JAKARTA - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, mendorong pengembangan ekosistem pengindraan jauh (remote sensing) di Indonesia untuk memaksimalkan potensi data yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai sektor guna mensejahterakan rakyat. Langkah ini menjadi strategi penting, mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kebutuhan data pengindraan jauh yang sangat besar untuk pemetaan wilayah laut dan darat secara akurat.
“Lebih banyak lautnya, sehingga tidak mungkin kita hidup tanpa data remote sensing,” ujar Handoko dalam diskusi panel bertajuk "Antariksa: Urgensi dan Relevansi untuk Indonesia" di Jakarta, Kamis. Pernyataan ini menegaskan posisi strategis pengindraan jauh bagi pengelolaan wilayah maritim, sumber daya alam, dan mitigasi bencana.
Pentingnya Remote Sensing untuk Indonesia
Pengindraan jauh merupakan teknik pengukuran atau akuisisi data suatu objek atau fenomena tanpa kontak fisik langsung, misalnya melalui pesawat, pesawat luar angkasa, atau satelit. Di Indonesia, pengumpulan data semacam ini menjadi sangat penting karena luas dan kompleksnya wilayah kepulauan, baik untuk pemetaan laut, pantai, pertanian, hingga pengawasan sumber daya alam.
Handoko menjelaskan, Indonesia selama ini menjadi pembeli (offtaker) data pengindraan jauh terbesar, karena kebutuhan data yang masif dan tidak mungkin dipenuhi tanpa dukungan satelit dan teknologi canggih. Namun, pengadaan data ini memerlukan biaya besar.
“Sesuai PP Pengindraan Jauh 2018, seluruh pembelian data pengindraan jauh diamanahkan ke single institution, yaitu saat ini BRIN. Karena apa? Karena itu barang mahal. Kalau semua orang, misalnya pemda beli sendiri, semua K/L beli sendiri, bangkrut negara kita. Itu pun kalau sudah kami kumpulkan, kami beli pun itu bisa menghabiskan setengah triliun rupiah setiap tahun,” jelas Handoko.
Konstelasi Satelit dan Efisiensi Anggaran
Sejak 2022, BRIN menaruh perhatian pada pengembangan konstelasi satelit pengindraan jauh, untuk menekan pengeluaran negara sekaligus membuka potensi pemasukan di masa depan. Dengan memanfaatkan konstelasi satelit sendiri, biaya pengadaan data eksternal dapat ditekan dan akses data bisa lebih cepat, efektif, dan terbuka untuk berbagai pemangku kepentingan.
Handoko menekankan pentingnya kolaborasi dengan pihak swasta dalam proyek ini. “Negara yang harus memulai, tapi operasionalnya diserahkan ke swasta, supaya swasta yang me-marketing-kan, sehingga datanya bisa kita buka, bisa men-grab men-trigger startup-startup yang akan mengembangkan platform-platform berbasis remote sensing data,” ujarnya.
Peluang Startup dan Bisnis Berbasis Remote Sensing
Menurut Handoko, peluang bisnis berbasis remote sensing sangat luas, mulai dari monitoring zona perikanan, cuaca, hingga lahan kelapa sawit. Dengan infrastruktur yang disediakan BRIN, startup tidak perlu investasi besar untuk memulai, cukup menaruh tenaga, kreativitas, dan inovasi mereka.
“Kami menyediakan konstelasi satelit di awal, menyediakan infrastruktur untuk high performance computing-nya, menyediakan infrastruktur untuk back engine-nya, men-develop back engine, sehingga anak-anak startup tidak perlu invest apa-apa, kecuali investasi keringat saja,” jelas Handoko. Strategi ini diharapkan mendorong lahirnya ekosistem inovasi nasional yang berbasis data pengindraan jauh, dengan manfaat nyata bagi masyarakat.
Manfaat Ekosistem Remote Sensing
Ekosistem remote sensing yang dikembangkan BRIN memberikan sejumlah manfaat strategis, antara lain:
Pemantauan sumber daya laut dan wilayah perairan secara akurat.
Mendukung mitigasi bencana alam melalui data yang real-time.
Optimalisasi pengelolaan lahan pertanian dan perkebunan.
Mendorong pengembangan startup dan platform berbasis data antariksa.
Mengurangi ketergantungan pada data eksternal yang mahal.
Handoko menekankan bahwa dengan pengembangan ekosistem ini, data remote sensing tidak hanya menjadi instrumen ilmiah, tetapi juga sumber pertumbuhan ekonomi berbasis teknologi tinggi.
Peran BRIN sebagai Single Institution
BRIN bertindak sebagai single institution dalam pembelian dan pengelolaan data pengindraan jauh, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2018. Dengan model ini, negara mampu menghemat anggaran signifikan dan menjamin ketersediaan data yang akurat untuk seluruh lembaga pemerintahan, termasuk pemerintah daerah, kementerian, dan sektor swasta yang membutuhkan.
Strategi ini memastikan efisiensi, konsistensi, dan ketersediaan data nasional tanpa membebani anggaran berlebihan, sekaligus membuka peluang komersialisasi data untuk startup dan industri kreatif berbasis remote sensing.
Tantangan dan Strategi Kolaborasi
Handoko mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bekerja sama, termasuk pihak swasta, lembaga penelitian, dan startup. Kerja sama ini bertujuan membangun ekosistem berkelanjutan yang dapat mendorong pemanfaatan data pengindraan jauh di berbagai sektor.
“Ciptakan demand baru, ekosistem baru untuk antariksa, pemanfaatan antariksa yang berbasis pada remote sensing. Niche marketnya ada, semua bisnisnya ada,” kata Handoko. Dengan strategi ini, data dari konstelasi satelit dapat dioptimalkan untuk keperluan ekonomi, pendidikan, penelitian, dan pengelolaan sumber daya alam.
Masa Depan Remote Sensing di Indonesia
Dengan pengembangan ekosistem ini, Indonesia berpotensi menjadi pionir regional dalam pemanfaatan remote sensing. Infrastruktur yang disiapkan BRIN memungkinkan startup dan perusahaan lokal mengembangkan solusi berbasis data satelit, mulai dari monitoring lingkungan, cuaca, hingga zona ekonomi maritim.
Pendekatan kolaboratif antara pemerintah dan swasta diyakini akan membuka lapangan kerja baru, mendorong inovasi teknologi tinggi, serta memberikan manfaat langsung bagi kesejahteraan masyarakat.
BRIN melalui kepemimpinan Laksana Tri Handoko mendorong pengembangan ekosistem remote sensing nasional sebagai langkah strategis untuk memaksimalkan potensi data satelit dan antariksa. Dengan menyediakan infrastruktur konstelasi satelit, high performance computing, dan back engine, BRIN membuka peluang bagi startup dan sektor swasta untuk mengembangkan platform inovatif berbasis data pengindraan jauh.
Kolaborasi antara pemerintah dan pihak swasta diharapkan mendorong pemanfaatan data secara optimal, menekan biaya pengadaan, serta memberikan manfaat bagi berbagai sektor, mulai dari pemantauan laut, pertanian, perkebunan, hingga mitigasi bencana. Upaya ini menegaskan komitmen BRIN untuk memajukan teknologi nasional, menciptakan inovasi berbasis data, dan mensejahterakan rakyat Indonesia secara luas.