijakan tarif baru AS yang mulai berlaku pada awal Agustus ini menjadi salah satu faktor utama yang memicu pelemahan harga minyak. Kenaikan tarif tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar mengenai kemungkinan perlambatan ekonomi global akibat meningkatnya biaya perdagangan antar negara.

Sejalan dengan hal tersebut, analis dari ANZ Bank menyatakan bahwa penerapan tarif baru ini berpotensi menurunkan permintaan minyak mentah secara global. Penurunan permintaan ini terjadi karena melambatnya aktivitas ekonomi yang diakibatkan oleh meningkatnya tarif impor yang dapat membebani biaya produksi dan distribusi.

Sanksi AS dan Perang Ukraina: Pengaruh Terbatas

Sementara itu, meskipun Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi terhadap India akibat impor minyak mentah dari Moskow, para pedagang minyak global menilai bahwa situasi geopolitik ini tidak akan berpengaruh signifikan terhadap pasokan minyak dunia. Hal ini memperkuat pandangan bahwa upaya diplomatik AS dalam mengakhiri perang di Ukraina kemungkinan tidak akan mengubah kondisi pasokan minyak secara drastis.

Kebijakan sanksi tersebut tampaknya belum memberikan dampak yang cukup besar untuk menahan laju penurunan harga minyak, mengingat suplai minyak Rusia ke pasar internasional masih dapat diakses oleh beberapa negara melalui berbagai jalur alternatif.

Kebijakan OPEC+ dan Dampaknya pada Pasokan

Tekanan pada harga minyak juga berasal dari keputusan OPEC+ yang diumumkan akhir pekan lalu. Aliansi negara-negara penghasil minyak tersebut memutuskan untuk menghentikan pemangkasan produksi terbesar mereka mulai September 2025, lebih cepat dari rencana awal yang semula dijadwalkan berlangsung lebih lama.

Keputusan ini secara langsung memengaruhi ekspektasi pasar tentang pasokan minyak yang akan meningkat dalam waktu dekat. Dengan bertambahnya pasokan, harga minyak secara alami cenderung mengalami tekanan turun, terutama ketika permintaan global juga menunjukkan tanda-tanda melambat.

Tren Penurunan Harga Minyak dan Prospek Ke Depan

Dalam pasar berjangka, minyak WTI sudah mencatat penurunan harga selama enam hari berturut-turut hingga Kamis, 7 Agustus 2025, yang menyamai rekor penurunan terpanjang terakhir pada Desember 2023. Jika harga minyak kembali melemah pada perdagangan Jumat, 8 Agustus 2025, maka rangkaian penurunan ini akan menjadi yang terpanjang sejak Agustus 2021.

Situasi ini menjadi indikator bahwa tekanan pada pasar minyak dunia cukup besar dan berkelanjutan dalam jangka pendek. Para pelaku pasar kini memantau berbagai perkembangan, mulai dari kebijakan tarif perdagangan global, dinamika geopolitik, hingga keputusan strategis kelompok OPEC+ dalam menentukan arah suplai minyak.

Penurunan harga minyak ini mencerminkan bagaimana hubungan perdagangan dan kebijakan internasional dapat berdampak langsung pada pasar komoditas utama. Para investor dan pelaku industri minyak di seluruh dunia harus bersiap menghadapi volatilitas harga yang dipicu oleh faktor eksternal tersebut.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index