Properti

Harga Properti Bali Naik, Pasar Masih Menjanjikan

Harga Properti Bali Naik, Pasar Masih Menjanjikan
Harga Properti Bali Naik, Pasar Masih Menjanjikan

JAKARTA - Pasar properti di Bali menunjukkan tren yang positif hingga pertengahan tahun 2025. Rumah-rumah baru dari developer terus mengalami kenaikan harga, menjadikan Bali tetap menarik bagi pembeli dan investor. Bank Indonesia (BI) mencatat perkembangan ini melalui Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang menunjukkan kenaikan harga rumah tetap stabil, meski beberapa tantangan tetap ada di pasar.

Indeks Harga Properti Residensial Triwulan II 2025

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menyebutkan bahwa Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Bali pada triwulan II 2025 tumbuh sebesar 0,67 persen secara tahunan, dari 104,27 menjadi 104,97. “Tren kenaikan harga properti tetap terjaga hingga triwulan II 2025,” kata Erwin, Kamis, 21 Agustus 2025.

Indeks ini berfungsi sebagai indikator rata-rata kenaikan harga rumah. Data SHPR menunjukkan semua tipe rumah mengalami kenaikan: tipe kecil (≤36 m²) naik 1,85 persen, tipe menengah (36–70 m²) naik 0,39 persen, dan tipe besar (>70 m²) naik 0,31 persen.

Menurut Erwin, kenaikan harga rumah utamanya disebabkan oleh meningkatnya harga bahan bangunan dan biaya tenaga kerja. Mayoritas responden survei BI menyebut kedua faktor ini menjadi kontributor terbesar lonjakan harga. “Kenaikan harga bahan bangunan dan upah kerja menjadi kontributor utama dalam peningkatan harga rumah,” jelasnya.

Distribusi Penjualan Berdasarkan Tipe Rumah

Dari sisi penjualan, proporsi tiap tipe rumah masih relatif stabil. Rumah tipe kecil menyumbang 25 persen penjualan, tipe menengah 54 persen, dan tipe besar 21 persen pada triwulan I 2025. Meskipun minat beli tetap tinggi, beberapa kendala tetap memengaruhi keputusan konsumen, seperti suku bunga KPR yang tinggi, keterbatasan lahan, uang muka rumah, dan kenaikan harga bahan bangunan.

Sumber Pembiayaan Pembangunan Properti

Mayoritas developer masih mengandalkan dana sendiri untuk membiayai pembangunan rumah, sekitar 56 persen. Sisanya berasal dari pinjaman bank (38 persen) dan dana pembeli (6 persen). “Porsi pembiayaan pembangunan properti residensial di Bali masih sama dengan triwulan sebelumnya,” tambah Erwin. Strategi ini menunjukkan kehati-hatian pengembang dalam mengelola proyek, meski permintaan tetap tinggi.

Skema Pembelian Rumah oleh Konsumen

KPR menjadi pilihan utama masyarakat, mencapai 62 persen dari total penjualan rumah primer di Bali. Skema lain berupa cash bertahap dipilih 35 persen pembeli, sedangkan cash keras hanya 3 persen. Skema KPR memungkinkan masyarakat membeli rumah secara cicilan dengan tenor tertentu, sehingga kepemilikan rumah lebih terjangkau meski harga terus meningkat.

Dampak Kenaikan Harga terhadap Pasar

Kenaikan harga properti menunjukkan bahwa pasar tetap menarik bagi pembeli maupun investor. Walaupun ada tantangan dari kenaikan biaya bahan bangunan, upah kerja, dan suku bunga KPR, minat beli rumah tetap tinggi. Kondisi ini menandakan pasar properti Bali relatif sehat, meski faktor penghambat harus diperhatikan agar pertumbuhan tetap berkelanjutan.

Saran Bank Indonesia untuk Pasar Properti Sehat

BI mengingatkan semua pihak untuk memperhatikan faktor penghambat pertumbuhan pasar properti. Pengembang dianjurkan mengelola proyek secara efisien, sementara konsumen disarankan memahami risiko finansial, memilih skema pembayaran sesuai kemampuan, dan memanfaatkan insentif yang tersedia. Langkah-langkah ini diharapkan menjaga pasar tetap stabil dan sehat.

Prospek Pasar Properti Bali ke Depan

Dengan tren harga yang terus menanjak, Bali tetap menjadi tujuan utama pembelian properti residensial. Lokasi strategis, kualitas pembangunan rumah, serta dukungan infrastruktur perkotaan dan kawasan wisata memberikan nilai tambah. Meski ada tantangan, pasar properti Bali diperkirakan akan terus tumbuh karena daya tarik wilayah ini sebagai lokasi hunian dan investasi masih tinggi.

Tren kenaikan harga properti Bali hingga pertengahan 2025 menunjukkan pasar yang dinamis dan stabil. Seluruh tipe rumah mencatat kenaikan harga, dengan faktor utama penyebabnya adalah biaya bahan bangunan dan tenaga kerja. Mayoritas pengembang membiayai pembangunan secara mandiri, sementara masyarakat mengandalkan KPR. BI menekankan pentingnya perhatian terhadap faktor penghambat agar pasar tetap sehat. Dengan demikian, Bali tetap menjadi pilihan utama bagi masyarakat dan investor yang ingin memiliki properti di lokasi strategis dan berkualitas.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index